• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna dan Manfaat Pembagian Daging Babi

Dalam dokumen T1 712013078 Full text (Halaman 33-38)

4.1Makna Pembagian Daging Babi

Pembagian daging babi dengan potongan berbeda-beda yang dilakukan oleh Gereja Toraja Jemaat Lebo-Lebo menurut pemahaman penulis memiliki dua makna yang penting, yakni penghargaan dan pengucapan syukur.

Penghargaan.

Stratifikasi sosial yang dipahami sebagai penggolongan masyarakat ke dalam tingkat yang berbeda-beda,104 dapat terlihat secara jelas di dalam pembagian makanan berupa daging babi yang dilakukan oleh Jemaat Lebo-Lebo.105 Namun sebelumnya, penulis akan menyebutkan lapisan atau struktur sosial yang dikenal oleh masyarakat Toraja. Ada pun lapisan tersebut adalah pertama, Tanak Bulaan. Lapisan ini merupakan lapisan sosial golongan bangsawan tertinggi.106 Kedua, Tanak Bassi. Bagian kedua ini merupakan lapisan sosial bagi masyarakat yang tergolong ke dalam bangsawan menengah.107Ketiga, Tanak Karurung. Orang-orang yang ada di lapisan ini adalah orang-orang yang tergolong ke dalam masyarakat biasa.108 Keempat, Tanak Kua-Kua. Orang-orang yang terdapat dalam lapisan ini adalah para hamba atau suruhan.109

Pembagian potongan daging babi yang dilakukan oleh Jemaat Lebo-Lebo, tidak lagi berdasarkan keempat lapisan sosial yang dijelaskan di atas. Pembagian daging babi dibagi berdasarkan posisi atau kedudukan seseorang di dalam masyararakat dan di dalam gereja, seperti Camat, Lurah, Kepala Lembang, tokoh masyarakat, Pendeta dan Majelis Jemaat.

104

Lihat Bagian dua halaman 8. 105

Lihat bagian 3, halaman 19-20 106

L.T. Tangdilintin, Tongkonan (Rumah Adat Toraja) : Arsitektur dan ragam hias Toraja, (Toraja : Yayasan Lepongan Bulan 1985), 17-18.

107

L.T. Tangdilintin, Tongkonan (Rumah Adat Toraja), 17-18. 108

L.T. Tangdilintin, Tongkonan (Rumah Adat Toraja), 17-18. 109

22 Dengan adanya peristiwa tersebut, maka penulis menemukan beberapa hal menarik.

Pertama, perubahan status sosial dari tradisional ke moderen. Pembagian daging babi yang tidak lagi dibagi berdasarkan lapisan sosial yang dikenal oleh masyarakat Toraja, menunjukkan bahwa perubahan itu dimungkinkan untuk terjadi. Namun yang menjadi pertanyaan adalah jika lapisan sosial itu dapat berubah, lalu mengapa potongan daging babi yang berbeda-beda itu tidak dapat berubah. Penyebab yang paling mungkin dari realita tersebut adalah karena perubahan lapisan sosial dari tradisional ke moderen tidak merusak atau mengganggu kenyamanan masyarakat. Sebaliknya menghilangkan atau mengubah potongan daging yang berbeda-beda dianggap mengganggu kenyamanan dalam masyarakat atau bertentangan dengat ada’ (kebiasaan dalam masyarakat).

Kedua,di dalam kehidupan sosial, seseorang bisa mendapat penghargaan yang tinggi di satu dimensi, namun di dimensi lainnya seseorang bisa mendapat penghargaan yang rendah.110 Hal ini dapat terlihat di Jemaat Lebo-Lebo. Perlu diketahui bahwa mayoritas Majelis Jemaat Lebo-Lebo berprofesi sebagai petani. Apabila Majelis Jemaat tersebut mengikuti ibadah pengucapan syukur yang dilaksanakan oleh Jemaat Lebo-Lebo, maka mereka akan mendapatkan potongan yang besar dibandingkan dengan anggota jemaat lainnya.111 Sebaliknya, jika Majelis Jemaat yang berprofesi sebagai petani tersebut mengikuti ibadah pengucapan syukur yang dilaksanakan oleh jemaat lain, maka ia akan mendapatkan potongan yang sama dengan masyarakat biasa.

Ketiga, Dalam bagian dua dijelaskan bahwa simbol dapat dipahami sebagai ciri atau tanda yang memberitahukan sesuatu kepada seseorang.112 Potongan daging babi yang diberikan kepada individu yang memiliki posisi atau kedudukan di dalam masyarakat dan di dalam gereja adalah sebuah simbol. Ada pun makna dari simbol tersebut adalah sebagai bentuk penghargaan kepada mereka. Dengan kata lain dapat dipahami bahwa pemberian daging babi dengan potongan yang berbeda sama sekali tidak berniat untuk menerapkan adanya ketidakadilan di dalam masyarkat. Potongan daging babi yang berbeda justru merupakan simbol bahwa ada orang-orang yang perlu untuk dihargai di dalam masyarakat. Oleh karenanya mereka harus mendapatkan sesuatu yang berbeda dari masyarakat biasa.

110

Lihat bagian dua halaman 9. 111

Lihat bagian 3, halaman 19-20. 112

23

Pengucapan Syukur

Pada penjelasan awal di bagian tiga secara jelas dipaparkan bahwa pembagian makanan berupa daging babi dengan potongan yang berbeda-beda merupakan tradisi

Aluk Todolo.113 Adanya keinginan untuk tetap mempertahankan tradisi pembagian potongan daging babi yang berbeda-beda, maka tokoh kristen di Simbuang melakukan transformasi. Namun yang menjadi perhatian adalah pelaksanaan yang dilakukan oleh orang kristen di Simbuang, terlebih khusus jemaat Lebo-Lebo, rupanya tidak jauh berbeda. Potongan daging babi yang berbeda-beda rupanya bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh kekristenan. Hal ini dapat terlihat ketika penulis melakukan wawancara dengan 20 anggota jemaat beserta Pendeta dan Majelis Jemaat. Dalam wawancara tersebut, ketika penulis bertanya tentang kasih maka pada intinya mereka mengatakan bahwa kasih adalah mengasihi sesama seperti yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Namun, ketika saya mengembalikan pertanyaan ke topik awal bagaimana tanggapan mereka tentang pembagian daging babi dengan potongan yang berbeda-beda, maka mereka tidak bisa menjawab.114

Keadaan dilematis yang dialami oleh jemaat yakni di satu sisi mempertahankan tradisi dari nenek moyang, sementara di sisi lain potongan daging babi yang berbeda-beda rupanya tidak menerapkan kasih secara merata menjadi pergumulan yang serius bagi jemaat Lebo-Lebo.

Melalui realita di atas, penulis dapat memahami bahwa mengubah atau menghilangkan tradisi pembagian makanan berupa daging babi dengan potongan yang berbeda-beda adalah hal yang tidak dapat dilakukan. Dikatakan demikian karena ketika jemaat Lebo-Lebo menghilangkan hal tersebut, maka ia akan dikucilkan di dalam masyarakat.

Hal yang dapat dilakukan oleh jemaat menurut pemahaman penulis adalah mengubah pemahaman terhadap orang-orang yang menerima potongan babi yang tinggi. Artinya bahwa di dalam pembagian potongan daging babi tersebut tidak ada istilah kelas rendah atau pun kelas tinggi. Orang-orang yang mendapat potongan daging babi yang besar dipahami sebagai orang-orang yang ditunjuk oleh Tuhan. Apabila orang tersebut adalah Pendeta dan Majelis Jemaat, maka mereka adalah orang-orang yang ditunjuk oleh Tuhan untuk menyebarluaskan FirmanNya. Oleh karenanya mereka harus dikasihi, dengan cara memberikan penghargaan kepadanya. Selanjutnya, apabila orang tersebut adalah

113

Lihat bagian 3, halaman 17-18. 114

24 pemerintah dan tokoh-tokoh masayarakat, maka mereka adalah orang yang ditunjuk oleh Tuhan untuk mensejahterakan rakyat, menjaga keamanan, serta memperjuangkan berbagai hal-hal positif dalam masyarakat. Melalui hal tersebut, mereka pun wajib memperoleh penghargaan dari masyarakat.

4.2Manfaat Pembagian Daging Babi

Pembagian daging babi yang dilakukan oleh masyarakat Simbuang, terlebih khusus Jemaat Lebo-Lebo merupakan upaya untuk mempertahankan tradisi dari para pendahulu. Dalam upaya untuk menjelaskan manfaat pembagian daging babi, maka penulis akan menjelaskan dalam tiga bagian yakni Simbol, Ritus, dan Identitas Sosial.

Simbol

Upaya untuk mempertahankan tradisi pembagian makanan berupa daging babi dengan potongan yang berbeda-beda, merupakan simbol yang menunjukkan identitas masyarakat Simbuang.115 Oleh karenanya, ketika ada masyarkat Simbuang yang berupaya untuk menghilangkan tradisi tersebut, maka ia akan dikucilkan di dalam masyarakat, sebab individu tersebut telah menghina apa yang menjadi identitas mereka.

Dengan adanya penjelasan di atas, maka jelas bahwa pembagian makanan berupa potongan daging babi yang berbeda-beda tidak hanya sekedar menjadi ciri atau tanda, melainkan benar-benar menjadi simbol bagi masyarakat Simbuang.116 Simbol tersebut merupakan simbol yang diwariskan oleh para pendahulu masyarakat Simbuang. Walaupun harus disadari bahwa hal tersebut telah ditransformasi menjadi pengucapan syukur oleh orang-orang Kristen.117

Ritus

Pelaksanaan pengucapan syukur yang di dalamnya terdapat pembagian makanan berupa daging babi dengan potongan yang berbeda-beda dapat dipahami sebagai ritus. Dikatakan demikian karena ritus merupakan tata upacara atau perayaan keagamaan yang dilakukan di dalam masyarakat.118

Ritus muncul dengan tujuan untuk memberi makna terhadap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.119 Namun perlu diingat bahwa ritus tersebut tidak dilaksanakan oleh masyarakat secara universal. Apabila membandingkan

115

Bandingkan bagian 2, halaman 12. 116

Bandingkan bagian 2, halaman 11-12. 117

Lihat bagian 3 halaman 18. 118

Lihat bagian dua halaman 13. 119

25 penjelasan tersebut dengan ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat Simbuang, terlebih khusus jemaat Lebo-Lebo, maka hal tersebut dapat dibenarkan. Dikatakan demikian karena ritual pembagian makanan berupa daging babi dengan potongan yang berbeda-beda, sepengetahuan penulis hanya dilaksanakan oleh masyarakat Simbuang.

Apabila telah dipahami bahwa ritual pembagian makanan berupa potongan daging babi yang berbeda-beda hanya dilaksanakan oleh masyarakat Simbuang, maka upaya untuk mempertahankan tradisi ini perlu untuk dilakukan. Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka ciri kahs orang Simbuang akan hilang dan bahkan salah satu ciri khas di Tana Toraja pun akan hilang.

Upaya untuk mempertahankan ritual pembagian makanan berupa daging babi dengan potongan yang berbeda-beda, telah dilakukan oleh masyarakat kristen di Simbuang. Hal itu dilakukan dengan cara melakukan transformasi terhadap ritual-ritual yang dilakukan oleh para pendahulu ke dalam kekristenan, dengan mengubah menjadi pengucapan syukur kepada Tuhan.

Identitas Sosial

Pada bagian dua dijelaskan bahwa Identitas dapat dipahami sebagai sebuah upaya bagi beberapa atau pun sekelompok individu untuk menunjukkan keberadaanya di tengah masyarakat.120 Oleh karenanya, pembagian makanan berupa daging babi dengan potongan yang berbeda-beda yang dilakukan oleh masyarakat Simbuang merupakan sebuah identitas.

Dalam upaya untuk menjelaskan identitas masyarakat Simbuang, terlebih khusus Jemaat Lebo-Lebo, maka penulis akan membagi ke dalam dua bagian. Pertama, identitas individu. Adanya pengakuan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap individu menyebabkan identitas dari individu tersebut terbentuk.121 Jika demikian, maka individu yang mendapat potongan daging babi dari yang besar sampai kecil di dalam masyarakat merupakan identitas yang diberikan oleh masyarakat kepada mereka. Individu yang mendapat potongan daging babi yang besar identitasnya terbentuk menjadi individu yang dihargai dalam masyarakat. Sebaliknya, individu yang mendapatkan potongan kecil atau patta’takan122

identitasnya terbentuk menjadi individu biasa di dalam masyarakat.

120

Lihat bagian dua halaman 14. 121

Lihat bagian dua halaman 15. 122

26

Kedua, identitas kelompok. Salah satu hal penting dari identitas kelompok adalah adanya sikap saling membutuhkan di dalam masyarkat.123 Apabila membandingkan hal ini dengan ritual pembagian makanan berupa daging babi yang dilakukan oleh masyarkat Simbuang, terlebih khusus jemaat Lebo-Lebo maka hal tersebut dapat terlihat.

Dalam acara pengucapan syukur, masyarkat Simbuang, terlebih khusus Jemaat Lebo-Lebo, mereka mempersiapkan konsumsi tentu saja tidak memesan seperti yang dilakukan oleh masyarakat kota. Berdasarkan pengamatan penulis, warga jemaat dan masyarakat yang ada di sekitar, hadir untuk membantu keluarga mempersiapkan konsumsi yang akan digunakan dalam ibadah pengucapan syukur. Melalui peristiwa ini terlihat secara jelas bahawa ada sikap yang saling membutuhkan diantara mereka.

Selain sikap saling membutuhkan di dalam masyarakat Simbuang, terlebih khusus Jemaat Lebo-Lebo, identitas kelompok juga muncul dengan tujuan untuk mempertahankan nilai-nilai kebudayaan di dalam masyarakat.124 Hal ini dapat dilihat melalui ritual pembagian makanan berupa daging babi dengan potongan berbeda-beda yang masih dilaksanakan sampai saat ini.

Bagian V : Penutup

Dalam dokumen T1 712013078 Full text (Halaman 33-38)

Dokumen terkait