• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Kelas Psikologis Berbasis Multiple Intelligences Untuk

BAB IV : PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

B. Hasil Penelitian

2. Manajemen Kelas Psikologis Berbasis Multiple Intelligences Untuk

Malang.

3. Manajemen kelas organisatoris berbasis Multiple

Intelligences pada siswa kelas V SD Plus Al-Kautsar

BAB VI: Penutup

Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran yang diuraikan oleh peneliti. Bab ini merupakan bagian akhir yang menjadi penutup dari penulisan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

18 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Manajemen Kelas

1. Pengertian Manajemen Kelas

Kata manajemen berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari dua kata yakni manus yang berarti tangan dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata tersebut digabungkan menjadi Kata-kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris manage artinya orang yang melakukan kegiatan manajemen.7 Dengan kata lain, arti dari manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, direksi, ketatalaksanaan penggunaan sumber daya yang efektif untuk mencapai sasaran yang diinginkan.8

Manajemen kelas berasal dari dua kata, yakni manajemen dan kelas. Manajemen berasal dari kata manajement yang diterjemahkan pula menjadi pengelolaan dalam penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan kepada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Manajemen kelas adalah keterampilan guru untuk mengelola lingkungan kelas dan suasana kelas untuk mempertahankan ketertiban kelas serta

7 Usman Husaini, Manajemen; Teori Praktik dan Riset Pendidikan. (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hal 4.

8 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer. (Surabaya : Arkola, 1994), hal 434.

memungkinkan siswa dapat belajar dengan efektif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam proses pembelajaran.9

Manajemen kelas dapat diartikan sebagai upaya guru dalam menciptakan dan mempertahankan suasana kelas melalui penggunaan disiplin. Sedangkan menurut Sudirman pengelolaan kelas merupakan upaya mendayagunakan potensi kelas, karena kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif. Maka agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru.10

Untuk memperjelas pengertian manajemen kelas, Cooper, J. M, dalam bukunya Classroom Teaching. Mengutip lima definisi yaitu:

a. Manajemen kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana dan kondisi kelas.

b. Manajemen kelas ialah seperangkat kegiatan dalam memaksimalkan kegiatan siswa.

c. Manajemen kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif.

d. Manajemen kelas ialah seperangkat kegiatan untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.

9 Dr. E. Mulyasa, M.Pd, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal 91.

10 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), hal 172.

Bertitik tolak dari beberapa definisi diatas, dapat ditarik benang merah bahwa manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim sosio-emosional yang positif serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan produktif.11

Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari tingkah laku dan perbuatan anak didik selalu berubah. Hari ini anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu suasana kelas akan seperti hari ini. kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya di masa mendatang boleh jadi persaingan itu akan terjadi secara kurang sehat. Karena itu, kelas haruslah selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap mental dan emosional anak didik.12

Untuk menciptakan manajemen kelas yang efektif perlu memperhatikan hal-hal berikut, antara lain: a) Memulai pelajaran tepat waktu, b) Menata tempat duduk secara tepat, c) Mengatasi gangguan dari luar kelas, d) Menetapkan aturan dan prosedur dengan jelas dan dapat dilaksanakan dengan kosisten, e) Peralihan yang mulus antar segmen materi pelajaran, f) Pemberian pekerjaan rumah, g) Mempertahankan momentum selama pelajaran.13

11 Dr. H. Mulyadi, M.Pd.I, Classroom Management (Malang : UIN-Malang Press, 2009), hal 2.

12 Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag, op. cit, hal 172.

13 Dr. Popi Sopiatin, M.Pd, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2010), hal 48.

2. Tujuan Manajemen Kelas

Secara umum, manajemen kelas bertujuan untuk menciptakan suasana kelas yang nyaman sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan demikian, kegiatan tersebut akan berjalan dengan efektif dan terarah jika manajemen kelas dapat dilakukan dengan baik oleh guru. Sehingga tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai demi terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas. Sementara tujuan manajemen kelas secara khusus, Salman Rusydie, memaparkan tujuan manajemen kelas sebagai berikut:

a. Memudahkan kegiatan belajar bagi peserta didik

Guru dituntut untuk mampu mewujudkan kelas yang ideal bagi kegiatan belajar-mengajar. Kelas sebagai lingkungan belajar haruslah mampu mendukung peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin. Tentunya sangatlah sulit bagi peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya jika lingkungan kelas tidak mendukung. Peserta didik membutuhkan konsentrasi belajar untuk dapat menerima, mencerna dan memahami informasi tentang mata pelajaran yang disampaikan oleh guru. Inilah sebabnya pengeloaan kelas yang baik dapat memudahkan kegiatan belajar-mengajar bagi guru dan peserta didik.

b. Mengatasi hambatan-hambatan yang menghalangi terwujudnya interaksi belajar

Dengan manajemen kelas yang baik, berbagai hambatan yang menghalangi tercapainya tujuan belajar yang diinginkan akan dapat diatasi dengan mudah. Itulah sebabnya mengapa manajemen kelas diperlukan untuk mengatasi berbagai hambatan yang terjadi selama kegiatan belajar-mengajar sedang berlangsung.

c. Mengatur berbagai penggunaan fasilitas belajar

Pada sebuah kelas yang ideal, didalamnya harus terdapat sarana dan prasarana ataupun fasilitas pendukung lainnya untuk memudahkan dalam mencapai tujuan belajar. Fasilitas tersebut dapat berupa papan tulis, kapur, spidol, media pembelajaran, dan sebagainya. Keberadaan fasilitas dalam pembelajaran sangatlah urgent karena sebagai salah satu penunjang dalam keberhasilan kegiatan belajar-mengajar. Itulah sebabnya mengapa manajemen kelas diperlukan untuk mengatur penggunaan berbagai fasilitas belajar didalam kelas.

d. Membina dan membimbing peserta didik sesuai latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya

Karakter peserta didik dikelas sangatlah beragam. Keberagaman tersebut tentu dapat menimbulkan berbagai persoalan jika guru tak mampu mengolahnya dengan baik sebagai inovasi dalam pembelajaran. Itulah sebabnya mengapa manajemen kelas diperlukan untuk membina

peserta didik sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan sifat-sifat individunya.

e. Membantu peserta didik belajar dan bekerja sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya

Manajemen kelas pada dasarnya dapat menjadi sebuah fasilitas bagi para peserta didik ketika mereka sedang belajar di dalam kelas. Dengan manajemen kelas yang baik, peserta didik akan dapat belajar sesuai dengan latar belakang potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Itulah sebabnya mengapa manajemen kelas diperlukan dalam membantu peserta didik belajar dan bekerja sesuai potensi yang dimilikinya.

f. Menciptakan suasana sosial yang baik di dalam kelas

Dengan terciptanya suasana sosial yang baik didalam kelas, maka kondisi itu dapat memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, perkembangan emosional, sikap serta apresiasi yang positif bagi peserta didik. Itulah mengapa sebabnya manajemen kelas diperlukan untuk menciptakan suasana sosial yang baik didalam kelas.

g. Membantu peserta didik agar dapat belajar dengan tertib

Suasana kelas yang tertib adalah dambaan setiap guru. Itulah sebabnya disekolah terdapat tat tertib yang mengatur segala perlakuan peserta didik selama berada dilingkungan sekolah. Termasuk juga peraturan yang terdapat didalam kelas yang harus dipatuhi oleh peserta didik selama mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Itulah sebabnya

mengapa manajemen kelas diperlukan untuk membantu peserta didik belajar dengan tertib didalam kelas.14

3. Prinsip Pelaksanaan Manajemen Kelas

Masalah pokok yang dihadapi guru adalah manajemen kelas. Manajemen kelas merupakan masalah yang kompleks. Guru dapat menggunakan manajemen kelas untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas untuk mencapai keberhasilan kegiatan belajar-mengajar secara effisien dan memungkinkan peserta didik untuk dapat terus belajar. Dapat dikatakan, manajemen kelas yang efektif adalah syarat bagi kegiatan belajar-mengajar yang efektif.15

Setelah guru memahami konsep dasar manajemen kelas, hal ini tidak menjamin guru dapat langsung mengelola kelas dengan efektif. Sebab, dalam manajemen kelas terdapat prinsip-prinsip yang harus dipahami oleh guru. Setidaknya terdapat 6 prinsip yang harus dipahami guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar yang efektif, antara lain:

a. Hangat dan Antusias

Fakta dilapangan menunjukkan bahwa semua peserta didik akan senang mengikuti kegiatan belajar dikelas jika gurunya bersikap hangat dan antusias kepada mereka. Pelajaran yang dianggap sebagian anak sulit, menjadi mudah apabila gurunya bersikap hangat dan antusias kepada peserta didik. Hangat dalam konteks manajemen kelas disini adalah sikap penuh kegembiraan dan penuh kasih sayang kepada peserta

14 Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hal 61-63.

didik. Sementara antusias dalam konteks manajemen kelas adalah bersemangat dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Tantangan

Setiap peserta didik menyukai berbagai tantangan yang mengusik rasa ingin tahunya. Itulah sebabnya guru hendaknya mampu memancing peserta didik agar merasa tertantang dengan kegiatan belajar-mengajar yang dilakukannya di dalam kelas. Kemampuan guru dalam memberikan tantangan kepada peserta didiknya berpengaruh pada meningkatnya semangat belajar dari peserta didik. Berikut beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru dalam memberikan tantangan kepada peserta didik, antara lain:

1) Melakukan evaluasi secara berkala setiap seminggu sekali 2) Mengaitkan materi pelajaran dengan berbagai fakta dilapangan 3) Mengajarkan keterampilan hidup dalam kegiatan belajar-mengajar 4) Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bereksperimen

atas materi yang dipelajarinya

5) Membiasakan peserta didik untuk belajar dan bekerja secara kreatif c. Bervariasi

Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, variasi gaya mengajar guru sangatlah dibutuhkan karena dapat menghindari kejenuhan dan kebosanan yang dirasakan oleh peserta didik. Jika peserta didik sudah jenuh dan bosan, dapat dipastikan jalannya transformasi pengetahuan dan

nilai tidak akan dapat diserap maksimal oleh peserta didik. Untuk itu variasi mengajar harus dikuasai oleh guru, antara lain:

1) Variasi gaya mengajar pada intonasi suara 2) Variasi gaya mengajar pada gerak badan 3) Variasi gaya mengajar pada posisi guru 4) Variasi gaya mengajar guru pada wajah

5) Variasi gaya mengajar guru pada penggunaan metode dan media pembelajaran

d. Keluwesan

Luwes dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah menarik, tidak kaku, tidak canggung dan mudah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. 16 Keluwesan dalam konteks manajemen kelas merupakan keluwesan perilaku guru untuk mengubah metode mengajar sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan kondisi kelas untuk mencegah kemungkinan munculnya gangguan belajar pada peserta didik. Jika guru pada saat mengajar hanya menggunakan satu metode saja, itu merupakan sebuah kesalahan fatal. Mungkin guru tersebut menganggap satu metode yang dipilihnya merupakan metode yang paling kompleks dalam mewakili semua metode. Padahal jika kita cermati satu metode terdapat berbagai kekurangan dan dari kekurangan tersebut dapat tertutupi oleh

berbagai metode yang dipadukan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar.17

e. Penekanan Pada Hal-Hal Positif

Guru harus bisa menjadi model bagi peserta didiknya dengan memberikan contoh berupa perilaku yang positif, baik di kelas, di sekolah, maupun di masyarakat. Karena tindak-tanduk dari guru bahkan sekecil apapun akan mudah ditiru oleh peserta didik. Hal ini yang menjadi dilema jika yang ditiru oleh peserta didik adalah perbuatan yang negatif.

f. Penanaman disiplin diri

Secara etimologi, kata disiplin diartikan dengan tata tertib, ketaatan. Jika tidak menaati akan mendapat hukuman. Itulah sebabnya banyak orang yang sering mengaitkan antara disiplin dengan peraturan dan hukuman.18

4. Komponen Keterampilan Manajemen Kelas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, komponen diartikan sebagai keseluruhan dan unsur. Sementara keterampilan berasal dari kata terampil diartikan sebagai cakap dalam menyelesaikan tugas dan cekatan. Jadi, komponen keterampilan manajemen kelas adalah keseluruhan kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam menyelesaikan tugasnya di dalam kelas. Menurut Moh. Uzer Usman, setidaknya terdapat 3 komponen keterampilan dalam manajemen kelas, antara lain:

17 Acep Yonny dan Sri Rahayu Yunus, Begini Caranya Menjadi Guru Inspiratif dan

Disenangi Siswa (Yogyakarta : Pustaka Widyatama, 2011), hal 107. 18 Novan Ardi Wiyani, op. cit, hal 73-87.

a. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi

Keterampilan berkomunikasi secara pribadi dapat dilakukan oleh guru dalam membangun emosional kepada peserta didik, antara lain:

1) Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan peserta didik

2) Mendengarkan secara simpatik ide-ide yang dikemukakan oleh peserta didik

3) Membangun hubungan saling mempercayai

4) Menunjukkan sikap kesiapan dalam membantu peserta didik

5) Menghargai peserta didik dengan penuh pengertian dan keterbukaan

b. Keterampilan mengorganisasi

Keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai guru agar dapat mengorganisasikan kegaiatan belajar-mengajar, antara lain:

1) Menjelaskan tujuan belajar kepada peserta didik

2) Memvariasi kegiatan belajar-mengajar, meliputi tata ruang, dan penggunaan fasilitas

3) Membentuk kelompok secara tepat, adil dan merata, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik

4) Mengkoordinasikan kegiatan belajar-mengajar kepada peserta didik, wali murid dan kepala sekolah

c. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar

Keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai oleh guru agar dapat membimbing peserta didik dalam memudahkan kegitan belajar, antara lain:

1) Memberikan penguatan dan motivasi kepada peserta didik 2) Memberikan dorongan semangat belajar kepada peserta didik 3) Menanamkan nilai-nilai moral pada setiap pembelajaran19

5. Faktor-Faktor Penghambat Manajemen Kelas

Dalam pelaksanaan manajemen kelas akan ditemui berbagai faktor-faktor penghambat, antara lain:

a. Faktor Guru

Dalam manajemen kelas, guru pun dapat dikategorikan sebagai faktor penghambat dalam melaksanakan penciptaan kelas yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar. Faktor penghambat yang datang dari guru dapat berupa:

1) Tipe Kepemimpinan Guru yang Otoriter

Tipe kepemimpinan guru dalam mengolah proses belajar mengajar yang otoriter dan kurang demokratis akan menumbuhkan sikap agresif atau pasif dari siswa.

2) Format Belajar Mengajar yang Monoton

Format belajar mengajar yang monoton akan menimbulkan kebosanan pada siswa. Format belajar yang tidak bervariasi dapat

19 Prof. Dr. Suyono, M.Pd dan Drs. Hariyanto, M.S, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal 87-89.

menyebabkan siswa bosan, kecewa, frustasi dan melanggar aturan-aturan di kelas, seperti gaduh, mengejek teman serta mengganggu proses belajar mengajar.

3) Kepribadian Guru

Seorang guru yang berhasil ditutut untuk bersikap adil, hangat, objektif dan fleksibel, akan terbentuk suasana kelas yang harmonis. Sehingga siswa merasa nyaman dan betah belajar di dalam kelas. 4) Terbatasnya Kesempatan Guru untuk Memahami Tingkah Laku

Siswa dan Latar Belakangnya

Guru yang kurang memahami tingkah laku dan latar belakang disebabkan kurangnya usaha guru dalam memahami tingkah laku dan latar belakang siswa yang heterogen.

5) Terbatasnya Pengetahuan Guru tentang Masalah Manajemen Kelas Untuk mengatasi problema ini, salah satu upaya yang disarankan adalah mendiskusikan masalah ini dengan para kolega. Diharapkan dengan cara ini dapat membantu guru dalam meningkatkan keterampilan dalam mengolah kelas.20

b. Faktor Siswa

Siswa dalam kelas dapat dianggap sebagai individu dalam masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Siswa harus memahami hak dan kewajibannya sebagai bagian dari kesatuan masyarakat. Siswa harus sadar jika mereka mengganggu temannya yang sedang belajar berarti ia

tidak melaksanakan kewajibannya sebagai anggota masyarakat yang tidak menghormati hak orang lain untuk belajar di dalam kelas. Kekurangsadaran siswa dalam memenuhi tugas dan haknya merupakan salah satu penyebab masalah manajemen kelas.21

c. Faktor Keluarga

Tingkah laku anak di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan kelarganya di rumah. Dengan kata lain, anak akan membawa kebiasaan-kebiasaan yang diperolehnya dari lingkungan keluarga sebagai hasil dari proses sosialisasi. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku anak yang agresif , apatis, tidak tertib dan tidak disiplin. Keadaan seperti ini biasanya dilatarbelakang ketidakutuhan hubungan keluarganya (broken home).22

d. Faktor Fasilitas

Faktor fasilitas merupakan pembatas dalam manajemen kelas. Fasilitas tersebut meliputi, ruang kelas, media pembelajaran, sumber belajar dan jumlah buku. Jika semua fasilitas tersebut jumlahnya tidak sesuai dengan jumlah maka akan menimbulkan masalah dalam manajemen kelas.23

6. Manajemen Kelas Fisik Berbasis Multiple Intelligences

Sesungguhnya, ketika masuk ke sebuah sekolah, sebenarnya kita memasuki sebuah lingkungan belajar. Lebih sempit lagi, kita memasuki

21 Dr. H. Mulyadi, M.Pd.I, op.cit, hal 8.

22 Dr. H. Mulyadi, M.Pd.I, op.cit, hal 10.

sebuah gedung yang terdiri dari bagian-bagian ruangan atau yang sering disebut kelas. Sementara lingkungan belajar itu termasuk lingkungan fisik kelas, yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang dapat dirasakan oleh pancaindera: dilihat, didengar, dicium dan diraba. Mata untuk melihat gambar dan tulisan. Hidung untuk mencium bau atau aroma. Telinga untuk mendengar bunyi, suara atau musik. Kulit untuk merasakan kelembaban udara. Artinya lingkungan belajar sebagai lingkungan fisik harus memuaskan pancaindera. Jika di lingkungan belajar tidak terdapat gambar atau tulisan, mata tidak akan terpuaskan untuk belajar. Jika di lingkungan belajar tidak terdengar alunan musik, maka telinga kita tidak akan terpuaskan untuk belajar. Demikian pula jika udaranya pengap dan tidak sejuk, maka hidung dan kulit tidak terpuaskan untuk belajar. Dengan demikian, proses belajar akan terganggu.24

Menurut Eric Jensen, menyatakan bahwa lingkungan belajar mengajar yang sengaja di desain secara artistik dapat menyumbang 25% kesuksesan mengajar. Salah satu mempercantik kelas adalah dengan display di setiap jengkal lingkungan belajar mengajar. Display disini berarti segala benda yang secara visual dapat terlihat dan dirasakan oleh pancaindera, serta dapat memberikan stimulasi positif terhadap emosi siswa. 25 Maka dari itu, manajemen fisik kelas sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil belajar siswa.

24 Munif Chatib dan Irma Nurul Fatimah, Kelasnya Manusia, (Bandung : PT Mizan Pustaka, 2015), hal 21-22.

Adapun manajemen fisik kelas berbasis multiple intelligences adalah sebagai berikut:

a. Prinsip Dasar Penataan Fisik Lingkungan Kelas yang Efektif

Ruang kelas yang dikelola secara efektif adalah ruang kelas yang berlangsung dengan lancar, dengan sedikit sekali kebingungan dan keterhambatan dalam memaksimalkan belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, seorang guru harus memahami kapan dan bagaimana siswa bergerak di ruangan kelas, dimana siswa harus duduk, kapan dan bagaimana siswa boleh bertanya kepada guru dan jumlah keberisikan yang dapat diterima.26

Untuk menciptakan ruang kelas yang nyaman dan tidak menghambat pergerakan siswa maupun guru, serta dapat mengamati aktivitas siswa secara mudah, maka perlu setting kelas kelas yang merujuk pada empat prinsip dasar dalam menata kelas. Keempat prinsip dasar tersebut antara lain:

1) Kurangi Kepadatan di Tempat Lalu-Lalang

Gangguan dapat terjadi di daerah yang sering dilewati. Daerah ini antara lain, area belajar kelompok, bangkun siswa, meja guru, lokasi penyimpanan pensil, rak buku, komputer, dan lokasi lainnya. Pisahkan area ini sejauh mungkin dan pastikan mudah diakses.

26 Carolyn M. Evertson dan Edmund T. Emmer, Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah

2) Pastikan Bahwa Guru Dapat Dengan Mudah Melihat Semua Siswa Tugas manajemen yang penting adalah memonitor semua siswa secara cermat. Jarak pandang yang tak terhambat menjadikan guru dengan mudah mengamati setiap aktivitas yang dilakukan siswa di dalam kelas. Untuk itu, guru harus dapat melihat semua siswa yang sedang diajar.

3) Pastikan Bahwa Semua Siswa Dapat Melihat Semua Presentasi Di Kelas

Selain guru dianjurkan untuk dapat melihat semua siswanya di kelas, siswa juga harus dapat melihat semua temannya yang sedang presentasi di depan kelas Untuk itu, diharuskan oleh guru dapat mengatur tempat duduk siswa secara efektif. Sehingga memudahkan siswa dalam melihat semua preesentasi di depan kelas.

4) Materi Pelajaran dan Perlengkapan Siswa Harus Mudah Diakses Perlengkapan di dalam kelas harus ditata seefektif mungkin agar siswa dengan mudah menjangkau benda yang sedang ia butuhkan. Ini dilakukan untuk meminimalisir waktu persiapan dan mengurangi kelambatan pemahaman siswa karena tidak dapat melihat secara jelas teman yang sedang presentasi di depan kelas. Untuk itu, dianjurkan bagi guru untuk menata dengan baik

perlengkapan yang dibutuhkan siswa pada saat pembelajaran di kelas.27

5) Pastikan Semua Siswa Merasa Nyaman Belajar Dalam Kelas Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara dan kepadatan kelas. Temperatur kelas harus sejuk. Cahaya penerangan dalam kelas harus tercukupi. Suara atau bunyi yang ada di dalam kelas tertata dengan baik ritme dan intinasinya, sehingga tidak mengganggu proses belajar mengajar di dalam kelas.

6) Ciptakan Suasana yang Kondusif di Lingkungan Kelas

Suasana yang kondusif dalam kelas dapat berpengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Kelas yang kondusif dapat