• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERZINAAN MENURUT HUKUM ADAT BATAK TOBA

D. Macam-macam Sanksi

Pada umumnya sanksi merupakan alat pemaksa agar seseorang itu taat pada norma yang berlaku.28Sedangkan pidana yang merupakan terjemahan dari bahasa

28

P.A.F. Lamintang, Delik-Delik Khusus Tindak Pidana-Tindak pidana Melanggar Norma-Norma Kesusilaan Dan Norma Kepatuhan, h. 98-99

Belanda yaitu “straf” yang berarti hukuman.Hanya saja ada sedikit perbedaan antara istilah pidana dengan hukuman.Istilah umum untuk segala macam sanksi baik perdata, administratif, disiplin, dan pidana.Sedangkan istilah pidana diartikan sempit yang berkatian dengan hukum pidana.29

Dengan demikian, sanksi pidana dapat diartikan sebagai suatu alat pemaksa yang mengharuskan seseorang untuk mentaati norma-norma yang berlaku dalam masalah pidana .

Macam-macam sanksi dalam Hukum Adat Batak Toba adalah :

1. Penggantian kerugian materil dalam berbagai rupa misalnya saja seperti paksaan untuk menikahi gadis yang sudah dicemarkan

2. Pembayaran uang adat kepada orang yang tercederai berupa benda sakti sebagai pengganti kerugian rohani.

3. Selamatan (korban) untuk membersihkan masyarakat dari segala kotoran aib.

4. Permintaan maaf atau penutup malu

5. Pengasingan dari masyarakat serta meletakkan orang diluar tata hukum 6. Hukuman mati atau hukuman badan.

Dalam Hukum Positif, macam-macam sanksi diatur dalam pasal 10 KUHP yang berbunyi sebagai berikut :

“ pidana terdiri atas :

29

a. Pidana pokok : 1. Pidana mati

Pidana ini merupakan pidana yang terberat dari semua pidana yang dicantumkan terhadap berbagai kejahatan yang sangat berat, misalnya saja pada pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP), pencurian dengan kekerasan (pasal 365 KUHP), dan pemberontakan yang diatur dalam pasal 124 KUHP.

2. Pidana penjara

Pidana ini mengenai pembatasan kemerdekaan atau kebebasan seseorang, yaitu berupa hukuman penjara atau kurungan. Hal ini diatur dalam pasal 12 KUHP yang berbunyi :

(1) Pidana penjara adalah seumur hidup atau selama waktu tertentu (2) Pidana penjara selama waktu tertu paling pendek adalah satu

hari dan paling lama lima belas tahun berturut-turut

(3) Pidana penjara selama waktu tertentu boleh dijatuhkan untuk dua puluh tahun berturut-turut dalam hal yang pidananya hakim boleh memilih antara pidana mati, pidana seumur hidup dan pidana penjara selama waktu tertentu atau antar pidana penjara selama waktu tertentu, begitu juga dalam hal batas lima belas tahun dapat dilampaui karena pembarengan (concursus), pengulangan (residive) atau karen yang telah ditentukan dalam pasal 52 KUHP

(4) Pidana penjara selama waktu tertentu sekali-kali tidak boleh lebih dari dua puluh tahun.

Ada beberapa sistem dalam pidana penjara, yaitu :

a. Pensylvanian system : terpidana menurut sistem ini dimasukkan dalam sel-sel tersendiri, ia tidak boleh menerima tamu baik dari luar maupun sesama narapidana, ia tidak boleh bekerja diluar sel satu-satunya pekerjaan

adalah membaca buku suci yang diberikan kepadanya. Karena pelaksanaannya dilakukan di sel-sel maka disebut juga cellulaire system

b. Auburn system : pada waktu malam ia dimasukkn dalam sel secara sendiri-sendiri, pada waktu siangnya diwajibkan bekerja dengan narapidana lainnya, tetapi tidak boleh saling berbicara diantara mereka, biasa disebut dengan silent system.

c. Progressive system : cara pelaksanaan pidana menurut sistem ini adalah bertahap, biasa disebut english/ ire system.30

3. Kurungan

Pidana kurungan ini lebih ringan pula dari pada pidana pejara. Lebih ringan antara lain, dalam hal melakukan pekerjaan yang diwajibkan dan kebolehannya membawa peralatan yang dibutuhkan terhukum sehari-hari, misalnya : tempat tidur, selimut, dan lain-lain. lamanya pidana kurungan ini telah ditentukan dalam pasal 18 KUHP yang berbunyi :

(1) Lamanya pidana kurungan sekurang-kurangnya satu hari dan paling lama satu tahun

(2) Hukuman tersebut dapat dijatuhkan untuk paling lama satu tahun empat bulan jika ada pemberatan pidana yang disebabkan karena gabungan kejahatan atau pengulangan, atau ketentuan pada pasal 52 dan 52 a KUHP.

4. Denda

hukuman denda selain diancamkan pada pelaku pelanggaran juga diancamkan terhadap kejahatan yang adakalanya sebagai alternative atau kumulatif. Jumlah yang dapat dikenakan pada hukuman denda ditentukan minum dua puluh sen, sedangkan jumlah maksimum tidak ada ketentuannya. Mengenai hukuman denda telah diatur dalam pasal 30 KUHP

b. Pidana tambahan :

1. Pencabutan hak-hak tertentu

Mengenai pencabutan hak-hak tertentu diatur dalam pasal 35 KUHP yang berbunyi :

(1) Hak si bersalah, yang boleh dicabut dalam putusan hakim dalam hal yang ditentukan dalam kitab undang-undang ini atau dalam undang-undang umum lainnya, adalah :

a. Menjabat segala jabatan atau jabatan tertentu b. Masuk balai tentara

c. Memilih dan boleh dipilih pada pemilihan yang dilakukan karena undang-undang umum

d. Menjadi penasehat atau wali, atau wa;I pengawas atau pengampu atau pengampu pengawas atas orang lain yang bukan anaknya sendiri

e. Kekuasaan bapak, perwalian, dan pengampuan atas anaknya sendiri

f. Melakukan pekerjaan tertentu 2. Perampasan barang-barang tertentu

Karena suatu putusan perkara mengenai diri terpidana, maka barang yang dirampas itu adalah barang hasil kejahatan atau barang milik terpidana yang digunakan untuk melaksanakan kejahatannya. Hal ini pun diatur dalam pasal 39 KUHP

3. Pengumuman putusan hakim

Hukuman tambahan yang dimaksud dalam hal ini adalah untuk mengumumkan kepada khalayak ramai (umum) agar dengan demikian masyarakat umum lebih berhati-hati terhadap si terhukum. Biasanya ditentukan oleh hakim dalam surat kabar yang mana, atau berapa kali, yang semuanya atas biaya siterhukum.

Mengenai cara-cara menjalankan pengumuman putusan hakim dimuat dalam putusan (pasal 43 KUHP).

Selain itu ada juga pidana tambahan berupa pemenuhan kewajiban adat.Beberapa hal yang dapat dikemukakan berkaitan dengan pidana tambahan ini (pasal 102 jo.pasal 5 ayat (2) rancangan KUHP) yaitu sebagai berikut :

1. Dalam putusan dapat ditetapkan pemenuhan adat setempat, utamanya jika tindak pidana yang dilakukan menurut adat setempat seseorang patut dipidana walaupun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan.

2. Kewajiban adat tersebut dianggap sebanding dengan pidana denda kategori I dan dapat dikenakan pidana pengganti jika kewajiban adat itu tidak dipenuhi atau tidak dijalani oleh terpidana yang dapat berupa pidana ganti rugi.31

Dokumen terkait