• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Makanan ikan motan (T. polylepis)

Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan ditentukan oleh makanan yang tersedia. Ketersediaan makanan merupakan salah satu faktor yang menentukan jumlah populasi, pertumbuhan, reproduksi, dinamika populasi serta kondisi ikan yang ada di perairan (Nikolsky, 1963). Dari 490 ekor ikan yang tertangkap, terdapat 212 (43,27%) usus ikan yang dapat digunakan untuk menganalisis makanan ikan motan (Lampiran 5). Berdasarkan hasil analisis, dapat dilihat pada Tabel 6 bahwa makanan ikan, baik di Simalinyang maupun di Mentulik, terdiri atas enam kelompok makanan yaitu Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Desmidiaceae, Cyanophyceae, Protozoa, dan Rotifera. Secara umum, organisme makanan yang dimakan ikan motan di Simalinyang dan Mentulik hampir sama walaupun ada beberapa organisme yang ditemukan di usus ikan motan di Simalinyang, tetapi tidak ditemukan di usus ikan motan di Mentulik. Sebagai contoh, Micrasterias, Coelastrum, Pleurotaenium, Straurastrum, dan Xantidinium (Desmidiaceae) hanya ditemukan di usus ikan

contoh di Simalinyang, tetapi tidak ditemukan di usus ikan motan di Mentulik (Tabel 6).

Tabel 6. Organisme makanan di dalam usus ikan motan (T. polylepis)

Daerah Organisme Makanan

Simalinyang

Chlorophyceae: Ankistrodesmus, Botryococcus ,Crucigenia ,Mougeotia, Protococus,

Phacus, Zygnema,Scenedesmus;Desmidiaceae:Closterium,Cosmarium,Micrasterias, Coelastrum, Pleurotaenium, Straurastrum, Xantidinium; Bacillariophyceae

:Champilodiscus,Cocconeis,Coscinodiscuss,Cyclotella,Eunotia,Diatoma,Eunotia, Frustulia,Gomphonema,Melosira,Navicula,Nitzcia,Pinnularia,pleurosigma,Surilella, Synedra,Tabellaria;Protozoa:Chilodonella,Euglena,Vorticella;Cyanophyceaea: Gleospaca,Oscillatoria,Rivularia,Tetrapedia;Rotifera:Testudinella,Stylonnychia Mentulik

Chlorophyceae: Amphipora, Ankistrodesmus, Botryococcus ,Crucigenia ,Protococus,

Phacus Scenedesmus;Desmidiaceae:Closterium,Cosmarium; Bacillariophyceae: Biddulphia,Champilodiscus,Cocconeis,Coscinodiscus,Chaetocheros,Cyclotella, Diatoma,Cymatopleura,Cymbella,Frustulia,Flagilaria,Gomphonema,Melosira, Netrium,Navicula,Nitzcia,Pinnularia,pleurosigma,Surilella,Synedra,Tabellaria;

Protozoa:Chilodonella,Euglena,Trachelomonas,Vorticella;Cyanophyceaea:

Gleospaca,Oscillatoria,Stinogena,Tetrapedia;Rotifera:Testudinella,Stylonnychia

Nilai indeks bagian terbesar (IP) terbesar selama pengamatan ─pada ikan motan jantan maupun betina─ di daerah Simalinyang adalah dari kelompok Bacillariophyceae (17 genera) dengan nilai IP tertinggi −pada ikan jantan dan

betina─ sebesar 79,56 dan 74,48 (Lampiran 8 & 9). Selama pengamatan nilai IP makanan (genera) setiap bulannya cenderung berubah, tetapi organisme yang selalu ditemukan setiap bulan dan cenderung memiliki nilai IP tertinggi adalah

Cocconeis (Lampiran 8 & 9) sebesar 44,81 (pada ikan jantan) dan 46,93 (pada

ikan betina) ─kecuali pada bulan November yang ditempati oleh Pleurotaenium sebesar 43,33 (pada ikan jantan) dan 22,68 (pada ikan betina) (Lampiran 8 & 9).

Nilai IP tertinggi di daerah Mentulik ditempati oleh organisme makanan kelompok Bacillariophyceae (21 genera) sebesar 96,4 pada ikan jantan dan 96,4 pada ikan betina (Lampiran 6 & 7). Cocconeis adalah organisme makanan yang juga selalu ditemukan pada setiap bulan pengamatan dan cenderung memiliki nilai tertinggi (Lampiran 6 & 7) sebesar 70,49 (pada ikan jantan) dan 75,05 (pada ikan betina).

Dari informasi tersebut dapat disimpulkan bahwa makanan utama ikan motan di kedua tempat selama penelitian ─baik ikan motan jantan maupun betina─ adalah sama, yaitu plankton kelompok Bacillariophyceae dan organisme yang paling banyak ditemukan dan cenderung memiliki nilai IP tertinggi adalah organisme dari genus Cocconeis (Lampiran 6, 7, 8, dan 9). Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Suryaningsih (2000) di Waduk PLTA Koto Panjang dimana makanan ikan motan (T. polylepis) sebagian besar adalah fitoplankton dari kelompok Chlorophyceae, Cyanophyceae, Chrsophyceae, Phyrophyta, dan zooplankton.

Makanan pelengkap dan tambahan ikan motan di Simalinyang adalah kelompok organisme jenis Chlorophyceae (7 genera), Desmidiaceae (7 genera), Cyanophyceae (4 genera), Protozoa (3 genera), dan Rotifera (2 genus) dengan nilai IP yang berbeda-beda pada setiap bulannya (Lampiran 8 & 9 ). Selain itu, di daerah Mentulik dapat dilihat pula bahwa makanan pelengkap dan tambahan ikan motan adalah kelompok organisme jenis Chlorophyceae (7 genera), Desmidiaceae (2 genera), Cyanophyceae (4 genera), Protozoa (4 genera), dan Rotifera (2 genera) (Lampiran 6 dan 7).

Nilai IP tiap genus dari kelompok Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Desmidiaceae, Protozoa, maupun Rotifera selalu berubah pada tiap bulannya (Lampiran 6, 7, 8, & 9). Kennard et al. (2001) in Medeiros (2004) menyatakan

bahwa di rawa banjiran terdapat pola regional yang penting pada makanan ikan dan kemungkinan ini akibat adanya variasi produktivitas, ketersediaan makanan, dan komposisi spesies atau kombinasi dari ketiga faktor tersebut. Oleh karena itu, ikan menunjukkan perubahan makanan pada saat muka air tinggi maupun rendah (Lowe-Mc Connell, 1987). Begitu pun pada makanan ikan motan di kedua daerah, dimana pada setiap bulannya terjadi perubahan nilai IP pada setiap kelompok organisme makanan.

Simalinyang

(a) (b)

Mentulik

(a) (b)

Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa nilai IP makanan utama (kelompok Bacillariophyceae) setiap bulannya cenderung meningkat. Hal tersebut diduga dipengaruhi oleh keberadaan organisme makanan tersebut (Bacillariophyceae) di perairan. Pada ekosistem rawa banjiran di Quebra-Pote, Brazil, Nogueira et al. (2005) melaporkan bahwa kelimpahan terbesar fitopkankton jenis Bacillariophyceae terjadi pada saat muka air naik di mana jenis tersebut mewakili 48% dari seluruh jenis fitoplankton yang ada di rawa banjiran tersebut. Selain itu, pada saat paras muka air naik, kelimpahan Protozoa dan Rotifera pun meningkat. Dalam hal ini kekeruhan, presipitasi, dan fluktuasi tinggi muka air adalah faktor yang mengendalikan perubahan tersebut. Hal tersebut pun terjadi di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri dimana pada tiap bulannya di Simalinyang dan Mentulik paras muka air selama pengamatan semakin meningkat (Gambar 4).

Berbeda dengan di Simalinyang dan di Mentulik, menurut Lathifah (2008) makanan utama ikan motan di Waduk Koto Panjang adalah plankton jenis Dinophyceae. Adanya perbedaan komposisi makanan ini diduga karena dalam satu spesies ikan yang hidup di daerah yang berbeda dapat berbeda kebiasaan makanannya bergantung komposisi makanan di dalam perairan tersebut (Quaatey & Maravelias, 1999 in Rahardjo & Simanjuntak, 2002). Selain itu, menurut Effendie (1997) perbedaan jenis makanan ikan (di Sungai Kampar Kiri dan Waduk Koto Panjang) disebabkan oleh kondisi biotik maupun abiotik lingkungan seperti suhu, cahaya, ruang, dan luas permukaan. Perubahan dari perairan mengalir menjadi perairan tergenang di Waduk Koto Panjang diduga memengaruhi kualitas perairan waduk tersebut yang menyebabkan plankton jenis Dinophyceae lebih dominan di Waduk Koto Panjang. Sebaliknya, rawa banjiran Sungai Kampar Kiri merupakan habitat asli yang tidak diubah oleh kegiatan manusia (Bakhris, 2008).

Tomec et al. (2003) menyatakan bahwa kualitas makanan ikan penting

untuk pertumbuhan dan reproduksi dalam suatu populasi ikan. Menurut Engstrom-öst et al. (2003) in Nogueira, et al. (2005) selama terjadinya flooding kelimpahan Bacillariophyceae dapat meningkatkan produktivitas sekunder dan juga telah lama diketahui bahwa plankton jenis Dinophyceae dan Cyanophyceae berkualitas rendah sebagai pakan alami ikan dibandingkan plankton jenis

Bacillariophyceae. Selama bertahun-tahun, pembudidaya ikan menganggap phytoplankton sebagai makanan ikan yang cocok dan bernutrisi. Hudinaga (1942) melakukan penelitian terhadap Penaeus japonicus yang memanfaatkan diatom dan berkesimpulan bahwa diatom sangat baik untuk pertumbuhan larva udang (www.fao.org). Di Korea, Navicula (Bacillariophyceae) termasuk salah satu diatom yang sangat umum digunakan dalam budidaya kerang (Affan, 2007) dan

Cocconeis scutellum merupakan makanan yang paling baik untuk mendukung

pertumbuhan post larva abalone (www.sciencelinks.jp). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa makanan ikan motan, yang didominasi oleh Bacillariophyceae (diatom), di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri masih dapat dikatakan baik untuk mendukung pertumbuhan ikan motan.

Dokumen terkait