BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3. Luka Kaki Diabetes
3.5. Manajemen Luka Kaki Diabetes
Prinsip dari tujuan manajemen perawatan luka kaki diabetes adalah
penutupan luka. Beberapa komponen yang penting dalam manajemen luka kaki
diabetes berdasarkan Wounds International (2013), yaitu:
1. Penyembuhan utama untuk penyakit, yaitu untuk mengontrol atau
mengendalikan penyakit diabetes secara optimal, perlu dilakukan kontrol
gula darah, tekanan darah tinggi, hiperlipidemia, gizi dan merokok.
Kemudian dengan mencegah penyebab trauma fisik, seperti pemakaian
alas kaki untuk menghindari trauma yang mungkin terjadi.
2. Memastikan aliran darah adekuat.
3. Perawatan luka.
Metode perawatan luka yang digunakan saat ini adalah metode moist
wound healing yang memiliki tujuan menciptakan suasana luka lembab
melalui occlusive dressing, yaitu dengan menggunakan balutan luka
tertutup untuk menjaga kelembaban pada dasar luka dan mengurangi
risiko infeksi. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam perawatan luka kaki
diabetes adalah:
a. Mencuci luka
Tujuan mencuci luka adalah untuk membuang jaringan nekrosis,
membuang cairan luka yang berlebihan, membuang sisa baluan yang
digunakan dan sisa metabolik tubuh pada permukaan luka. Pencucian
Cairan pencuci luka yang digunakan adalah cairan fisiologis yang
non toksik pada proses penyembuhan luka yaitu cairan non toksik,
normal saline (NaCl 0,9%), air bersih, air matang suam-suam kuku
jika perawatan dilakukan dirumah, dan menggunakan sabun dengan
pH rendah untuk membersihkan debris-debris pada luka (Morison,
2013). Penggunaaan cairan providone iodine atau larutan antiseptik
saat terjadi luka terinfeksi, dan tidak disarankan menggunakan
providone iodine pada luka bersih seperti luka pembedahan dan luka
kronis. Hal ini dikarenakan providone iodine bersifat toksik dan dapat
merusak jaringan baru (WHO, 2010).
Mempersiapkan dasar luka (wound bed preparation) yang
dilakukan sebelum pemasangan graft atau flap kontruksi agar
mempercepat penyembuhan luka, menggunakan konsep TIME, yaitu
tissue debridement, inflamation and infection control, moisture balance, dan epithelial edge advancement.
a) Tissue Debridement (manajemen jaringan)
Tissue Debridement merupakan tindakan untuk membuang
jaringan nekrosis, kalus dan jaringan fibrotik sekitar 2 – 3 mm dari
tepi luka ke jaringan sehat. Metode yang digunakan yaitu: Sharp
debridement/surgical menggunakan pisau bedah, gunting atau
forceps untuk mengangkat jaringan nekrotik, membantu sekresi
pus, membantu mengoptimalkan efektivitas pemberian topikal dan
praktisi yang berpengalaman, karena harus mampu
mengidentifikasi antara tendon sebagai jaringan hidup dan slough
sebagai jarigan mati. Autolytic debridement menggunakan balutan
luka lembab “occlusive dressing” yang akan memberikan suasana
lembab pada luka, melunakkan dan membersihkan luka dari
jaringan nekrotik secara alami menggunakan enzim endogen yang
terdapat dalam tubuh. Penggunaan occlusive dressing merupakan
salah satu cara untuk mengatasi luka diabetes terutama dalam
penurunan kondisi inflamasi yang memanjang. Enzimatik
debridement menggunakan agen topikal yang akan merusak
jaringan nekrotik dengan enzim proteolitik seperti: papain yang
kolagenase. Pengunaan debridement ini untuk luka yang
bereksudat dan jaringan nekrotik sedang. Mekanik debridement
menggunakan aplikasi kassa basah kering dan cairan normal saline
yang dikompres pada permukaan luka dan diangkat apabila sudah
kering. Cara mengangkat kassa dengan membasahi dahulu kassa
atau balutan yang kering agar tidak merusak jaringan yang telah
bergranulasi.
b) Inflamation and infection control
Mengendalikan tanda-tanda inflamasi (tumor, rubor, calor,
dolor) dan tanda infeksi (pus/eksudat).
Winter (1962) mengungkapkan bahwa lingkungan luka
lembab akan mempercepat migrasi sel epitel dalam penutupan
luka. Moist dengan pemilihan balutan yang tepat yaitu occlusive
dressing berguna untuk mempercepat fibrinolisis, angiogenesis,
menurunkan risiko infeksi, mempercepat petumbuhan growth
factor dan sel aktif.
d) Epithelial edge advancement (kemajuan tepi luka)
Perlu untuk dilakukan debridemen pada tepi luka agar
tidak menghambat epitelisasi jaringan. Jaringan epitel yang baik
jika tepi luka berwara merah muda. Kegagalan penutupan terjadi
jika tepi luka mengalami edema, nekrosis, kalus atau infeksi.
b. Memilih topikal
Jenis balutan berupa topikal terapi terdiri dari:
a) Hidrogel, merupakan topikal terapi yang dapat membantu proses
peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri (support autolitis
debridement). Digunakan pada dasar luka yang berwarna kuning
dan hitam.
b) Hidrocoloid, merupakan topikal terapi yang berfungsi untuk
mempertahankan luka dalam keadaan lembab, melindungi luka
dari trauma dan menghindari risiko infeksi, mampu menyerap
eksudat. Digunakan pada luka yang berwarna merah, abses, atau
c) Absorbent dressing, merupakan topikal terapi yang memiliki daya
serap tinggi terhadap cairan luka. Jenis-jenis absorbent dressing
yaitu calcium alginate yang dapat menyerap luka berlebihan dan
menstimulasi proses pembekuan darah jika terjadi perdarahan
minor dan barier terhadap kontaminasi. Digunakan oleh semua
warna dasar luka. Hidroselulosa, merupakan topikal terapi yang
terbuat dari selulosa dengan daya serap tinggi melebihi calcium
alginate. Balutan ini mendukung proses autolisis debridement dan
dapat meningkatkan proses granulasi dan re-epitelisasi. Foam,
merupakan absorban dengan kemampuan serap lebih tinggi dan
nyaman digunakan karena tidak lengket pada luka dan tidak
meninggalkan residu. Digunakan untuk luka dengan eksudat
sedang-berat, dan kontraindikasi pada luka dengan eksudat
minimal dan jaringan nekrotik hitam.
d) Transparant film, yaitu jenis topikal terapi yang berfungsi untuk
mempertahankan luka akut dalam keadaan lembab, melindungi
luka dari trauma dan menghindari risiko infeksi. Balutan ini water
proof dan kontraindikasi dengan eksudat yang banyak.
e) Dressing hidrofobik merupakan topikal terapi antimikrobial,
digunakan untuk luka bereksudat sedang – banyak.
c. Membalut luka
Morison (2013) menjelaskan bahwa penangan luka modern
occlusive dressing bertujuan untuk mempertahankan suasana lembab
pada luka, menyerap eksudat, membuang jaringan nekrotis dan slough,
mengendalikan risiko infeksi atau terhindar dari kontaminasi,
menurunkan rasa sakit pada saat penggantian balutan dan
mempercepat proses penyembuhan luka, serta yang terpenting adalah
coast effective.
4. Komponen keempat dalam manajemen luka kaki diabetes adalah
mengurangi beban tekanan (offloading). Penanganan pasien neuropati
perifer adalah dengan mengurangi tekanan pada area luka kaki diabetes.
Penekanan biasa terjadi pada telapak kaki sehingga mudah mengalami
luka atau luka menjadi sulit sembuh akibat tekanan beban tubuh maupun
iritasi dari sepatu yang digunakan. Cara yang dapat digunakan untuk
mengurangi tekanan yaitu bed rest, mengurangi kecepatan saat berjalan,
menggunakan kursi roda dan alas kaki, removable cast walker, total
contact cast, dan scotchcast boot.
Total Contact Cast (TCC) merupakan metode offloading yang
paling efektif dapat digunakan untuk melindungi kaki dari tekanan yang
abnormal. Penyembuhan ulkus akibat neuropati dalam waktu 6 – 8
minggu. Cast dibuat dari gips yang dibentuk secara khusus agar tidak ada
lagi pergerakan didalamnya dan tekanan pada plantar akan terdistribusi
secara merata. Pada metode ini pasien dapat berjalan selama perawatan
dan bermanfaat untuk mengontrol adanya edema yang dapat mengganggu
praktisi yang terlatih, menyebabkan iritasi kulit karena pemakaian gips,
sulit ketika mandi dan tidur, mencegah pasien untuk beraktifitas lebih,
kesulitan dalam menilai luka, sehingga perlu dilakukan inspeksi luka
setiap hari, penggantian balutan dan deteksi infeksi dini (Wounds