• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. SYIFA DALAM AL-QUR’AN DAN PANDANGAN

B. Macam-macam Penyakit

B. Macam-macam Penyakit

Sasaran atau obyek yang menjadi fokus penyembuhan, perawatan dan pengobatan dari syifa ini adalah seorang manusia (insan) secara utuh, yakni yang berkaitan atau menyangkut dengan gangguan pada :

1. Mental, yaitu yang berhubungan dengan fikiran, akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan fikiran, akal dan ingatan6 Seperti mudah lupa, malas berfikir, tidak mampu berkonsenterasi, picik, tidak dapat mengambil suatu keputusan dengan baik dan benar, bahkan tidak memiliki kemampuan membedakan antara halal dan haram, yang bermanfaat dan yang bermudharat serta antara yang hak dan yang batil. Sebagaimana firman Allah swt. : نوﺮ ْﺄ أ نﻮ ْ ْﻢ ْأوْﻢﻜﺴﻔْأنْﻮﺴْﻨ وﱢﺮ ْﻟﺎ سﺎﱠﻨﻟ ٰ ﻜْﻟ أ نﻮ ﻘْ .

Artinya : “Mengapa kamu menyeru orang lain berbuat kebaikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu senantiasa membaca al-Kitab, apakah kamu tidak berakal (berfikir)”.

(QS.al-Baqarah (2):44).

Gangguan kesehatan mental dapat memperngaruhi :

5

Imam Bukhari, Shahih Bukhari 2, Dâr al-Thibi, Beirut, 1994. h.231-232.

6

a. Perasaan; misalnya cemas, takut, iri-dengki, sedih tak beralasan, marah oleh hal-hal remeh, bimbang, merasa diri rendah, sombong, tertekan (frustasi), pesimis, putus asa, apatis dan sebagainya.

b. Pikiran; kemampuan berfikir berkurang, sukar memusatkan perhatian, mudah lupa, tidak dapat melanjutkan rencana yang telah dibuat.

c. Kelakuan; nakal, pendusta, menganiaya diri atau orang lain, menyakiti badan orang atau hatinya dan berbagai kelakuan menyimpang lainnya. d. Kesehatan tubuh; penyakit jasmani yang tidak disebabkan oleh

gangguan pada jasmani.

Bagi manusia yang memiliki mental yang lemah bahkan mungkin kotor dan bernajis, apakah mungkin ia dapat berfikir dan menerangkan semua dari ayat-ayat-Nya yang menerangkan tentang berbagai rahasia dan hikmahnya yang dalam dan tinggi? Seperti firman-Nya : ﻦﻋﻚ ﻮ ْﺴ ْﻟ وﺮْﻤﺨ ﺮﺴْﻴﻤْﻟ ﺎﻤﻬ ْﻔﱠْﻦ ﺮ ْآأﺎﻤﻬﻤْاوسﺎﱠﻨ ﻟ ﻔٰﻨ وﺮﻴ آﻢْاﺎﻤﻬﻴ ْ و نﻮﻘﻔﻨ اذﺎ ﻚ ﻮ ْﺴ ﻮْﻔ ْﻟ ﻦﱢﻴ ﻚﻟٰﺬآ ﻢﻜﻟﷲ نوﺮﱠﻜﻔ ْﻢﻜﱠ ﻟ ٰ .

Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan perjudian, katakanlah, dalam keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, sedangkan dosa dari keduanya lebih besar ketimbang manfaatnya. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, yang lebih dari keperluan. Demikian itulah Allah swt; selalu menerangkan kepada kamu ayat-ayat tersebut, agar kamu dapat menerangkannya”.

(QS.al-Baqarah (2):219).

2. Spiritual, yaitu yang berhubungan dengan masalah ruh, semangat atau jiwa, religus, yang berhubungan dengan agama, keimanan, keshalehan dan

20

menyangkut nilai-nilai Transendental.7 Seperti syirik (menduakan Allah), nifaq, fasiq dan kufur; lemah keyakinan dan tertutup atau terhijabnya alam ruh, alam malakut dan alam ghaib; semua itu akibat dari kedurhakaan dan pengingkaran kepada Allah swt.sebagaimana dalam firman-Nya :

ﱠنا ﻪ كﺮْﺸ نأﺮﻔْ ﻻﷲ و، ءﺎﺸ ﻦﻤﻟﻚﻟٰذنودﺎ ﺮﻔ ﺪﻘ ﷲﺎ ْكﺮْﺸ ﻦ و ﺎﻤﻴﻈﻋﺎﻤْاٰىﺮ ْ .

Artinya : “Sesungguhnya Allah swt akan mengampuni seseorang yang berbuat syirik (menduakan) kepada-Nya, dan Dia akan mengampuni selain dari perbuatan syirik kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa berbuat syirik kepada Allah swt; maka benar-benar ia telah berbuat dosa besar.” (QS.an Nissa’ (4):48)

ﻢهﻢﻬﱠا أ ﻦﻜٰﻟوءﺎﻬﻔﺴﻟ

ْ ﱠﻻ نﻮﻤ

.

Artinya : “Ketahuilah, sesungguhnya mereka orang-orang munafiq itu adalah orang-orang bodoh, akan tetapi mereka tidak mengetahuinya”. (al-Baqarah (2):13)

نﻮﻬﻤْ ْﻢﻬﻨٰﻴْ ﻃﻰ ْﻢهﺪﻤ وْﻢ ءىﺰ ْﺴ ﷲ

.

Artinya : “Allah swt; akan mengolok-olok mereka (orang-orang munafik) dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka”. (QS.al-Baqarah, (2:15).

Allah swt; telah menerangkan dengan jelas bahwa kemunafikan merupakan penyakit spiritual yang sangat berbahaya. Dari ayat-ayat di atas dapat diambil pelajaran, bahwasanya konsekwensi dan akibat dari penyakit itu adalah kotor dan najis bathiniyah, sehingga Allah swt; akan menimpakan kepada mereka akan kehinaan-kehinaan, antara lain :

7

a. Mendapatkan dua bentuk siksaan, siksaan lahir dan bathin, di dunia hingga di akhirat.

b. Dilaknat-Nya dan dimasukkan ke dalam neraka jahanam. c. Dilupakan dan diabaikan oleh Allah swt.

d. Bathinnya penuh dengan kotoran dan najis bahkan penyakit itu terus bertambah-tambah sebelum ia melakukan pertobatan yang sesungguhnya.

e. Dicap sebagai orang-orang yang bodoh.

f. Mereka selalu diperolok-olok dan dicampakkan, serta diombang-ambingkan dalam kesesatan mereka tanpa mereka sadari.

Nifaq adalah perbuatannya; sedangkan munafiq adalah orang yang secara lahiriyah ia mengaku sebagai orang muslim sedangkan kondisi bathinnya ingkar. Walaupun ia mampakkan kemuslimannya dengan melakukan shalat, puasa dan perbuatan ibadah lainnya, namun sifat nifaq itu tidak atau belum terlepas dari dirinya, selama sifat-sifat tidak jujur, khianat dan ingkar janji itu belum hilang dari dalam dirinya.

Penyakit bathiniyah atau spiritual ini sangat sulit untuk disembuhkan atau diobati; karena ia sangat tersembunyi di dalam diri setiap orang. Oleh karena itu, tanpa ada pertolongan dan petunjuk serta bimbingan dari Allah swt., Rasul-Nya Muhammad saw., Malaikat Jibril dan hamba-hamba-Nya yang hak, maka penyakit itu tidak akan pernah dapat disembuhkan dengan mudah.

22

Demikian pula penyakit bathiniyah yang lain seperti fasiq, yaitu sifat atau sikap menganggap enteng hukum-hukum dan hak-hak Allah swt. Suka menunda-nunda untuk melakukan perbuatan-perbuatan kebenaran dan kebaikan. Menganggap enteng perkara-perkara yang berhubungan dengan akhlak atau moral.Sehingga; tidak dapat melihat kebenaran Ketuhanan, tidak dapat mendengar kebenaran dengan kebenaran Ketuhanan dan tidak dapat mengatakan kebenaran dengan kebenaran Ketuhanan. Hal itu, disebabkan karena fitrah-fitrah yang menghiasi hati nurani dan inderawinya tertutup dan terbelenggu dengan kotoran-kotoran dan najis-najis bathiniyah;seperti terdapat dalam firman-Nya :

ﻢ نﻮ ﺟْﺮ ﻻْﻢﻬ ْﻤﻋﻢْﻜ

.

Artinya : “Mereka orang-orang munafik itu tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tidak akan kembali ke jalan yang benar”.

(QS.al-Baqarah (2):18).

ﻢ نﻮ ﻘْ ﻻْﻢﻬ ْﻤﻋﻢْﻜ

.

Artinya : “Mereka orang-orang kafir itu tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tidak mengerti (berpikir dengan benar)”. (QS.al-Baqarah (2):171).

3. Moral (akhlak), yaitu suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian;8 atau sikap mental atau watak yang terjabarkan dalam bentuk : berfikir,berbicara,bertingkah laku dan sebagainya, sebagi ekspresi jiwa9.

8

Ensilopedi Islam, h.102.

9

Islam memberikan paradigma moral dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Nabi Muhammad saw. adalah seorang manusia jujur yang telah membawa pesan-pesan moral secara aplikatif dan kongkrit di dalam kehidupan sehari-hari, baik moral atau akhlak dihadapan Rabnya, sesama makhluknya maupun dengan lingkungan dan alam sekitarnya.

Moral, akhlak atau tingkah laku merupakan ekspresi dari kondisi mental dan spiritual. Ia muncul dan hadir secara spontan dan otmatis, dan tidak dapat dibuat-buat atau direkayasa. Perbuatan dan tingkah laku itu kadang-kadang sering tidak disadari oleh subyek, bahwa perbuatan dan tingkah lakunya menyimpang dari norma-norma agama (Islam) dan akhirnya dapat membahayakan dirinya dan orang lain. Seperti liar, pemarah, sembrono, dengki, dendam, suka mengambil hak milik orang lain, berprasangka buruk, pemalas, mudah putus asa dan sebagainya. Dalam ajaran Islam sikap dan tingkah laku seperti itu merupakan perbuatan yang tercela dan dimurkai oleh Allah swt.dan beserta Rasul-Nya.

Untuk menyembuhkan penyakit-penyakit itulah Rasulullah saw. segera langsung diutus oleh Allah swt. untuk ke dunia ini. Perkataan, perbuatan, sikap dan gerak-geriknya merupakan sebagai suatu keteladanan dan contoh yang baik dan benar bagi diri seorang manusia. Oleh karena, itulah Allah swt. berfirman :

ﻟ لﻮ رﻰ ْﻢﻜﻟنﺎآْﺪﻘ ﻮْ أﷲ ْاﻮﺟْﺮ نﺎآﻦﻤﱢﻟﺔﻨﺴﺣة وﷲ مْﻮﻴْﻟ ﺮآذوﺮﺧءْﻻ اﺮ آﷲ .

Artinya : “Sesungguhnya benar-benar telah terdapat pada diri Rasulullah saw. Itu ketauladanan yang baik bagimu, bagi barangsiapa

24

yang senantiasa mengharap Allah swt. dan Hari Akhir, sedangkan dia telah banyak mengingat Allah swt”. (QS. al-Ahzab (33):21).

ﻢﻴﻈﻋ ﺧٰ ﻟﻚﱠاو

.

Artinya : “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memilki tingkah laku yang agung”. (QS. al-Qalam (68):4).

4. Fisik (Jasmaniyah). Penyakit ini bisa dilihat secara fisik atau non fisik, yaitu :

Pertama, sakit secara fisik, dapat disebabkan oleh suatu hal yang sifatnya kronologis, seperti sakit flu dan pilek disebabkan oeh udara dan cuaca yang buruk serta makanan.

Kedua, sakit secara non fisik, yang disebabkan karena accident atau suatu kejadian bisa dilihat dari kecelakaan atau bencana alam. Atau dapat disebabkan seperti halnya kecemasan, depresi atau stress. Kecemasan muncul dari rasa khawatir, takut, gelisah, cemas dan tidak bisa tidur. Rasa cemas itu selalu berorientasi pada masa depan. Adapun depresi menyangkut pada keluhan dan penyesalan.

Tetapi sakit pada umumnya disebabkan oleh gangguan fisik. Kondisi-kondisi fisik yang tidak sehat, seperti terkena stroke, sakit jantung dan liver juga bisa dapat mempengaruhi kejiwaan seseorang. Namun, kondisi kejiwaan juga bisa memperngaruhi kondisi badan. Badan dan jiwa itu saling memperngaruhi. Perilaku manusia cerminan dari pikiran dan perasaan. Jiwa terdiri dari tiga unsur yaitu alam pikiran, alam perasaan dan perilaku. Hal inilah, mengantar pada kesadaran religius. Agama diturunkan

oleh para Nabi untuk memperbaiki akhlak manusia itu meliputi perilaku, perbuatan dan tingkah laku yang merupakan cerminan dari pikiran dan perasaan.10

Jika dilihat dari kondisinya penyakit dibagi menjadi 2 macam. Pertama, penyakit ringan, yaitu penyakit yang dengan mudah dapat segera disembuhkan, seperti influenza, tifus dan lain-lain.

Kedua, penyakit berat, yaitu penyakit yang membutuhkan waktu lama penyembuhannya atau bahkan sama sekali tidak dapat disembuhkan. Seperti; stroke, yang menyebabkan lumpuh sebelah, kanker stadium lanjut atau AIDS.

Kemudian, seberapa jauh faktor-faktor penyakit fisik dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseoarang? kita ambil sebuah contoh, seorang eksekutif muda dengan badan yang sehat, olahraga tidak pernah lalai, makanannya teratur dan sebagainya. Tetapi dia bekerja sangat berlebihan, melampui batas kemampuan manusia normal, dan kurang istirahat. Akibatnya dia terkena stroke dan lumpuh sebelah.

Stroke adalah keadaan ketika fungsi otak terganggu karena adanya gangguan sirkulasi darah di otak. Akibatnya tubuh yang tadinya energik menjadi invalid, tidak bisa mengerjakan apa-apa. Berbaring di Rumah Sakit berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Dari suatu keadaan yang merdeka penuh menjadi tidak berdaya apa-apa. Lalu timbullah problem pasca-stroke. Ketika krisis strokenya mulai dapat diatasi, dia akan

10

26

mengalami gangguan kejiwaan karena ketidaksiapannya menghadapi kondisi yang seolah-olah menjadikannya terbelenggu. Oleh karena itu, dalam mengatasi keadaan ini ternyata kajian syifa ini sangatlah diperlukan dan juga, sangat berguna bagi kehidupan saat sekarang ini.

Tetapi, adakalanya sering dilakukan secara kombinasi dengan melalui terapi medis atau melalui kedokteran pada umumnya. Seperti lumpuh, penyakit jantung, lever, buta dan sebagainya. Sebagimana penulis sering memperoleh pengalaman seperti itu. Suatu ketika ada seorang ibu datang kepada saya dan menceritakan perihal penyakit putranya yang berusia dua setengah tahun. Di bagian leher putranya terkena suatu penyakit kulit yang sungguh menyedihkan bagi siapa saja yang menyaksikannya. Hampir sepanjang hari ia menangis karena terasa gatal, panas dan pedih. Kurang lebih 1 bulan penulis melakukan syifa ini dengan memberikan sebuah air putih, tentu saja setelah air itu penulis bacakan ayat-ayat Allah swt; serta ayat al-syifa tersebut, serta memasukkan energi dzikir kedalam tubuh anak itu, dengan tujuan agar bakteri dan kuman-kuman yang telah menyebabkan sakit itu agar segera dapat keluar dan hilang. Alhamdulillah berkat pertolongan-Nya, lalu, anak itu segera mendapatkan kesembuhan secara total dan seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Padahal sebelumnya kedua orang tuanya berulangkali berobat ke dokter dan rumah sakit dengan berganti-ganti dokter. Sejalan dengan ucapan Nabi Muhammad saw :

Artinya : “Berobatlah kalian, maka sesungguhnya Allah swt; tidak mendatangkan suatu penyakit, kecuali mendatangkan juga obatnya, kecuali penyakit tua”. (H.R.at-Tarmidzi)

C. Pandangan Para Ulama Tafsir Tentang Syifa

Dokumen terkait