• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahkamah Agung Republik Indonesiayaitu maksimal tanggal 28 Maret 1987 atau sejak pengajuan Hak Uji Materiil

tanggal 28 Januari 2015 sehingga maksimal pengajuan gugatan adalah tanggal 14 April 2015, dengan demikian maka pengajuan gugatan dalam perkara ini telah kedaluwarsa atau lewat waktu sehingga gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima;

Dalam Pokok Perkara :

Bahwa dasar tetap diberlakukannya Instruksi Wakil Kepala Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta No. K.898/I/A/1975 tanggal 5 Maret 1975 tentang Penyeragaman Polecy Pemberian Hak Atas Tanah kepada seorang WNI Non Pribumi adalah :

Pasal 33 ayat (3) UUD 1945;

Pasal 2 ayat (1), (2), (3), (4) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau UUPA;

Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang UUPA;

Pasal 11 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 beserta penjelasannya;

Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960;

Penjelasan Umum II Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 butir (6);

Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No. 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta;

Pasal 1 ayat (4) Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial yang diratifikasi dengan Undang-Undang No. 29 tahun 1999;

Halaman 84 dari 95 Putusan Perdata Gugatan Nomor 132/Pdt.G/2017/PN Yyk

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Pasal 7 ayat (2) huruf d dan ayat (3) Undang-Undang No. 13

Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta;

Bahwa Instruksi Wakil Kepala Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta No. K.898/I/A/1975tanggal 5 Maret 1975 tersebut mengacu pada Hukum Adat yaitu Sabda HB II yang memperbolehkan Cina untuk menempati tanah-tanah yang berpotensi ekonomis tinggi/strategis untuk dagang tetapi tidak diijinkan untuk punya hak milik. Jadi Instruksi ini dikeluarkan dalam rangka perlindungan kepada warga masyarakat DIY yang berekonomi lemah;

Bahwa WNI Non Pribumi masih dapat memperoleh tanah dengan HGB atau Hak Pakai sehingga tidak benar dalil Penggugat yang menyatakan dirugikan;

Pokok Jawaban Tergugat II : Dalam Eksepsi :

1. Bahwa gugatan Penggugat salah alamat (error in persona) sebab Tergugat II tidak pernah menerbitkan Instruksi Wakil Kepala Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta No. K.898/I/A/1975 tanggal 5 Maret 1975 tersebut;

2. Bahwa berdasarkan pasal 50 Undang-Undang No. 2 Tahun 1986 maka Pengadilan Negeri tidak berwenang secara absolut untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara aquo;

3. Bahwa berdasarkan pasal 134 HIR, oleh karena Instruksi Wakil Kepala Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta No. K.898/I/A/1975 tanggal 5 Maret 1975 tersebut merupakan suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh Perintah Daerah DIY maka menjadi kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana diatur dalam pasal 47 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986; Dalam Pokok Perkara :

Halaman 85 dari 95 Putusan Perdata Gugatan Nomor 132/Pdt.G/2017/PN Yyk

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Bahwa berdasarkan pasal 2 Peraturan Presiden No. 20 Tahun 2015,

maka BPN mempunyai tugas pemerintahan di bidang pertanahan;

Bahwa berdasarkan pasal 12 Peraturan Presiden No. 20 Tahun 2015 maka BPN dalam pelaksanaan tugasnya menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan BPN maupun hubungan antar instansi pemerintah baik pusat maupun daerah;

Menimbang, bahwa selanjutnya menurut pendapat Majelis Hakim yang masih menjadi pokok permasalahan antara Penggugat dengan Tergugat dan harus dibuktikan di persidangan oleh kedua belah pihak adalah :

Apakah perbuatan Tergugat I dan Tergugat II yang memberlakukan Instruksi Wakil Kepala Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta No. K.898/I/A/1975 tanggal 5 Maret 1975 tersebut merupakan perbuatan melawan hukum oleh penguasa atau tidak;

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 163 HIR, Penggugat berkewajiban untuk membuktikan hal tersebut diatas;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya Penggugat telah mengajukan alat bukti surat (tertulis) yaitu bukti P-1 s/d P-29, 2 (dua) orang saksi dan 1 (satu) orang Ahli, sedangkan Tergugat I untuk membuktikan dalil-dalil bantahannya telah mengajukan alat bukti surat (tertulis) yaitu bukti T.I-1 s/d T.I-15 dan 1 (satu) orang Ahli dan Tergugat II mengajukan alat bukti surat (tertulis) yaitu T.II-1 s/d T.II-5;

Menimbang, bahwa terhadap alat bukti surat (tertulis) yang merupakan bukti berupa foto copy yang tidak ada aslinya adalah merupakan alat bukti yang tidak mempunyai kekuatan pembuktian, sebagaimana ketentuan pasal 1888 KUHPerdata yang berbunyi : “Kekuatan pembuktian suatu bukti tulisan adalah

Halaman 86 dari 95 Putusan Perdata Gugatan Nomor 132/Pdt.G/2017/PN Yyk

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

ada pada akta aslinya. Apabila akta yang asli itu ada, maka salinan-salinan

serta ikhtisar-ikhtisar hanyalah dapat dipercaya, sekedar salinan-salinan serta ikhtisar-ikhtisar itu sesuai dengan aslinya, yang mana senantiasa dapat diperintahkan mempertunjukkannya”, sehingga bukti-bukti surat/tertulis yang tidak ada aslinya tersebut ini tidak dapat digunakan untuk menguatkan pembuktian;

Menimbang, bahwa selanjutnya atas gugatan Penggugat dan jawaban Tergugat I serta Tergugat II tersebut, Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut :

Dalam Eksepsi :

Menimbang, bahwa mengenai eksepsi Tergugat I yang menyatakan gugatan Penggugat kabur dan tidak jelas (obscuur libel) haruslah ditolak oleh karena dalam dalil gugatan Penggugat telah menguraikan mengenai jenis gugatan dan obyek atau materi gugatan yaitu mengenai Tergugat I dan Tergugat II yang telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum yaitu dengan memberlakukan Instruksi Wakil Kepala Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta No. K.898/I/A/1975 tanggal 5 Maret 1975;

Menimbang, bahwa mengenai eksepsi Tergugat I yang menyatakan bahwa gugatan Penggugat kedaluwarsa/lewat waktu karena telah lewat tenggang waktu 90 (Sembilan puluh) hari sebagaimana diatur dalam pasal 55 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 haruslah ditolak pula, oleh karena gugatan ini adalah mengenai perbuatan melawan hukum yang diajukan di Pengadilan Negeri sedangkan ketentuan pasal 55 Undang-Undang No. 5 tahun 1986 adalah mengatur batasan waktu mengajukan gugatan di Peradilan Tata Usaha Negara;

Halaman 87 dari 95 Putusan Perdata Gugatan Nomor 132/Pdt.G/2017/PN Yyk

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Dokumen terkait