BAB I PENDAHULUAN
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Euthanasia
Kata Euthanasia berasal dari bahasa Yunani yaitu “eu” (baik) dan
“thanatos” (maut, kematian) yang apabila digabungkan berarti “kematian yang baik”. Euthanasia telah banyak dilakukan sejak jaman dahulu dan banyak memperoleh dukungan dari tokoh-tokoh besar dalam sejarah, seperti PLATO, yang mendukung suatu tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh orang-orang untuk mengakhiri penderitaan dari penyakit yang sedang dialaminya. Aristoteles yang membenarkan adanya membunuh anak yang berpenyakit dari lahir dan tidak dapat hidup menjadi manusia yang perkasa, Phytagoras dan kawan-kawan ikut juga menyokong perlakuan pembunuhan terhadap orang-orang yang lemah mental dan moral.25 Hippokrates pertama kali menggunakan pengertian dan istilah Euthanasia pada “sumpah hippokrates” yang ditulis pada masa 400-300 SM. Sumpah tersebut berbunyi:“saya tidak akan menyarankan dan atau memberikan obat yang mematikan kepada siapapun meskipun telah dimintakan untuk itu”
yang dikenal sebagai sebutan The Hippocratic Oath.26
Euthanasia adalah Euthanathos yang berarti mati dengan baik tanpa penderitaan, ada yang menerjemahkan mati cepat tanpa derita. Hal tersebut dinyatakan oleh suetonis, seorang penulis dari yunani dalam bukunya yang berjudul “Vitacae sarum”.27
25 Sutarno,.Op.Cit, Hal 32-33 26 Ibid. 27 Ibid. Hal 15-16.
Kematian yang baik dan lembut adalah terjemahan istilah Euthanasia yang dijabarkan dari kata Yunani; “eu” (laik/baik) dan “thanatos” (mati). Tampaknya tidak sedikit defenisi dan pembagian yang diberikan pada Euthanasia tersebut. Kematian yang lembut tidak memadai sebagai defenisi. Seayun-selangkah dengan ini misalnya kematian akut karena serangan jantung umumnya dianggap oleh lingkungan sekelilingnya juga sebagai kematian lembut yang dipilih. Kematian yang disengaja dibuat rupa-rupanya juga tidak memenuhi kriteria untuk pembatasan untuk defenisi Euthanasia. Kadang-kadang kematian seperti itu dapat berlangsung keras dan juga tergolong dasyat dan menyakitkan di dalam situasi yang sepi dan sunyi seperti halnya pengakhiran kehidupan bunuh diri. Pada Euthanasia kematian itu bukan hanya lembut, tulus dan mulus karena cara-cara pengakhiran kehidupan, namun di sini diperlukan bantuan. Dengan demikian pertolongan pihak lain merupakan faktor yang esensiil. Bahwa manusia adalah mahkluk sosial dan oleh karena itu tiada henti-hentinya ia akan mencari bantuan dan perhatian secara simpati dari sekitarnya. Bantuan dan rasa cinta kasih pada fase kematian ini, demikian pula adanya penyelenggaraan pengakhiran kehidupan oleh pihak lain, merupakan faktor-faktor yang tidak dapat tiada di dalam Euthanasia ini.28
Kematian laik adalah demi kepentingan pasien semata-mata dan sama sekali bukan untuk kenyamanan orang-orang yang sehari-hari berada di sekitarnya (keluarga, penyelenggara pelayan kesehatan, pengasuh). Dan penyelenggaraan di sini harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, artinya setelah adanya permintaan
28
F.Tengker,Mengapa Euthanasia?, Kemampuan Medis & Konsekueni Yuridis, (Bandung,1990, penerbit; NOVA), Hal 4-5.
yang diajukan secara tegas dan berulang-ulang dari pihak yang bersangkutan demi kepentingannya. Permintaan Euthanasia ini harus didorong oleh keinginan pasien agar terlepas dari penderitaan melalui satu-satunya jalan yang tersisa ialah: kematian.29
Menurut study group dari (KNMG) ikatan dokter Belanda, Euthanasia diartikan dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri. Sedangakan dalam Black’s Law dictionary, euthanasia is “the act or practice of killing or
bringing about the death of a person who suffers from an incurable disease or condition. Euthansia is sometimes regarded, by law, as second deggre murder, menslaugher, or criminally negligent bomicide”. Jadi Euthanasia adalah suatu tindakan atau praktik pembunuhan atau membuat seseorang yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkkan menjadi mati.30
Dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia istilah Euthanasia dipergunakan dalam 3 pengertian, yaitu:31
1. Berpindah ke alam baka dengan tenang dan aman, tanpa penderitaan, untuk yang beriman dengan nama Allah di bibir.
2. Ketika hidup berakhir, diringankan penderitaan si sakit dengan memberikan obat penenang.
3. Mengakhiri derita dalam hidup seseorang yang sakit dengan sengaja atas permintaan pasien sendiri dan keluarganya.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), Euthanasia merupakan tindakan mengakhiri dengan sengaja kehidupan mahkluk, (baik orang atau hewan
29
Ibid.Hal.5
30
Sutarno, Op.Cit, Hal 16. 31
piaraan) yang sakit berat atau luka parah dengan kematian yang tenang dan mudah atas dasar kemanusiaan.32
Euthanasia bisa didefenisikan sebagai a good death atau mati dengan tenang. Hal ini dapat terjadi karena dengan pertolongan dokter atas permintaan dari pasien ataupun keluarganya sendiri, karena penderitaan yang sangat hebat, dan tiada akhir, ataupun tindakan membiarkan saja oleh dokter kepada pasien yang sedang sakit tanpa menentu tersebut, tanpa memberikan pertolongan pengobatan yang diperlukan.33
Masalah Euthanasia biasanya dikaitkan dengan masalah suicide atau bunuh diri. Dalam hukum pidana, masalah suicide yang perlu dibahas adalah apakah seseorang yang ingin mencoba bunuh diri atau membantu orang lain untuk melakukan bunuh diri itu dapat dipidana, karena telah dianggap melakukan suatu kejahatan.34 Euthanasia dan bunuh diri pada hakikatnya tidak terlalu jauh berbeda pemahamannnya, yang keduanya mempunyai arti melakukan suatu tindakan untuk mengakhiri hidup sendiri akibat dari keputus-asaan dan kekecewaan yang berlarut-larut. Dalam kasus Euthanasia terjadi tindakan untuk meminta atau memohon menghilangkan nyawa akibat menderita penyakit dan rasa sakit yang tidak tertanggungkan dan kemungkinan tak mungkin dapat disembuhkan dan biasanya hal tersebut dilakukan dengan melibatkan seseorang, dalam hal ini ialah dokter yang menanganinya. Sementara dalam kasus bunuh diri, lebih disebabkan oleh kekecewaan atau penyesalan hidup baik dalam hal karier, rumah tangga,
32 Ibid.Hal 16
33 Djoko Prakoso,Op.Cit, Hal 55.
masalah ekonomi dan sebagainya yang ingin keluar dari derita kehidupan dengan melakukan berbagai cara untuk menghilangkan nyawa.35
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Euthanasia merupakan suatu tindakan membunuh pasien atau membiarkan meninggalnya seorang pasien secara alamiah, dimana pasien tersebut menderita penyakit yang menurut ilmu medis sudah tidak dapat disembuhkan, dan dengan tujuan tidak memperpanjang penderitaan sang pasien yang bersangkutan.
Dari pengertian-pengertian tersebut, defenisi konseptual pengertian Euthanasia seperti yang dirumuskan menurut Study Group dari Iktan Dokter Belanda adalah:36
“dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien ataupun sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan demi
kepentingan pesien sendiri”.
Secara umum Euthanasia pada dasar dan pelaksanaanya dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:37
1. Euthanasia Aktif: adalah serangkaian perbuatan yang dilakukan dengan sengaja secara medis melalui intervensi aktif oleh seseorang petugas kesehatan atau dokter dengan tujuan untuk mengakhiri hidup manusia (pasien). Dengan perkataan lain euthanasia aktif adalah suatu
35
Nina Surteritna dan Rachmat Taufiq Hidayat, Euthanasia untuk Penderita HIV/AIDS, (diakses dari situs : http//www.pikiran-rakyat.com)
36
Sutarno,op.cit, Hal 16 37
Dr.Soekidjo Notoatmodjo,Etika & Hukum Kesehatan,Jakarta, (Penerbit : Rineka Cipta), Hal 146
tindakan medis secara sengaja melalui obat atau cara lain sehingga menyebabkan pasien tersebut meninggal.
Euthanasia aktif ini juga dibedakan atas:
a. Euthanasia Aktif Langsung (direct) adalah dilakukannya dengan tindakan medik secara terarah yang diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien, yaitu memperpendek hidup pasien. Jenis Euthanasia ini dikenal juga sebagai mercy killing.
b. Euthanasia Aktif Tidak Langsung (indirect) adalah saat dokter dan tenaga kesehatan melakukan tindakan medik
untuk meringankan penderitaan pasien, namun mengetahui adanya resiko tersebut dengan memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.38
2. Euthanasia Pasif: adalah menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan yang sedang berlangsung untuk mempertahankan hidupnya. Seseorang pasien yang sedang menjalani perawatan, guna kelangsungan hidupnya dilakukan tindakan medis melalui berbagai cara termasuk memberikan obat. Apabila tindakan medis ini diberhentikan, maka sudah barang tentu pasien ini meninggal, oleh sebab itu, tenaga kesehatan atau dokter ini sesungguhnya melakukan Euthanasia Pasif.39
38 M. Yusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Edisi 4, (Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1999). Hal 120
3. Auto-Euthansia: pasien menolak secara tegas dan sadar untuk menerima bantuan atau perawatan medik terhadap dirinya, di mana ia mengetahui bahwa hal ini akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya.40
Berdasarkan penolakan tersebut, pasien membuat suatu codicil (pernyataan tertulis tangan). Beberapa kalangan menyamakan auto-euthanasia ini dengan Euthanasia pasif atas permintaan pasien.41
Bila ditinjau dari permintaan, bagi pasien yang sudah sampai pada tahap terminal, tetapi pasien tersebut mengalami penderitaan yang berkepanjangaan, maka seorang pasien dapat mengajukan permintaan kepada petugas untuk mengakhiri hidupnya. Berdasarkan kondisi ini, maka Euthanasia dibedakan menjadi:42
1. Euthanasia voluntir
Adalah Euthanasia yang dilakukan oleh petugas medis berdasarkan atas permintaan si pasien sendiri. Permintaan pasien ini dilakukan dalam kondisi sadar atau dengan kata lain permintaan pasien secara sadar dan berulang-ulang, tanpa tekanan dari siapapun juga.
2. Euthanasia involuntir
Adalah Euthanasia involuntir ini dilakukan oleh petugas medis kepada pasien yang sudah tidak sadar. Permintaan biasanya dilakukan oleh
40
Ibid.
41C.M.Achadiat, Melindungi Pasien dan Dokter, (Jakarta 1996 ,penerbit; Widya Medika),Hal 49
42
keluarga pasien, dengan berbagai alasan, antara lain: biaya perawatan, kasihan terhadap penderitaan pasien, dan sebagainya.
Kedua jenis pembagian Euthanasia tersebut dapat digabungakan, dengan demikian dapat dikenal dengan Euthanasia pasif voluntir, pasif involuntir, Euthanasia aktif voluntir dan aktif involuntir.
Ada yang melihat pelaksanaan Euthanasia dari sudut lain dan membaginya atas 4 (empat) kategori, yaitu:43
1. Tidak ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memperpendek hidup pasien.
2. Ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memperpendek hidup pasien.
3. Tidak ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memperpendek hidup pasien.
4. Ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memperpendek hidup pasien.
Antara Euthanasia Aktif dan Euthanasia Pasif, seolah-olah ada perbedaan, dimana pada euthanasia pasif dokter membiarkan pasien meninggal, sedangkan pada Euthanasia yang aktif dokter bisa dituduh melakukan pembunuhan. Namun dalam hal membiarkan meninggal dan membunuh, menurut James F. Childress, secara moral tidak ada bedanya. Senada dengan childress, Bonnie Steinbock berpendapat tidak ada bedanya antara penghentian perawatan untuk memperpanjang hidup untuk terminasi kehidupan seseorang manusia secara
43
sengaja oleh orang lain, yang berarti antara Euthanasia aktif dan pasif adalah sama.44
Sedangkan menurut Fletcher tindakan Euthanasia dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti berikut:45
a. Langsung dan sukarela, cara memberi jalan kematian yang dipilih pasien, tindakan ini dianggap sebagai bunuh diri.
b. Sukarela berarti tidak langsung, cara ini dikerjakan dengan jalan pasien diberi tahu bahwa harapan untuk hidup kecil sekali sehingga pasien ini berusaha agar ada orang lain yang dapat mengakhiri penderitaan dan hidupnya.
c. Langsung tetapi tidak sukarela, cara ini dilakukan tanpa sepengetahuan pasien, misalnya dengan memberikan dosis lethal pada anak yang lahir cacat dan.
d. Tidak langsung dan tidak sukarela, cara ini merupakan Euthanasia pasif yang paling mendekati moral.
Tanpa melihat legalitas, menurut Fred Ameln dalam beberapa literatur didapatkan beberapa cara untuk mengakhiri hidup:46
a. Hidup diakhiri dengan permintaan sendiri, dilakukan dengan motivasi kasihan,
b. Hidup diakhiri atas permintaan orang tua/keluarga, dilakukan dengan motivasi kasihan dengan tindakan aktif,
44 Sutarno, Op.cit, Hal 35-36.
45 Ibid, Hal 38
c. Hidup diakhiri tidak atas permintaan, dilakukan dengan motivasi kasihan dengan membiarkan pasien mati,
d. Hidup diakhiri tidak atas permintaan, dilakukan dengan motivasi kasihan dengan tindakan aktif
e. Bunuh diri tanpa bantuan, dan
f. Bunuh diri dengan bantuan orang lain.”