HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Deskripsi Tekstural
1. Makna Pengembangan Profesi
Di dalam tema ini, menganalisa tentang hasil dari kegiatan pengembangan keprofesionalan berkelanjutan yang telah dilakukan oleh
47
guru-guru Penjas Sekolah Dasar yang ada di Yogyakarta. Dari tema besar ini, dibuat sub tema yang lebih kecil yang terdiri dari empat sub-tema. Keempat sub-tema itu adalah, (1) mengembangkan keterampilan mengajar, (2) mengembangkan kreativitas, (3) mengembangkan jaringan sosial, (4) manfaat pengembangan keprofesionalan berkelanjutan. Dari sub-sub tema tersebut penulis dapat mengetahui makna pengembangan keprofesionalan berkelanjutan yang telah dilakukan oleh partisipan. Hal tersebut dapat dengan jelas dari hasil wawancara yang telah disusun sebagai berikut.
a. Mengembangkan Keterampilan Mengajar
Dengan adanya PKB ini guru mendapatkan berbagai ilmu yang baru, sehingga mampu meningkatkan keprofesionalitasnya sebagai seorang pendidik seperti yang diungkapkan oleh Wahyu, “Menambah wawasan dia sebagai guru. Agar lebih baik, agar lebih kedepannya, agar lebih… em… menambah ilmu, memperbaharui.. ilmunya kedepan biar lebih bagus.” Dewi juga menambahkan pendapatnya yaitu, “Yang jelas itu sangat penting sekali bagi saya. Karena mungkin dengan adanya pengembangan saya bisa lebih belajar lagi, bisa lebih e., mengetahui lebih banyak kegiatan apa.” Selain itu, Isti-pun mengungkapkan, “Ya menambah saya, menambah ilmu yang banyak, memperluas wawasan, memperbanyak modal dalam mengajar.” Ungkapan Rolex juga memperjelas pernyataan dari Wahyu, Dewi dan Isti yaitu,
48
“Menambah pengalaman bagi guru banyak sekali. Pertama untuk mengajar, kedua untuk menambahkan materi-materi kayak tadi. Kemudian yang ketiga, e., kita lebih menguasai dari materi-materi yang diberikan oleh pada waktu diklat.” Dari keempat ungkapan diatas, Ria juga mengungkapkan bahwa,
“Proses pembelajarannya e.., dari dari yang kemarin belum begitu tau terus pada saat mendapatkan hal itu terus agak, agak bertambah lah ilmunya sedikit e.., karena pada saat kita langsung langsung praktek ada praktek ohh carane (caranya) harus seperti ini kalok, kalok, kalok (kalau) K13 kan apa em.., tematik tematik integrative ya jadi kalok di.., diintegratifkan dengan mata pelajaran yang lain harus seperti apa.”
Selain mendapatkan ilmu, dengan melakukan PKB guru juga mendapatkan pengalaman yang baru dalam melakukan kegiatan mengajar kepada siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Rolex yaitu, “Maknanya pengembangan profesi itu yang jelas itu menambah pengalaman diri sendiri.” Ninda memperjelas lagi pernyataan tersebut yaitu,
“Tambah ilmu dalam hal mengajar kemudian dengan begitu kan kita kalau sudah mendapat ilmu dapat pengalaman kan kita untuk mengajar anak tu lebih, lebih gimana yo, lebih meningkat, lebih, lebih mendekati sempurnalah, tapi yo nggak sempurna, lebih mendekati ke pembelajaran yang diharapkan.”
Melalui kegiatan PKB guru mampu mengembangkan kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran seperti yang diungkapkan Lukman, “Dalam mengajar yang jelas itu ya mbak jadi
49
e., untuk penataran itu memang apa istilahnya bagus sekali untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran siswa.” Dengan berkembangnya kemampuan guru, maka kualitas guru sebagai seorang pendidikpun juga bertambah baik. Seperti yang diungkapkan oleh Ninda yaitu,
“Maknanya untuk pengembangan profesi yang jelas pertama itu untuk meningkatkan kualitas guru mbak. Dengan, dengan adanya pengembangan profesi itu kualitas itu bisa meningkat dengan demikian kan e., dalam pembelajaran penyampaian materi kepada anak itu bisa dengan mudah diterima oleh anak.”
Salah satunya tentang kemampuan dalam mengetahui psikologis anak. Hal tersebut menunjukkan kemampuan guru dalam mengendalikan peserta didiknya. Seperti yang diungkapkan oleh Ninda yaitu,
“Profesi kita lebih, lebih tahu apa ya? Apa yang harus kita kerjakan misalnya kalau misalnya dulu itu belum ada pelatihan bagaimana cara menghadapi anak itu. Kalau sudah pelatihan itu kan dapat ilmunya jadi kita bisa, bisa secara psikologis bisa mengetahui perkembangan, tingkat perkembangan anak itu lho mbak, jadi kita untuk, untuk mengajar lebih, lebih enjoy, lebih enak karena kita bisa mengetahui psikologis anak.”
Selain dalam hal mengajar kemampuan dalam membuat RPP-pun meningkat, seperti yang diungkap oleh Eko, “Semakin berkembang dengan adanya workshop pak. Jadi, antara dari kampus sampai hari ini itu e.., berkembang jadi ada beberapa perubahan-perubahan RPP.” Diperkuat lagi olehnya dengan contoh
50
perkembangan RPP, “Yang jelas berkembang jadi, ada beberapa model RPP yang sudah saya temui dalam artian misalnya sebagai, dipelaksanaan pembelajaran itu ada yang berbentuk kolom dalam ada misalnya gambar dulu kegiatannya apa alokasi waktu dan sebagainya.” Selain Eko, Dewipun mengungkapkan, “Dan mungkin di situnya lebih ke RPP-nya kalau saya mungkin bisa sharing RPP bagaimana cara membuat RPP yang baik dan itu saja.”
Dengan adanya beberapa makna dari kegiatan PKB beserta contohnya, yang paling baik adalah bagaimana hasil dari kegiatan tersebut dapat bermanfaat bagi peserta didik, yaitu bagaimana cara mentransfer ilmu tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Ria yaitu, “Apa bagaimana ilmunya yang saya punya ini e.., bisa ditransfer ke anak.” Selain itu Eko juga berpendapat yaitu, “Menurut saya dengan adanya pengembangan itu kita tidak monoton hanya bagaimana mengajar atau mentransfer ilmu atau mentransfer keterampilan kepada anak tapi bener-bener kitapun harus berkembang.”
b. Mengembangkan Kreativitas
Melalui kegiatan PKB guru mampu meningkatkan kreativitasnya dalam melakukan pembelajaran di kelas. Seperti yang diungkapkan oleh Dewi yaitu, “Dengan adanya kegiatan seperti itu bisa mengembangkan kreativitas yang kita punya.” Dimas juga perpendapat yaitu, “Maknanya itu untuk ya pengembangan di sekolahan nanti bisa membuat kreasi.”
51
Bertambahnya materi yang dimiliki guru melalui kegiatan PKB juga menjadi modal karakter peserta didik. Seperti yang diungkapkan Rolex yaitu, “Kita mengajarnya cuman, e, tidak itu-itu saja, ada ketambahan ya materi yang ada di pelatihan itu. Pertama pemberian modal karakter peserta didik, kedua diberi tanggung jawab, itu yang jelas.”
Kreativitas guru dilihat dari kemampuannya dalam melakukan modifikasi kegiatan pembelajaran. Seperti yang diungkap oleh Dewi yaitu,
“Kan nanti kan kadang pas prakteknya kan lari cuman banyak apa variasinya untuk itunya kan lebih banyak kadang kan yang di RPPnya cuman tertulis e lari ini-ini-ini aja, memang kita kadang kreativitasnya kadang muncul saat itu juga kadang pernah seperti itu jadi kadang berbeda.” Selain dilihat dalam memodifikasi kegiatan pembelajaran, guru juga dapat mengasah kemampuannya dengan melakukan lomba antar guru. Seperti yang diungkapkan oleh Dewi, “Kita juga istilahnya ada kegiatan yang e.., dibidang olahraganya istilahnya me… ada kayak lomba gitu pak, lomba antar-antar guru jadi kita bisa mengasah kemampuan kita.”
c. Mengembangkan Jaringan Sosial
Kegiatan dari PKB itu sangat bermacam-macam, salah satunya KKG. Melalui KKG ini guru mampu bersosialisasi dengan guru lain dan saling bertukar informasi. Seperti yang diungkapkan
52
oleh 4 orang partisipan wawancara yaitu, Isti, “Bisa bertemu dengan temen-temen, tambah akrab sebulan sekali.” Ria, “Dalam pelatihan disamping ketemu temen bisa sharing-sharing sama temen niku.” Dewi, “Kita di situ bagaimana cara bekerjasama, bagaimana cara ber… apa bersosialisasi dengan guru-guru yang lain.” Dan Eko, “Mau nggak mau harus bersosialisasi sebagai contoh lewat KKG. Dengan KKG ada tugas baru, ada teman baru, ada pengalaman baru jadi, em.. kitapun akan terbuka kita akan jauh berkembang.” Keempat partisipan tersebut setuju bahwasanya bersosialisasi itu sangat penting untuk peningkatan kemampuan yang dimiliki.
d. Manfaat Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan
Kegiatan PKB ini memiliki banyak sekali manfaat bagi guru secara langsung maupun secara tidak langsung. Guru mendapat banyak pengalaman dan ilmu, seperti yang diungkapkan oleh Eko yaitu, “Dengan adanya itu kita mendapatkan banyak pengalaman, ilmu yang terkadang ilmu itu belum langsung bisa kita praktekkan.” Selain itu, Ria juga berpendapat sama, “Pertama kita jadi tau dari materi baru e.., artinya pasti ada.. pasti ada ilmu yang.., yang didapat ya dalam pelatihan.” Isti juga berpendapat, “Selain menambah ilmu dan memperluas wawasan to mbak.” Lukman menegaskan juga, “Maknanya gini mbak yang jelas itu dulu gak tau jadi tau e.., pengalaman juga bisa bertambah pengalaman.”
53
Selain dari menambah pengalaman dan juga ilmu, dengan mengikuti kegiatan PKB guru juga bisa meningkatkan profesionalismenya. Seperti yang diungkapkan oleh Rolex, “Untuk meningkatkan profesi guru. Itu saja.” Peningkatan profesionalisme dapat dilakukan dengan cara membuat PTK. Seperti yang diungkap oleh Eko, “Dengan adanya pengembangan profesi seperti halnya workshop, kayak kemaren ada pembuatan RPP silabus, ada pembuatan PTK belum lama baru kemaren pak di Taman Siswa itu, 4 hari cukup em, menambah pengetahuan juga.”
Kegiatan PKB selain bermanfaat juga berdampak pada kegiatan pembelajaran baik itu pada guru maupun pada murid, seperti yang diungkap oleh Dewi tentang kebersihan,
“Sangat berdampak sekali pak, karena mungkin em, sebelumnya memang kita sudah hidup bersih, dengan, dengan adanya pelatihan itu kita jadi lebih tahu lagi, cara mencuci tangan. Biasanya cuci tangan gini-gini doang pakek sabun tapi udah, dengan mengikuti itu kita tahu ada langkah-langkahnya dari jempol dulu sampai jari-jemari, telapak tangan sampai semuanya. Mungkin memang memerlukan waktu agak lama, cuman mungkin itu bisa salah satu cara e, untuk tangan kita lebih bersih lagi dari kuman.”
Selain itu, Dewi juga mengungkapkan,
“Selain kegiatan belajar-mengajar bahwa guru itu nggak cuman hanya kegiatannya cuman mengajar aja tetapi ada kegiatan yang lain yaitu dengan cara mengikuti workshop dengan workshop itu kita juga lebih tahu, banyak
54
pegetahuan selain mengajar tentang kebersihan tentang pembuatan RPP dan masih banyak lagi”
2. Pendukung
Dalam tema ini, penulis menganalisa tentang faktor-faktor yang membantu terwujudnya kegiatan PKB bagi guru-guru penjas Sekolah Dasar di DIY. Dari tema besar ini, memiliki sub-sub tema yang lebih kecil yang terdiri dari empat sub-tema. Keempat sub-tema itu adalah, (1) dana, (2) ijin, (3) fasilitas, dan (4) hasil. Dari sub-sub tema tersebut penulis dapt mengetahui faktor-faktor yang mendukung terwujudnya kegiatan PKB yang diikuti oleh partisipan. Hal tersebut dapat dengan jelas dari hasil wawancara yang telah disusun sebagai berikut.
a. Dana
Dari sub-tema dana ini dapat dilihat bahwasannya faktor yang mendukung terwujudnya kegiatan PKB adalah sumber dana yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk membatu peningkatan kemampuan guru. Seperti yang diungkapkan oleh rolex yang menyatakan bahwa, “Pembiayaan dari pemerintah.” Selain itu Ninda juga mengungkapkan bahwa, “Pembiayaannya itu dari dinas mbak. Jadi, kita tidak, tidak mengeluarkan biaya.”
Selain pembiayaan yang keluar untuk memberikan fasilitas, pemerintah juga memberikan dana ataupun uang transport bagi guru yang telah bersedia mengikuti kegiatan PKB. Seperti yang diungkapkan oleh Dewi, “Kalau transport sih kemaren saya dapet.”
55 b. Ijin
Sub-tema ini menjelaskan tentang ijin yang diberikan oleh pihak terkait untuk mendukung kegiatan PKB. Seprti yang diungkapkan oleh Naya, “Kalo dukungan hanya menyediaan waktu diijinkan gitu mbak. Ada ijin dari sekolah.”
c. Fasilitas
Pada sub-tema ini menerangkan bagaimana fasilitas yang diberikan oleh penyelenggara PKB. Seperti yang diungkapkan oleh sebagian partisipan yang mendapatkan failitas makanan serta sertifikat. Hal tersebut diungkapkan oleh 3 partisipan yaitu, Dewi yang menyatakan, “Trus terakhir kita mendapat sertifikat. Sertifikat mengikuti sanitasi itu.” Dan “Diklat itu dapet, dapet makan siang, dapet transport, dapet sertifikat.” Dimas yang mengungkapkan, “Kita Cuma datang kemudian dikasih fasilitas untuk mengikuti penataran itu.”
d. Hasil
Sub-tema ini membahas tentang hal yang disukai dari hasil kegiatan PKB yang telah diikuti. Seperti yang diungkapkan oleh Wahyu, “Seneng semua karena menambah ilmu, menambah teman dan lain sebagainya.” Rolex juga mengungkapkan, “Dari kegiatan PLPG yang disukai adalah mengajarnya itu.” Selain itu apabila tidak mengikuti kegiata PKB guru akan rugi. Hal itu diungkapkan oleh Isti, “Wah, kalau nggak ikut ya rugi nanti kita, kan ada, misalnya ada
56
kabar-kabar baru atau ilmu-ilmu baru, peraturan baru kan kalau nggak ikut kan kita ketinggalan. Kalau ikut kan kita tahu ada perubahan-perubahan itu tadi, itu mbak manfaatnya ruginya kalau nggak ikut.” Contoh lain yang diungkapkan oleh Ninda yaitu,
“Kurtilas itu nek menurut saya gini mbak, sebetulnya dalam pembelajarannya itu, sangat gimana ya, sangat kondusif sekali, karena apa mbak, e.., kalau kurtilas itu semua anak bisa aktif jadi untuk apa ya, pe, e.., penerimaan materi itu saya kira lebih, lebih bisa mudah diterima kalau pakek kurtilas itu.”
3. Penghambat
Dalam tema ini, penulis menganalisa tentang faktor-faktor yang menghambat terwujudnya kegiatan PKB bagi guru-guru penjas Sekolah Dasar di DIY. Dari tema besar ini, memiliki sub-sub tema yang lebih kecil yang terdiri dari empat sub-tema. Keempat sub-tema itu adalah, (1) waktu, (2) dana, (3) fasilitas, dan (4) keefektifan. Dari sub-sub tema tersebut penulis dapat mengetahui faktor-faktor yang menghambat terwujudnya kegiatan PKB yang diikuti oleh partisipan. Hal tersebut dapat dengan jelas dari hasil wawancara yang telah disusun sebagai berikut.
a. Waktu
Sub-tema ini menerangkan tentang kurang efektifnya waktu yang digunakan saat melakukan kegiatan PKB sehingga menyebabkan kejenuhan. Seperti yang diungkapkan oleh Dewi, “Mungkin ngantuk aja kali pas kelasnya itu kan terlalu banyak
teori-57
teori dan cuman seperti slide, kita lihat slide-slide aja kanyak gitu, mungkin kendalanya ngantuk gitu aja.”
Selain itu, penyampaian materi yang tidak sesuai penempatan waktu teori dan praktiknya. Seperti yang diungkapkan oleh Wahyu, “Pernah saya dulu waktu… kurikulum 13.., itu yo sampai 4 hari, cuman praktiknya cuman 2 jam. Kenapa kok 4 hari itu praktik teori pertama sampai akhir praktik terus kan lebih bermanfaat.”
Tidak hanya itu saja, waktu pelaksanaan materi yang singkat sehingga belum selesai melakukan kegiatan sudah berganti dengan yang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Wahyu, “Em…, kadang terlalu idealis itu, yang harus gini-gini. Rinciannya gini tapi di lapangan itu, satu aja belum, belum terlaksana susahnya sudah mau ke yang lain. Em, ini kan memakan waktu panjang.”
b. Dana
Sub-tema ini membahas tentang kelemahan kegiatan PKB dimana kegiatan tersebut ada dua orang dari partisipan yang tidak mendapatkan uang transport ketika mereka telah mengikuti kegiatan tersebut. Hal itu diungkapkan oleh Eko, “Yang jelas ya mungkin sangu (uang) pak.” Dan Wahyu, “Nek ra entuk sangu itu (kalau tidak mendapat uang)”
58 c. Fasilitas
Sub-tema ini membahas tentang kurangnya fasilitas yang diberikan untuk mewujudkan materi-materi yang telah disampaikan dalam kegiata PKB. Misalnya tentang sarana dan prasarananya, seperti yang diungkapkan oleh Dewi,
“Mungkin, kalau, kalau e.., lebih ke sarananya ya pak, sarana prasarananya. Mungkin kalau disekolah punya lapangan yang besar atau hall yang besar mungkin kita olahraganya bisa disitu dan setelah itu kan proses untuk e.., kebersihannya lebih bisa terlaksana tertata lagi, misalnya abis olahraga bisa langsung cuci tangan pakek sabun bisa langsung makan kayak gitu.”
Selain itu Ria juga mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut tidak terwujud karena terhalang dengan proposal alat yang lambat ditindaklanjuti. Seperti ungkapannya yaitu,
“Mentranfer anak itukan tidak segampang itu. Ya, kalok misalnya kita cuman dengan ucapan itu tidak praktek ya hambatannya karena fasilitas kita itu e.., apa tidak seperti dinas misalnya dengan mengajukan proposal atau tanpa proposal pun tetap dapat bantuan alat peralatan itu… kita gak seperti itu kalok misalnya em., kendalanya ya itu di pralatan pak untuk mengimplementasikan semuanya kan kita perlu perlu praktekkan ke anak geh.”
Selain kurang cepatnya tanggapan proposal yang diberikan oleh pihak sekolah kepada dinas, alat-alat yang digunakannyapun sangat mahal, sehingga sulit untuk membelinya. Seperti ungkapan dari Naya, “Sebenarnya bisa tapi kalok-kalok dipraktekan sulit karna alatnya terlalu mahal.” Selain itu, Naya juga mengungkapkan bahwa tempat
59
yang dimiliki untuk kegiatan pembelajaran tidak sesuai. Yang penyataannya yaitu,
“Ooo kalau kalau di gunung itu terutama fasilitas yang tidak ada itu mbak karena tempat saya kan di atas bawahnya kan sawah jurang atas nya pegunungan jadi tempatnya untuk bermain kurang luas bila main bola itu…bolanya sering masuk dalam sawah pada hilang itu.”
“SD itu kalo mengembangkan profesi waktunya itu kan harus sering keluar trus alatnya juga kurang banyak juga tempatnya mbak kurang memadai kalo di sekolah ini sebenarnya ini juga mau mengembangkan voli tapi tempatnya halamannya itu kurang pas gitu lapangannya tidak resmi apa lapangan resmi voli mbak”
d. Keefektifan
Sub-bab ini membahas tentang kekurangan/kelemahan dari kegiatan PKB yang menyebabkan kurang efektifnya kegiatan tersebut. Banyak kegiatan yang isi di dalamnya adalah mendengarkan, dalam artian peserta hanya duduk dan mendengarkan pembicara. Hal tersebut menyebabkan kejenuhan, seperti yang diungkapkan oleh Eko,
“Bukannya mbosenin tidak sih, cuma lebih, lebih enak itu kalau menurut saya guru penjas langsung kita praktek pegang leptop ini lho buat ini seperti ini, seperti ini, seperti itu. Jadi lebih tidak banyak kita hanya menerangkan bentuk slide-slide-slide itu, karna juga tidak masuk apalagi kalau bapak-bapak yang agak sepuh, mestinya halah cuma mendengarkan aja. Tapi untuk mungkin untuk masnya, nyuwun sewu tanpa merendahkan atau me… apa namaya? Kemampuan beliau ya tapi, kebanyakan kemaren ya hanya pada ngobrol sendiri. Tetapi ketika praktek lha kita baru antusias oh ini, oh ini, oh ini, seperti itu. Apalagi ketika kita mikro pak, jadi karena itu yang ke e…, yang bisa kita
60
laksanakan itu banyak, banyak ke prakteknya bukan ke teorinya.”
Selain dari kejenuhan yang dialami peserta, banyak peserta yang hanya mengobrol sendiri, tidak memperhatikan pembicara maupun teman yang sedang berbicara. Serta hanya sibuk bermain HP sendiri. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Isti yaitu,
“Kalau yang tidak disukai gini, saya kan orangnya disiplin. Kalau ada orang yang menerangkan ya harus mendengarkan. Tentu saja sama anak didik kita „hayo nggak rame, ini ibu baru menerangkan‟. Kenapa jadi orang tua waktu KKG, temenku kan ada yang suka ngomong sendiri, malah apa itu, mainan HP itu saya nggak suka. Mbok hormati atau dengarkanlah temen kita yang sedang menerangkan, misalnya mendapat pelatihan dimana diimbasnya malah kita tidak mendengarkan, kan sayang.” Kegiatanpun akan mudah diingat dan dilaksanakan apabila langsung bisa diterapkan sesuai yag diungkapkan oleh Eko, “Langsung peng, ingatanpun. Tapi kalau kita hanya mendengarkan itu.., menurut saya itu lho pak, itu malah mengantuk.” Serta,
“Kalau selama ini kalau kebanyakan kalau kita kemaren membuat RPP kemaren juga hanya penjelasan RPP seperti ini, trus baru kita membuat tapi tidak bagaimana kita bener, kita ada kertas yo kita menentukan suatu indikator itu seperti ini kita jadi kita langsung nulis kita lebih, lebih mengena.”
4. Saran
Dalam tema ini, penulis menganalisa tentang saran yang diberikan oleh partisipan untuk mewujudkan kegiatan PKB yang lebih baik. Dari tema besar ini, memiliki sub-sub tema yang lebih kecil yang
61
terdiri dari tiga sub-tema. Ketiga sub-tema itu adalah, (1) isi/materi, (2) metode, dan (3) pelaksanaan. Dari sub-sub tema tersebut penulis dapat menganalisa saran-saran yang diberikan oleh partisipan untuk mewujudkan kegiatan PKB yang lebih baik. Hal tersebut dapat dengan jelas dari hasil wawancara yang telah disusun sebagai berikut.
a. Isi/Materi
Sub-bab ini membahas tentang saran partisipan untuk meningkatkan mutu kegiatan PKB dalam hal isi/materi. Materi yang diberikan hanya berupa wawasan, bukan cara mengajar yang baik itu seperti apa. Hal itu diungkapkan oleh Wahyu,
“Itu jarang, pelatihan.. biasanya seminar.. olahraga apa. Seminar.. anu tidak ada bagaimana caranya.. mengajar.. Seminar mengajar guru olahraga SD itu tidak ada. Nek ada kan kita langsung terapkan. Tapi cuman, wawasan, wawasan, wawasan dan lain sebagainya.”
Selain itu, materi yang diberikan hanya itu-itu saja tidak berkembang. Seperti yang diungkapkan oleh Wahyu yaitu,
“Itu kelemahan, saya di inklusi kemaren, saya protes. Saya, inilah inklusi itu saya dari tahun kemaren tahu sampai sekarang cuman yang dibicarakan ini inklusi adalah ini-ini, tidak pernah bicarakan bagaimana anak ini ditangani. Itu yang inklusi, yang pelatihan-pelatihan.. ya sama. Sport ini, olahraga begini-begini, tidak ada… pelatihan bagaimana ngajar anak SD, anak SD untuk.. gerak dasar.. kreativitasnya bagaimana, guru olahraga sebenarnya nggak butuh, cuman lambat kayaknya. Jadi harus, ooh ngene to ngono lho dadi harus pedoman, karena mereka hidup dilapangan. Tidak perlu teori mas, tapi perlu iki lho, koe kudu ngene, mlaku. Tapi sekarang pelatihan-pelatihan itu