Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia mengharuskan manajemen untuk membuat pertimbangan, estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah pendapatan, beban, aset dan liabilitas yang dilaporkan dalam laporan keuangan serta pengungkapan liabilitas kontinjensi.
Ketidakpastian mengenai asumsi dan estimasi tersebut dapat mengakibatkan penyesuaian material terhadap nilai tercatat aset dan liabilitas dalam tahun pelaporan berikutnya.
The preparation of the financial statements in accordance with Indonesian Financial Accounting Standards requires management to make judgments, estimates and assumptions that affect the reported amounts of revenues, expenses, assets and liabilities, and the disclosure of contingent liabilities, at the end of reporting year. Uncertainty about these assumptions and estimates could result in outcomes that require a material adjustment to the carrying amount of the asset and liability affected in future year.
Pertimbangan Judgments
Pertimbangan berikut ini dibuat oleh manajemen dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi Perusahaan yang memiliki pengaruh paling signifikan atas jumlah yang diakui dalam laporan keuangan:
The following judgments are made by management in the process of applying the Company’s accounting policies that have the most significant effects on the amounts recognized in the financial statements:
Usaha yang Berkelanjutan Going Concern
Manajemen Perusahaan telah melakukan penilaian atas kemampuan Perusahaan untuk melanjutkan kelangsungan usahanya dan berkeyakinan bahwa Perusahaan memiliki sumber daya untuk melanjutkan usahanya di masa mendatang. Selain itu, manajemen tidak mengetahui adanya ketidakpastian material yang dapat menimbulkan keraguan yang signifikan terhadap kemampuan Perusahaan untuk melanjutkan kelangsungan usahanya. Oleh karena itu, laporan keuangan telah disusun atas dasar usaha yang berkelanjutan.
Management has made an assessment of the Company’s abilities to continue as a going concern entity and is satisfied that the Company has the resources to continue its business for the foreseeable future. Furthermore, management is not aware of any material uncertainties that may cast significant doubt upon the Company’s ability to continue as a going concern entity. Therefore, the financial statements continue to be prepared on a going concern basis.
Penentuan Mata Uang Fungsional Determination of Functional Currency Mata uang fungsional Perusahaan merupakan mata
uang dalam lingkungan ekonomi utama di mana Perusahaan beroperasi. Mata uang tersebut adalah mata uang yang mempengaruhi pendapatan dan beban Perusahaan. Berdasarkan penelaahan manajemen Perusahaan, mata uang fungsional Perusahaan adalah Rupiah Indonesia.
The functional currency of the Company is the currency from primary economic environment where the Company operates. It is the currency that mainly influences the Company’s revenue and cost.
Based on the Company’s management assessment, the functional currency of the Company is Indonesian Rupiah.
32
(lanjutan) (continued)
Pertimbangan (lanjutan) Judgments (continued)
Klasifikasi Aset dan Liabilitas Keuangan Classification of Financial Assets and Liabilities Perusahaan menetapkan klasifikasi atas aset dan
liabilitas tertentu sebagai aset keuangan dan liabilitas keuangan dengan mempertimbangkan apakah definisi yang ditetapkan PSAK 55 (Revisi 2014) dipenuhi. Dengan demikian, aset keuangan dan liabilitas keuangan diakui sesuai dengan kebijakan akuntansi Perusahaan seperti diungkapkan pada Catatan 2m.
The Company determines the classification of certain assets and liabilities as financial assets and financial liabilities by judging if they meet the definition set forth in PSAK 55 (Revised 2014).
Accordingly, the financial assets and financial liabilities are accounted for in accordance with the Company’s accounting policies as disclosed in Note 2m.
Sewa Lease
Perusahaan memiliki perjanjian sewa dimana Perusahaan bertindak sebagai lessee untuk sewa kendaraan dan bangunan. Perusahaan mengevaluasi apakah terdapat risiko dan manfaat yang signifikan dari aset sewa yang dialihkan berdasarkan PSAK 30 (Revisi 2011), “Sewa”, yang mensyaratkan Perusahaan untuk membuat pertimbangan dan estimasi dari pengalihan risiko dan manfaat terkait dengan kepemilikan aset sesuai dengan kebijakan akuntansi Perusahaan seperti yang diungkapkan dalam Catatan 2i.
The Company has leases agreements whereas the Company acts as a lessee in respect of vehicles and buildings. The Company evaluates whether significant risks and rewards of the leased assets are transferred based on PSAK 30 (Revised 2011),
“Leases”, which requires the Company to make judgment and estimates of the transfer of risks and rewards relating to the ownership of the leased assets based on the Company’s accounting policy as disclosed in Note 2i.
Estimasi dan Asumsi Estimates and Assumptions
Asumsi utama masa depan dan sumber utama estimasi ketidakpastian lain pada akhir tahun pelaporan yang memiliki risiko signifikan bagi penyesuaian yang material terhadap nilai tercatat aset dan liabilitas untuk tahun pelaporan keuangan berikutnya, diungkapkan di bawah ini. Perusahaan mendasarkan asumsi dan estimasi pada parameter yang tersedia pada saat laporan keuangan disusun.
The key assumptions concerning the future and other key sources of estimation uncertainty at the reporting date that have a significant risk of causing a material adjustment to the carrying amounts of assets and liabilities within the next financial year are disclosed below. The Company based its assumptions and estimates on parameters available when the financial statements were prepared.
Asumsi dan situasi mengenai perkembangan masa depan mungkin berubah akibat perubahan pasar atau situasi di luar kendali Persuahaan. Perubahan tersebut dicerminkan dalam asumsi terkait pada saat terjadinya.
Existing circumstances and assumptions about future developments may change due to market changes or circumstances arising beyond the control of the Company. Such changes are reflected in the assumptions when they occur.
33
(lanjutan) (continued)
Estimasi dan Asumsi (lanjutan) Estimates and Assumptions (continued)
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Piutang Usaha Allowance for Impairment Losses of Trade Receivables
Apabila terdapat bukti objektif bahwa rugi penurunan nilai telah terjadi atas piutang usaha, Perusahaan mengestimasi cadangan untuk kerugian penurunan nilai atas piutang usaha yang secara khusus diidentifikasi ragu-ragu untuk ditagih. Tingkat cadangan ditelaah oleh manajemen dengan dasar faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat tertagihnya piutang tersebut. Dalam kasus ini, Perusahaan menggunakan pertimbangan berdasarkan fakta-fakta terbaik yang tersedia dan situasi-situasi, termasuk tetapi tidak terbatas pada, lama hubungan Perusahaan dengan pelanggan dan status kredit pelanggan berdasarkan laporan dari pihak ketiga dan faktor-faktor pasar yang telah diketahui, untuk mengakui pencadangan spesifik pelanggan terhadap jumlah yang jatuh tempo untuk menurunkan piutang usaha Perusahaan ke jumlah yang diharapkan dapat ditagih. Pencadangan secara spesifik ini ditelaah dan disesuaikan jika terdapat informasi tambahan yang dapat mempengaruhi jumlah yang diestimasikan.
Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 5.
If there is an objective evidence that an impairment loss has been incurred on trade receivables, the Company estimates the allowance for impairment losses related to its trade receivables that are specifically identified as doubtful for collection. The level of allowance is evaluated by management on the basis of factors that affect the collectibility of the accounts. In these cases, the Company uses judgment based on the best available facts and circumstances, including but not limited to, the length of the Company’s relationship with the customers and the customers’ credit status based on third-party credit reports and known market factors, to record specific reserves for customers against amounts due in order to reduce the Company’s trade receivables to amounts that it expects to collect. These specific reserves are re-evaluated and adjusted as additional information received affects the amounts estimated. Further details are disclosed in Note 5.
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Persediaan Allowance for Impairment Losses of Inventories Cadangan kerugian penurunan nilai persediaan
diestimasi berdasarkan fakta dan keadaan yang tersedia, termasuk namun tidak terbatas kepada, kondisi fisik persediaan yang dimiliki, harga jual pasar, estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang timbul untuk penjualan. Penyisihan dievaluasi kembali dan disesuaikan jika terdapat tambahan informasi yang mempengaruhi jumlah yang diestimasi. Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 7.
Allowance for impairment losses of inventories is estimated based on the best available facts and circumstances, including but not limited to, the inventories’ own physical conditions, their market selling prices, estimated costs of completion and estimated costs to sell. The provisions are re-evaluated and adjusted as additional information received affects the amount estimated. Further details are disclosed in Note 7.
34
(lanjutan) (continued)
Estimasi dan Asumsi (lanjutan) Estimates and Assumptions (continued)
Estimasi Masa Manfaat Aset Tetap Estimation of Useful Lives of Fixed Assets Perusahaan mengestimasi masa manfaat dari aset
tetap berdasarkan utilisasi dari aset yang diharapkan dapat didukung dengan rencana dan strategi usaha yang juga mempertimbangkan perkembangan teknologi di masa depan dan perilaku pasar.
Penentuan estimasi masa manfaat dilakukan berdasarkan penilaian dari penilai independen dan penelaahan Perusahaan secara kolektif terhadap praktek industri, evaluasi teknis internal dan pengalaman untuk aset yang setara. Estimasi masa manfaat ditelaah paling sedikit setiap akhir tahun pelaporan dan diperbarui jika ekspektasi berbeda dari estimasi sebelumnya dikarenakan pemakaian dan kerusakan fisik, keusangan secara teknis atau komersial dan hukum atau pembatasan lain atas penggunaan dari aset. Tetapi, adalah mungkin, hasil di masa depan dari operasi dapat dipengaruhi secara material oleh perubahan-perubahan dalam estimasi yang diakibatkan oleh perubahan faktor-faktor yang disebutkan di atas. Jumlah dan waktu dari beban yang dicatat untuk setiap tahun akan terpengaruh oleh perubahan atas faktor-faktor dan situasi tersebut. Pengurangan dalam estimasi masa manfaat dari aset tetap Perusahaan akan meningkatkan beban operasi dan menurunkan nilai aset tetap yang dicatat.
The Company estimates the useful lives of its fixed assets based on expected asset utilization as anchored on business plans and strategies that also consider expected future technological developments and market behavior. The estimation of the useful lives is based on the Company’s collective assessment of industry practice, internal technical evaluation and experience with similar assets. The estimated useful lives are reviewed at least each of end financial reporting and are updated if expectations differ from previous estimates due to physical wear and tear, technical or commercial obsolescence and legal or other limitations on the use of the assets.
It is possible, however, that future results of operations can be materially affected by changes in the estimates brought about by changes in the factors mentioned above. The amounts and timing of recorded expenses for any year are affected by changes in these factors and circumstances.
A reduction in the estimated useful lives of the Company’s fixed assets will increase the recorded operating expenses and decrease respective carrying amount of fixed assets.
Nilai buku neto atas aset tetap Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2019 dan 2018 masing-masing adalah sebesar Rp 822.546.923.202 dan Rp 764.553.458.777. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 10.
The net book value of the Company’s fixed assets as of December 31, 2019 and 2018 amounted to Rp 822,546,923,202 and Rp 764,553,458,777, respectively. Further details are disclosed in Note 10.
Revaluasi Aset Tetap Revaluation of Fixed Assets
Revaluasi aset tetap Perusahaan bergantung pada pemilihan asumsi yang digunakan oleh penilai independen dalam menghitung jumlah-jumlah tersebut. Asumsi tersebut termasuk antara lain:
tingkat diskonto, nilai tukar, tingkat inflasi dan tingkat kenaikan pendapatan dan beban. Perusahaan berkeyakinan bahwa asumsi tersebut adalah wajar dan sesuai, perbedaan signifikan dalam asumsi yang ditetapkan Perusahaan dapat mempengaruhi secara material nilai aset tetap yang direvaluasi.
The Company’s certain fixed assets revaluation depends on its selection of specific assumptions used by the independent valuer in calculating such amounts. Those assumptions include among others, discount rate, exchange rate, inflation rate and revenue and cost increase rate. The Company believes that its assumptions are reasonable and appropriate, significant differences in the Company’s assumptions may materially affect the valuation of its fixed assets.
35
(lanjutan) (continued)
Estimasi dan Asumsi (lanjutan) Estimates and Assumptions (continued)
Imbalan Pasca Kerja Post-employment Benefits
Penentuan beban dan liabilitas imbalan pasca kerja Perusahaan bergantung pada pemilihan asumsi yang digunakan oleh aktuaris independen dalam menghitung jumlah-jumlah tersebut dengan menggunakan metode projected unit credit. Asumsi tersebut termasuk antara lain, tingkat diskonto, tingkat kenaikan gaji tahunan, tingkat pengunduran diri karyawan tahunan, tingkat kecacatan, umur pensiun dan tingkat kematian. Seperti dijelaskan pada Catatan 2j, hasil aktual yang berbeda dari asumsi Perusahaan diakui sebagai penghasilan komprehensif lain. Dikarenakan kompleksitas dari penilaian, asumsi dan periode jangka panjang, kewajiban imbalan pasti sangat sensitif terhadap perubahan asumsi. Perusahaan berkeyakinan bahwa asumsi yang ditetapkan adalah memadai dan tepat, perbedaan signifikan dalam pengalaman aktual Perusahaan atau perubahan signifikan dalam asumsi dapat mempengaruhi secara material beban dan liabilitas imbalan pasca kerja. Semua asumsi ditelaah pada setiap tanggal pelaporan. Nilai tercatat atas liabilitas imbalan pasca kerja Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2019 dan 2018 masing-masing adalah sebesar Rp 34.875.505.829 dan Rp 39.474.729.721. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 20.
The determination of the Company’s post-employment benefits expense and liability is dependent on its selection of certain assumptions used by the independent actuary in calculating such amounts. Those assumptions include discount rates, future annual salary increase, annual employees turn-over rate, disability rate, retirement age and mortality rate. As disclosed in Note 2j, actual results that differ from the Company’s assumptions are recognized as other comprehensive income. Due to the complexity of the valuation, the underlying assumptions and their long-term nature, a defined benefit obligation is highly sensitive to changes in assumptions. While the Company believes that its assumptions are reasonable and appropriate, significant differences in the Company’s actual experiences or significant changes in its assumptions may materially affect its
post-employment benefits expense and liability.
All assumptions are reviewed at each reporting date. The carrying amount of the Company’s post-employment benefits liability as of December 31, 2019 and 2018 amounted to Rp 34,875,505,829 and Rp 39,474,729,721, respectively. Further details are disclosed in Note 20.
Ketidakpastian Kewajiban Perpajakan Uncertain Tax Exposure Dalam situasi tertentu, Perusahaan tidak dapat
menentukan secara pasti jumlah liabilitas pajak mereka pada saat ini atau masa depan karena proses pemeriksaan, atau negosiasi dengan otoritas perpajakan. Ketidakpastian timbul terkait dengan interpretasi dari peraturan perpajakan yang kompleks dan jumlah serta waktu dari penghasilan kena pajak di masa depan. Dalam menentukan jumlah yang harus diakui terkait dengan liabilitas pajak yang tidak pasti, Perusahaan menerapkan pertimbangan yang sama yang akan mereka gunakan dalam menentukan jumlah cadangan yang harus diakui sesuai dengan PSAK 57 (Revisi 2009), “Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi”.
Perusahaan membuat analisa untuk semua posisi pajak terkait dengan pajak penghasilan untuk menentukan jika liabilitas pajak untuk manfaat pajak yang belum diakui harus diakui.
In certain circumstances, the Company may not be able to determine the exact amount of its current or future tax liabilities due to ongoing investigations by, or negotiations with, the taxation authority.
Uncertainties exist with respect to the interpretation of complex tax regulations and the amount and timing of future taxable income. In determining the amount to be recognized in respect of an uncertain tax liability, the Company applies similar considerations as it would use in determining the amount of a provision to be recognized in accordance with PSAK 57 (Revised 2009),
“Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets”. The Company makes an analysis of all tax positions related to income tax to determine if a tax liability for unrecognized tax benefit should be recognized.
36
(lanjutan) (continued)
Estimasi dan Asumsi (lanjutan) Estimates and Assumptions (continued)
Ketidakpastian Kewajiban Perpajakan (lanjutan) Uncertain Tax Exposure (continued) Perusahaan mengakui liabilitas atas pajak
penghasilan badan berdasarkan estimasi apakah akan terdapat tambahan pajak penghasilan badan.
Nilai tercatat utang pajak penghasilan badan pada tanggal 31 Desember 2019 dan 2018 masing-masing adalah sebesar Rp 458.260.519 dan Rp 836.346.533, sedangkan nilai tercatat taksiran tagihan restitusi pajak penghasilan badan pada tanggal 31 Desember 2019 dan 2018 masing-masing adalah sebesar Rp Nihil dan Rp 5.193.419.962.
Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 16b dan 16c.
The Company recognizes liabilities for expected corporate income tax issues based on estimates of whether additional corporate income tax will be due.
The carrying amount of corporate income tax payable of the Company as of December 31, 2019 and 2018 amounted to Rp 458,260,519 and Rp 836,346,533, respectively, while the carrying amount of estimated claim for corporate income tax refund as of December 31, 2019 and 2018 amounted to Rp Nil and Rp 5,193,419,962, respectively. Further details are disclosed in Notes 16b and 16c.
Realisasi dari Aset Pajak Tangguhan Realizability of Deferred Tax Assets Perusahaan melakukan penelaahan atas nilai
tercatat aset pajak tangguhan pada setiap akhir tahun pelaporan dan mengurangi nilai tersebut sampai sebesar kemungkinan aset tersebut tidak dapat direalisasikan, dimana penghasilan kena pajak yang tersedia memungkinkan untuk penggunaan seluruh atau sebagian dari aset pajak tangguhan tersebut. Penelaahan Perusahaan atas pengakuan aset pajak tangguhan untuk perbedaan temporer yang dapat dikurangkan didasarkan atas tingkat dan waktu dari penghasilan kena pajak yang ditaksirkan untuk tahun pelaporan berikutnya. Taksiran ini berdasarkan hasil pencapaian Perusahaan di masa lalu dan ekspektasi di masa depan terhadap pendapatan dan beban, sebagaimana juga dengan strategi perencanaan perpajakan di masa depan.
Nilai tercatat aset pajak tangguhan Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2019 dan 2018 masing-masing adalah sebesar Rp 8.784.935.968 dan Rp 9.934.741.941. Penjelasan lebih lanjut diungkapkan dalam Catatan 16d.
The Company reviews the carrying amounts of deferred tax assets at the end of each reporting period and reduces these to the extent that it is no longer probable that sufficient taxable income will be available to allow all or part of the deferred tax assets to be utilized. The Company’s assessment on the recognition of deferred tax assets on deductible temporary differences is based on the level and timing of forecasted taxable income of the subsequent reporting years. This forecast is based on the Company’s past results and future expectations on revenues and expenses as well as future tax planning strategies. The carrying amount of the Company’s deferred tax assets as of December 31, 2019 and 2018 amounted to Rp 8,784,935,968 and Rp 9,934,741,941, respectively. Further details are disclosed in Note 16d.
37
Kas dan bank terdiri dari: Cash on hand and in banks consists of:
2019 2018
Kas 283.859.982 491.085.028 Cash on hand
Kas di bank Cash in banks
Dolar Amerika Serikat United States Dollar
PT Bank Central Asia Tbk 20.408.480.913 11.424.417.133 PT Bank Central Asia Tbk
Rupiah Rupiah
PT Bank CIMB Niaga Tbk 85.712.571 40.334.358 PT Bank CIMB Niaga Tbk PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk 9.926.553 -
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Central Asia Tbk 9.295.806 8.078.723 PT Bank Central Asia Tbk
Jumlah kas di bank 20.513.415.843 11.472.830.214 Total cash in banks
Jumlah 20.797.275.825 11.963.915.242 Total
Rekening di bank memiliki tingkat bunga mengambang sesuai dengan tingkat penawaran pada masing-masing bank.
Cash in banks earn interest at floating rates based on the offered rate from each bank.
Semua rekening bank ditempatkan pada bank pihak ketiga.
All cash in banks are placed in third-party banks.
Pendapatan bunga yang berasal dari kas di bank disajikan sebagai bagian dari “Pendapatan Keuangan” pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
Interest income from cash in banks is presented as part of “Finance Income” in the statement of profit or loss and other comprehensive income.
Tidak terdapat saldo kas di bank yang digunakan sebagai jaminan atau dibatasi penggunaannya.
There is no balance of cash in banks which is pledged as collateral or restricted in use.
5. PIUTANG USAHA 5. TRADE RECEIVABLES
Rincian piutang usaha adalah sebagai berikut: The details of trade receivables are as follows:
a. Berdasarkan industri dari pelanggan terkait a. Based on industries from related customers
2019 2018
Pihak ketiga: Third parties:
Industri pengolahan 152.780.741.089 81.074.564.771 Processing industry Industri barang konsumsi 116.659.605.586 120.069.945.219 Consumer goods industry Industri makanan dan
minuman 103.301.846.344 113.452.624.372
Food and beverages industry Industri sepatu dan tekstil 78.464.135.610 114.906.051.058 Shoes and textile industry Industri elektronik 51.099.323.837 51.730.691.951 Electronic industry
Lain-lain 9.016.094.174 20.076.121.613 Others
Sub jumlah 511.321.746.640 501.309.998.984 Sub total
Dikurangi cadangan
kerugian penurunan nilai (4.264.828.136 ) (4.136.731.244 )
Less allowance for impairment losses
Jumlah pihak ketiga - neto 507.056.918.504 497.173.267.740 Total third parties - net
Pihak berelasi (Catatan 33) - 46.805.059.643 Related party (Note 33)
Jumlah - Neto 507.056.918.504 543.978.327.383 Total - Net
38 Rincian piutang usaha adalah sebagai berikut:
38 Rincian piutang usaha adalah sebagai berikut: