Belakangan ini bermunculan masjid yang menampakkan gaya dan bentuk arsitektur yang beraneka ragam. Terutama di kota-kota besar, banyak masjid yang berdiri dengan kemewahan dan keindahan. Dalam masalah bangunan fisik masjid, Islam tidak menentukan dan mengaturnya. Artinya, umat Islam diberikan kebebasan, sepanjang bangunan masjid itu berperan sebagai rumah ibadah dan pusat kegiatan jamaah/umat.
Menyadari sepenuhnya peran masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kegiatan umat, tujuan pendiriannya pun harus ditetapkan secara jelas dan benar-benar disadari sejak awal. Karena itu, keberadaan sebuah masjid tidak mubazir. Kita harus benar-benar khawatir (jika sampai) tergolong ke dalam kaum (zaman) yang disebut dalam peringatan Nabi Muhammad saw.: “masaajiduhum ‘aamirotun wahiya khoroobun minal huda” yang artinya, “Masjid-masjid dibangun megah, tetapi sepi dari pelaksanaan
petunjuk Allah” (HR baihaqi)14.
Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo dibangun di atas tanah wakaf15 seluas 50 ubin16 yang dalam pengembangannya telah mencapai ± 100 ubin. Adapun mengenai tanah wakaf 100 ubin ini adalah berasal dari berbagai kalangan yang dengan sukarela memberikan sumbangan untuk kepentingan umum yang bersifat suci.
14 Drs. Mohammad E. Ayub, Manajemen Masjid, Gema Insani, Jakarta. 1996. Hal. 11
15 Wakaf adalah benda bergerak atau tidak bergerak yang disediakan untuk kepentingan umum (Islam) sebagai pemberian yang ikhlas
33
Arsitektur adalah kristalisasi17 dari pandangan hidup sehingga arsitektur bukan semata-mata teknik dan estetika bangunan, atau terpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok seperti ranah keteknikan, ranah seni, atau ranah sosial. Meskipun yang menjadi ranah dalam praktik profesi perancang adalah materialisasi dari kehidupan, dimana bentuk arsitektur dijelaskan melalui spesifikasi elemen-elemen strukturnya, bahan, ukuran permukaan, dan sudut-sudutnya, karena melalui sepesifikasi inilah kontraktor pelaksana dapat mewujudkan sebuah desain, arsiktektur tidak hanya dapat di artikan sebagai produk, tetapi juga suatu proses18.
Bentuk gaya arsitektur pada bangunan Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo juga merupakan sebuah kristalisai dari pandangan hidup manusia, dimana rancang bangun yang diterapkan merupakan perpaduan arsitektur tiga budaya yang meliputi budaya Arab, Jawa, dan Tiongkok. Keindahan serta keelokan masjid terlihat sangat mengemuka, sehingga menambah daya tarik tersendiri. Selain itu, keindahan masjid juga ditopang dengan nilai seni dan budaya melalui sentuhan tangan para ahli dalam bidang teknik arsitektur. Adapun nilai seni yang diciptakan adalah berupa ornamen-ornamen19 dan kaligrafi yang sengaja dirancang untuk memperlihatkan ciri khas masing-masing budaya.
Perpaduan seni arsitektur budaya Arab, Jawa, dan Tiongkok yang diterapkan dalam rancang bangun Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng
17 Kristalisasi adalah penjernihan atau penegasan (biasanya berupa kesimpulan singkat); perihal menjadi jernih dan jelas (tentang suatu gagasan dsb)
18 Joyce Marcella Laurens, Arsitektur dan Perilaku Manusia, PT Grasindo, Jakarta. 2004. Hal. 26
19 Ornamen adalah hiasan dalam arsitektur, kerajinan tangan, dsb; hiasan yang dibuat (digambar atau dipahat) pada candi (gereja atau gedung lain)
34
Hoo merupakan suatu bentuk akulturasi20 budaya yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Atap masjid berbentuk persegi delapan yang dalam filsafat Tiongkok memiliki makna keberuntungan dan kejayaan. Selain itu, segi delapan juga menggambarkan kisah Nabi Muhammad SAW saat ditolong laba-laba, sarang laba-laba itu menyerupai persegi delapan. Sedangkan budaya Jawa terlihat dengan pemasangan usuk-usuk di dalam masjid, sementara budaya Arab terakomodasi melalui untaian kaligrafi yang menghiasi dalam masjid21. Masing-masing memiliki simbol atau makna tersendiri yang dapat dipahami melalui pengamatan terhadap bagian-bagian masjid, seperti pada bagian teras, pintu, jendela, ventilasi, pilar-pilar, atap, serta beberapa hiasan/ dekorasi masjid.
Pada bagian teras masjid yang berupa lantai bersusun tiga seperti tangga memiliki makna Iman, Islam, dan Ihsan yang merupakan pokok-pokok ajaran agama (Islam). Iman artinya percaya. Percaya dengan cara membenarkan sesuatu dalam hati, kemudian diucapkan oleh lisan dan dikerjakan dengan amal perbuatan. Dalam Alquran dan hadis ditegaskan bahwa umat manusia harus beriman kepada rukun iman yang enam. Adapun Islam berarti ketundukan (taslim), kepasrahan, menerima, tidak menolak, tidak membantah, dan tidak membangkang. Yaitu penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Sedangkan ihsan adalah sebuah kebaikan yang lahir dari kesadaran batin terdalam. Ihsan adalah berbuat
20 Akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi
35
kebaikan dengan ukuran lebih dari yang telah dilakukan orang lain kepada kita22.
Dengan demikian, hubungan antara Iman, Islam, dan Ihsan adalah iman dapat dipandang sebagai pembenaran hati (secara batin) bahwa Allah adalah Zat yang tidak ada bandingannya, Islam dipandang sebagai ketundukan lahir dengan melaksanakan rukun yang lima, sedangkan ihsan adalah hasil akhir (implikasi otomatis) dari sebuah proses keimanan dan keislaman seseorang. Ihsan lahir dari keyakinan dan ketundukan bahwa motivasi yang muncul hanya karena Allah semata23.
Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo memiliki 3 pintu yang terdapat pada bagian depan, samping kanan, dan samping kiri masjid. Pintu pada bagian depan merupakan pintu utama masjid yang memiliki pola atau desain yang unik. Berbeda dengan pintu masjid pada umumnya yang berbentuk persegi panjang ke atas, Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo memiliki desain pintu yang berpola melingkar seperti lingkaran pada bagian atas dan pola datar/ lurus seperti persegi pada bagian bawahnya. Pintu masjid terbuat dari kayu yang kuat dan memiliki nilai daya yang tahan lama serta mewah. Pada permukaan pintu terdapat
lafadz “Allah” menggunakan tulisan berbahasa Arab yang dipahat secara
elok dan rapi serta memiliki nilai seni tersendiri. Oleh karena itu, tidak heran jika sepasang pintu utama masjid ini menghabiskan biaya sebesar 16jt.
22 Taofik Yusmansyah, Akidah dan Akhlak, Grafindo Media Pratama, Bandung. 2006. Hal. 12
36
Sedangkan sepasang pintu pada samping kanan dan kiri masjid didesain seperti pintu rumah/ masjid pada umumnya yang berbentuk persegi panjang ke atas. Material pintu yang digunakan pada pintu samping kanan dan kiri masjid ini tidak seperti material pintu pada bagian depan masjid yang terbuat dari kayu dan berukirkan lafadz “Allah” bertuliskan bahasa Arab. Akan tetapi, material yang digunakan adalah selain kayu, terdapat pula tambahan aksen kaca tebal yang berlukiskan sebuah pola yang unik didalamnya pada setiap sisi pintu di bagian atas dan bawah. Perpaduan material kayu dan kaca inilah yang dapat menambah daya tarik masjid yang memiliki gaya arsitektur khas Tiongkok ini.
Berbeda dengan bagian pintu dengan desain yang cukup mewah, bagian jendela pada Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo terlihat biasa. Hanya pada bagian kaca jendela ini terdapat lukisan-lukisan berwarna merah dan kuning keemasan yang memperlihatkan warna khas budaya Tiongkok. Lukisan pada kaca jendela ini tentu saja dirancang untuk menambah keindahan suasana masjid agar terasa lebih nyaman dan tentram ketika melaksanakan ibadah shalat didalamnya.
Jika mengunjungi masjid ini, tentu tidak menyadari bahwa ada beberapa bagian masjid yang sengaja dirancang pada setiap bagiannya berjumlah delapan. Dalam keyakinan orang Tionghoa, angka 8 merupakan angka kejayaan dan kemuliaan. Harapannya, dengan didirikannya Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo ini dapat memunculkan kejayaan
37
khususnya untuk kejayaan masjid itu sendiri dan seluruh umat muslim yang mengagungkan rumah ibadah (masjid) tersebut.
Sebagian besar orang Asia, khususnya keturunan Tiongkok yang percaya dengan “supertisius”24, menganggap angka bisa membawa keberuntungan. Terlebih angka-angka yang dalam pengucapannya hampir sama dengan pengucapan kata keberuntungan, rezeki, hoki, atau kemudahan. Beberapa angka yang menjadi incaran misalnya 8 atau gabungan beberapa angka delapan, 168, 28 atau angka yang mengandung nilai, makna, sejarah, dan momentum25. Pada bangunan Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo, bagian-bagian yang memiliki jumlah delapan adalah jumlah sisi pada ventilasi masjid, jumlah pilar-pilar di dalam dan di luar masjid, dan jumlah sisi pada atap masjid.
Selain merupakan angka keberuntungan, jumlah delapan pada bagian-bagian masjid juga dilatarbelakangi oleh peristiwa Nabi Muhammad saw. ketika dikejar oleh kaum quraisy kemudian bersembunyi di dalam Gua. Suatu hari, Nabi Muhammad saw. dan sahabatnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq pergi dari kota Mekah untuk menghindari serangan musuh Islam. Nabi Muhammad dan Abu Bakar bersembunyi di Goa Tsur. Keduanya memutuskan untuk menginap di sana hingga keadaan menjadi aman. Sebenarnya Nabi Muhammad sedih harus meninggalkan kota Mekah, tapi hal itu dilakukannya untuk menyelamatkan diri dari serangan
24 Kata supertisius berasal dari bahasa Inggris yaitu superstitious yang berarti takhayul
(kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap ada atau sakti, tetapi sebenarnya tidak ada atau tidak sakti)
25 Leman, The Best of Chinese Strategies: Memenangkan Kompetisi Bisnis dengan 36 Strategi
38
kaum kafir quraisy yang akan membunuh Nabi. Atas perintah Allah, di depan pintu goa tumbuh beberapa pohon. Di rantingnya terdapat dua ekor burung merpati yang sedang membangun sangkarnya. Kemudian atas perintah Allah juga jaring laba-laba menutup pintu goa. Jaring laba-laba inilah yang dijadikan dasar dari makna jumlah delapan pada bagian-bagian masjid yang berjumlah delapan.
Rupanya makna jumlah delapan pada sisi ventilasi masjid, pilar-pilar masjid, dan sisi atap masjid tidak hanya memiliki dua alasan di atas. Ada satu hal lagi yang perlu kita ketahui bahwa jumlah delapan juga memiliki makna sebagai penjuru dunia (arah mata angin). Dengan dasar ini, diharapkan agar berdirinya Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo dapat memberi cahaya bagi seluruh umat muslim di seluruh dunia.
Pada bagian atap masjid, selain berbentuk segi delapan, setiap sisi pada ruang atap juga terdapat lukisan dengan lafadz “Allah” bertuliskan bahasa Arab. Warna yang digunakan pada atap ini adalah perpaduan warna hijau, kuning, dan merah. Hal ini menunjukkan bahwa antara tulisan berbahasa Arab dan warna cat yang digunakan pada ruang atap merupakan salah satu perpaduan gaya arsitektur khas budaya Arab dan Tiongkok.
Ada beberapa perbedaan yang ditemukan antara bentuk gaya arsitektur Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo Kabupaten Purbalingga dan Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia Surabaya diantaranya, bentuk arsitektur teras masjid, keberadaan beduk, relief
39
Laksamana Cheng Hoo, lukisan atap masjid, dan keunikan khas yang dimiliki oleh kedua masjid.
a. Bagian teras Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo Kabupaten Purbalingga terdapat tiga sisi tangga berundak yang memiliki makna Iman, Islam, dan Ihsan yang merupakan pokok ajaran agama Islam. Sedangkan Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia Surabaya tidak ditemukan arsitektur teras masjid yang memiliki makna seperti yang terdapat pada Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo Kabupaten Purbalingga.
b. Beduk adalah gendang besar yang terdapat di surau atau masjid yang dipukul untuk memberitahukan waktu shalat. Di Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia Surabaya terdapat sebuah beduk yang digantung pada sisi utara masjid. Beduk bunyikan sebagai penanda masuk waktu shalat. Namun, tidak setiap waktu shalat beduk dibunyikan, hanya pada saat menjelang waktu shalat subuh saja beduk dibunyikan. Hal ini dikarenakan Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia Surabaya mempunyai kebiasaan tidak mengumandangkan azan menggunakan pengeras suara karena akan mengganggu penduduk sekitar yang sebagian besar bukan merupakan umat muslim. Sedangkan di Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo Kabupaten Purbalingga tidak terdapat beduk yang menghiasi masjid setiap harinya. Beduk di Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo Kabupaten Purbalingga hanya
40
dijumpai pada bulan Ramadhan saja yang biasanya dipukul sebagai penanda masuknya waktu berbuka puasa.
c. Di Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia Surabaya terdapat relief Laksamana Cheng Hoo lengkap dengan replika kapal yang digunakan Laksamana Cheng Hoo saat melakukan ekspedisi ke Indonesia. Pembuatan relief Laksamana Cheng Hoo dimaksudkan untuk mengenang jasa Laksamana Cheng Hoo dalam menyebarkan agama Islam di Jawa. Relief Laksamana Cheng Hoo juga menjadi dekorasi masjid yang menambah nilai seni bangunan, sehingga terlihat lebih indah dan unik. Sedangkan di Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo Kabupaten Purbalingga tidak dijumpai relief Laksamana Cheng Hoo di sekitar masjid.
d. Berbeda dengan atap Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo Kabupaten Purbalingga yang disusun dengan kayu usuk (khas budaya Jawa) untuk memperkuat bangunannya, Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia Surabaya menggunakan kerangka atap yang menyerupai kerangka atap pada bangunan kelenteng, yaitu terbuat dari kayu yang disusun hingga tercipta susunan atap yang kuat. Selain itu, simbol yang digunakan untuk melukis atap juga merupakan simbol khas budaya Tiongkok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa arsitektur yang digunakan pada bagian atap Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo Kabupaten Purbalingga adalah budaya khas Jawa,
41
sedangkan pada Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia Surabaya adalah budaya khas Tiongkok.
e. Keunikan khas yang dimiliki Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia Surabaya adalah terdapat pada bentuk arsitektur pintu masjid menyerupai bentuk pintu pada bangunan kelenteng. Pintu terbuka dengan sisi bagian atas yang membentuk setengah lingkaran. Pada sisi kanan dan kiri pintu tengah/ utama terdapat hiasan kaligrafi berwarna emas yang menyatu dengan dinding masjid yang berwarna merah maroon. Hiasan kaligrafi berbentuk lingkaran dengan diameter satu meter. Begitu juga dengan arsitektur pintu di Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo Kabupaten Purbalingga yang tidak lain adalah berbentuk setengah lingkaran saat terbuka serta terdapat hiasan berupa keligrafi. Namun, yang berbeda adalah hiasan kaligrafi pada pintu Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo Kabupaten Purbalingga tidak berwarna emas, tetapi hanya ukiran kayu yang rapi dan ditambahkan dengan warna yang mengkilap dan terkesan mewah. Hal ini juga menjadi keunikan tersendiri yang dimiliki Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo Kabupaten Purbalingga.
42
3.5 Kegiatan Rutin Yang Dilakukan Didalam Masjid Jami’ PITI