• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Kouns & Minoli (2011, p39), Manajemen Risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, menganalisis, dan mengukur risiko serta menentukan langkah untuk mengurangi risiko sampai tingkat dimana risiko tersebut dapat diterima.

Gambar 2.4 Siklus Manajemen Risiko

(Sumber :http://2.bp.blogspot.com/_99_vGxycni8/S0KuIpnPk-I/AAAAAAAAABY/uu43ZrKMIIc/s320/Risk+Management+Cycle.jpg)

2.4.1 Risiko

Menurut Gondodiyoto (2007,p110), risiko adalah suatu kesempatan, perusahaan dapat memperkecil risiko dengan melakukan antisipasi berupa kontrol. Namun tidak mungkin dapat sepenuhnya menghindari adanya exposure, bahkan dengan struktur pengendalian maksimal sekalipun.

Menurut Djohanputro (2008, p31), risiko memiliki beberapa pengertian yang sering digunakan.Yang paling mendasar adalah risiko bisa diartikan sebagai tingkat dimana adanya keadaan ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya terukur secara

kuantitatif. Pengertian lain, risiko adalah ketidakpastian yang bisa dikuantitaskan yang dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan.

Menurut Kouns & Minoli (2011, p33), risiko adalah kombinasi dari kesesuaian antara suatu kejadian dengan dampak atau akibatnya yang merupakan suatu nilai kerugian yang diperkirakan.

Menurut Djohanputro (2008, p33), pada prinsipnya, risiko adalah ketidakpastian hasil sebagai akibat keputusan atau situasi saat ini.

Menurut Insitute (2008, p56), risiko adalah kejadian yang tidak pasti atau kondisi yang muncul, memberikan efek terhadap salah satu tujuan proyek. Tujuan tersebut termasuk pandangan, jadwal, biaya dan kualitas. Sebuah risiko dapat memiliki satu atau lebih akibat, yang dapat muncul jika memiliki satu atau lebih dampak.

2.4.2 Langkah-Langkah Proses Pengelolaan Risiko.

Menurut Barry Boehm (2011) dalam Stern & Arias (2011), manajemen risiko membantu dalam menghindari bencana, pekerjaan berulang, dan mensimulasi situasi yang menuju kemenangan dari suatu proyek perangkat lunak.Yang berfokus pada penemuan risiko seperti yang dijelaskan pada hubungan dimana kemungkinan hasil yang tidak sesuai dengan harapan dan kerugian akibat dari hasil tersebut. Langkah – langkah pengelolaan risiko terdiri dari :

1. Identifikasi Risiko.

Langkah awal dalam manajemen risiko berkelanjutan, dan merupakan langkah awal untuk manajemen risiko yang sukses adalah menulis risiko yang ada dan memperlihatkan semuanya.

2. Analisis Risiko.

Merupakan teknik untuk analisis risiko dan dasar untuk beberapa teknik dalam mengestimasi kemungkinan dan ukuran dari kerugian.

3. Prioritas Risiko.

Langkah untuk menentukan prioritas dari risiko, untuk menentukan risiko yang harus diproses terlebih dahulu.

4. Perencanaan Manajemen Risiko.

Perencanaan manajemen risiko, berfokus untuk membangun perencanaan untuk menangani masing – masing risiko yang masuk dalam kategori tinggi yang teridentifikasi selama aktivitas sebelumnya.

5. Resolusi dan Monitoring Risiko.

Proses resolusi risiko terdiri dari implementasi teknik pengurangan risiko seperti yang ada pada perencanaan. Monitoring risiko dilakukan dengan melacak proses pengurangan risiko, dan mengaplikasikan aksi korektif yang diperlukan untuk menjaga resolusi risiko tetap sesuai dengan jalur.

2.4.3 Penilaian Risiko

Menurut Gondodiyoto (2007, p116), penilaian risiko adalah salah satu langkah kritis dalam penyusunan internal kontrol yang efektif, yaitu dalam memperkirakan ancaman yang mungkin dihadapi.

Kesimpulannya penilaian risiko bagi penulis adalah langkah efektif dalam memperkirakan ancaman yang mungkin akan dihadapi.

2.4.4 Fungsi Pokok Manajemen Risiko

Menurut Senft & Gallegos (2009), fungsi dari manajemen risiko adalah sebagai berikut:

a. Menyadari kemungkinan kerugian dengan menjadi lebih perhatian terhadap macam – macam tipe kerugian lainnya. Ini adalah fungsi dasar yang harus diutamakan dibandingkan yang lainnya.

b. Mengestimasi frekuensi dan ukuran kerugian dengan menentukan kemungkinan terjadinya melalui berbagai macam sumber.

c. Menentukan metode ekonomi terbaik untuk mengatasi risiko kerugian, baik itu secara asumsi, menghindari, jaminan diri, mengurangi bahaya, transfer, jaminan komersial, atau kombinasi dari metode – metode tersebut.

d. Pengelolaan program manajemen risiko, termasuk tugas mengenai evaluasi tetap terhadap program dan pencatatan.

Fungsi – fungsi tersebut haruslah dilaksanakan melalui langkah berikut : a. Menentukan objek.

b. Mengidentifikasi risiko. c. Mengevaluasi risiko.

d. Memikirkan alternatif dan memilih alat untuk mengatasi risiko. e. Mengimplementasi keputusan.

Dalam langkah berikut, organisasi harus mempertimbangkan peluang dan tidak boleh mengambil risiko yang melebihi kemampuan perusahaan untuk mengalami kerugian banyak ataupun sedikit. Aturan ini menunjukan bahwa manajemen risiko hanya serangkaian keputusan biaya/manfaat.

2.4.5 Upaya Penanggulangan Risiko.

Menurut Joni (2012), ada sejumlah kegiatan manajemen yang spesifik yang dapat dilakukan untuk membantu manajemen ketika mengevaluasi risiko proyek saat diputuskan di lapangan. Beberapa aktivitas tersebut adalah :

a. Jika tercatat sebuah isu penyelesaian harus dibuat atau dilakukan, manajemen risiko sering mengajak semua pihak untuk memikirkan lebih awal, kemudian menurunkan potensial dari dampak dan umumnya dapat mengurangi biaya keanggotaan.

b. Catatan awal dari pembatasan pelabuhan dapat menjadi petunjuk dini masalah kapal dalam transportasi, menggunakan sebuah kapal dapat menurunkan biaya manakala terjadi peningkatan biaya handling di pelabuhan hasilnya dapat menjadi sebuah penurunan dalam biaya untuk pemasangan baja, kontraktor pemasang baja dapat menggunakan metode rencana pemasangan manakala. Pemilik dapat menghilangkan atau menurunkan klaim atas kondisi yang tidak disebutkan atau dipertimbangkan sebagai bencana alam. Agen keuangan akan melanjutkan untuk mendapatkan pendapatan dengan pengembalian pinjaman.

c. Keseimbangan administrasi kontrak berperan untuk memperoleh keseimbangan mencari jalan keluar.

d. Pemilihan karyawan seperti halnya sebuah bentuk pembangunan fakta dan solusi pada kasus aktual dan tanggung jawab yang dapat disepakati pada sebuah perjanjian.

e. Manakala kontrak untuk jumlah borongan atau volume harga kebijaksanaan pembukuan menjadi kondusif untuk menurunkan resiko mencapai sebuah tujuan proyek.

f. Penggunaan sistem dan jadwal database umum serta jadwal tabulasi dari sumber – sumber material dapat digunakan dengan menentukan sebuah jadwal.

g. Selalu mencoba untuk mencari penyelesaian dari isu risiko dan dampaknya dari pola dan model pada manajemen yang paling bawah.

h. Menggunakan pendekatan manajemen risiko sangat efektif digunakan di lapangan.

2.4.6 Identifikasi Risiko

Menurut Insitute (2008, p312), identifikasi risiko adalah proses dalam menentukan risiko mana yang dapat memberikan efek terhadap proyek dan mendokumentasi karakteristiknya. Identifikasi risiko adalah proses yang selalu berulang – ulang karena risiko yang baru dapat berevolusi atau dapat dikenal sebagai kemajuan proyek melalui siklus hidupnya.

Proses tersebut harus melibatkan anggota tim proyek supaya mereka dapat mengembangkan dan menjaga rasa kepemilikan dan tanggung jawab untuk risiko dan risiko yang berhubungan tindakan terkait.

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2011), penerapan manajemen risiko yang baik antara lain dapat:

a. Mengurangi kejutan – kejutanyang kurang menyenangkan. Ini dapat diperoleh karena melalui penerapan manajemen risiko yang baik semua hal yang berakibat pada pencapaian sasaran perusahaan telah diidentifikasikan sebelumnya dan juga langkah perlakuan terhadap hal tersebut telah diantisipasi. Hal ini berlaku untuk peristiwa positif maupun yang negatif.

b. Meningkatkan hubungan dengan para pemangku kepentingan menjadi semakin baik. Hal ini diperoleh karena dalam menerapkan manajemen risiko wajib untuk menemukenali para pemangku kepentingan dan harapannya. Melalui komunikasi timbal balik yang cukup intens maka dapat digalang kesamaan persepsi dan kesamaan kepentingan bersama, dengan demikian dapat diperoleh hubungan yang lebih baik.

c. Meningkatkan reputasi perusahaan, karena komunikasi yang baik dengan para pemangku kepentingan dan mereka mengetahui bahwa perusahaan mampu untuk menangani risiko – risikoyang dihadapi dengan baik. Akibatnya kepercayaan pelanggan, pemasok, kreditor, komunitas bisnis serta masyarakat juga meningkat.

d. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen, karena semua risiko yang dapat menghambat proses organisasi telah diidentifikasikan dengan baik, maka cara untuk mengatasi gangguan kelancaran proses organisasi telah

diantisipasi sebelumnya, sehingga bila gangguan tersebut memang terjadi, maka organisasi telah siap untuk menanganinya dengan baik.

e. Lebih memberikan jaminan yang wajar atas pencapaian sasaran perusahaan karena terselenggaranya manajemen yang lebih efektif dan efisien, hubungan dengan pemangku kepentingan yang semakin membaik, kemampuan menangani risiko perusahaan yang juga meningkat, termasuk risiko kepatuhan dan hukum.

Dokumen terkait