• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN RISIKO

Dalam dokumen Bank Ina Perdana (Halaman 84-87)

Morison International

32. MANAJEMEN RISIKO

Bank menyadari bahwa dalam melaksanakan kegiatannya, selalu terdapat risiko bawaan dalam setiap kegiatan Bank, antara lain dalam bentuk risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional.

Untuk itu Bank telah mengimplementasikan suatu Risk Management Framework terpadu, yang merupakan sarana untuk penentuan strategi, organisasi, kebijakan dan pedoman untuk memastikan bahwa semua risiko yang dihadapi Bank dapat dikenali, diukur, diatasi dan dilaporkan dengan baik.

Bank memiliki Komite Manajemen Risiko untuk menentukan kebijakan dan membahas permasalahan risiko yang dihadapi Bank secara keseluruhan.

PT BANK INA PERDANA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2009 Dengan Angka Perbandingan untuk Tahun 2008 dan 2007

(Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 32. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan)

Manajemen Risiko Kredit

Risiko kredit diukur melalui probabilitas terjadinya default pada masa mendatang. Bank telah menyusun ketentuan mengenai Credit Risk Rating (CRR) serta telah dilakukan evaluasi dan roll out. Perhitungan default probability tersebut selanjutnya akan dijadikan dasar untuk perhitungan cadangan (PPAP), modal (capital at risk), pricing, alokasi capital dan manajemen portofolio.

Manajemen risiko kredit terdiri dari: pengendalian risiko kredit yang bertujuan membatasi kredit pada debitur dan usaha yang mengandung risiko tinggi, tujuan usaha yang bersifat spekulatif dan pemberian kredit kepada debitur yang bermasalah, kemudian melakukan pemantauan dan pemeriksaan yang ketat, berskala dan terus menerus pada kreditnya yang telah disalurkan, memberikan saran-saran perbaikan, sehingga kerugian yang mungkin terjadi dapat diminimalkan; four eyes principles sebagai salah satu pengendalian risiko kredit pada proses pemberian kredit telah dilaksanakan unit-unit kerja; dan Early Warning System (EWS) sebagai salah satu alat pemantauan (monitoring) dengan cara mendeteksi secara dini debitur yang berpotensi default. Sistem tersebut dapat mendukung proses pemantauan pinjaman secara menyeluruh, mengidentifikasi tindakan perbaikan, dan menyempurnakan tindak lanjut efektif.

Manajemen Risiko Pasar

Pengukuran risiko pasar dilakukan melalui pendekatan analisis sensitivitas tingkat bunga untuk risiko suku bunga dan risiko Surat Berharga (Bonds). Risiko pasar dikendalikan dengan penerapan limit, khususnya transaksi trading limit. Limit-limit tersebut, antara lain adalah counterparty limit dan position limit. Pengelolaan risiko likuiditas menjadi bagian dari proses manajemen risiko pasar. Pemantauan risiko likuiditas dilakukan melalui pengelolaan maksimum cash out.

Manajemen Risiko Operasional

Sesuai dengan tahap pengembangannya, pengendalian risiko operasional pada saat ini lebih ditekankan pada penyempurnaan kebijakan dan prosedur, peningkatan pengetahuan pekerja melalui pelatihan secara berkala, pengawasan internal serta peningkatan kesadaran dan biaya risiko pada seluruh jajaran manajemen dan karyawan Bank. Pada saat ini sedang disempurnakan fungsi, tugas dan tanggung jawab manajemen risiko operasional.

Pemantauan risiko operasional yang selama ini dilakukan dengan memanfaatkan laporan audit intern secara bertahap akan digantikan dengan Database Bank yang disusun berdasarkan 6 kategori risiko, yaitu: Proses Kredit, Proses non kredit, Proses Treasury, Human Fraud, Sistem/Teknologi Informasi dan External Events dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat konsolidasi secara sistematis dan sentralistis data risiko operasional. Data dalam Database merupakan bahan bagi analisis dan penetapan profil risiko operasional dan menjadi dasar bagi model prediktif risiko operasional.

Manajemen Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko di mana Bank tidak mampu memenuhi kewajibannya kepada nasabah maupun counterparty sesuai waktu yang dijanjikan pada waktunya. Pengukuran risiko likuiditas dilakukan dengan meneliti seluruh arus kas masuk dan kas keluar dari Bank, kemudian mengidentifikasi segala kemungkinan kekurangan dana di masa depan termasuk kebutuhan komitmen / kontinjensi.

Pengukuran juga memerlukan analisa kualitatif, salah satu faktornya adalah pengaruh reputasi Bank. Pengendalian dilakukan dengan menyusun rencana pendanaan darurat untuk menghindari terjadinya kesulitan likuiditas yang dapat mengakibatkan Bank mengalami kegagalan pembayaran kepada counterparty.

PT BANK INA PERDANA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2009 Dengan Angka Perbandingan untuk Tahun 2008 dan 2007

(Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 33. INFORMASI TAMBAHAN

a. Perhitungan rasio kewajiban penyediaan modal minimum dilakukan sesuai dengan Surat Edaran Bank

Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 5/23/DPNP tanggal 29 Desember 2003.

Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001 mewajibkan bank-bank untuk memenuhi rasio kewajiban penyediaan modal minimum sebesar 8%. Peraturan Bank Indonesia No. 5/12/PBI/2003 tanggal 17 Juli 2003 lebih jauh mewajibkan bank-bank di Indonesia dengan kualifikasi tertentu untuk memperhitungkan risiko pasar (market risk) dalam perhitungan rasio kewajiban penyediaan modal minimum dan wajib memenuhi rasio kewajiban penyediaan modal minimum sebesar 8% dengan memperhitungkan risiko pasar, berlaku 18 bulan sejak peraturan ini ditetapkan.

Rasio kecukupan modal (CAR) Bank pada tanggal 31 Desember 2009, 31 Desember 2008 dan 2007 masing-masing sebesar 23,50%, 26,28% dan 27,50% dengan rincian sebagai berikut:

2009 2008 2007

I. Komponen Modal

A.Modal Inti

1. Modal Disetor 128.000 128.000 100.000

2. Cadangan tambahan modal

a. Tambahan modal disetor

b. Cadangan Umum 1.920 1.920 837

c.Saldo laba yang tidak

ditentukan penggunaannya

setelah diperhitungkan

pajak (100%) (32.356) (42.684) (52.113)

d.Laba tahun berjalan setelah

diperhitungkan pajak (50%) 6.953 5.164 5.256

e.Dana setoran modal - - 28.000

Jumlah 104.517 92.400 81.980

B.Modal Pelengkap

(maksimum 100% dari

Modal Inti) Cadangan Umum

Penyisihan Kerugian

Aset Produktif / PPAP

(maksimum 1,25% dari ATMR) 4.259 3.718 3.190

II. Total Modal Inti dan

Modal Pelengkap 108.776 96.118 85.170

III. Aset Tertimbang Menurut

Risiko (ATMR) 462.837 365.684 309.661

IV. Rasio Kewajiban Penyediaan

Modal Minimum yang tersedia (%) 23,50% 26,28% 27,50%

V. Modal yang diwajibkan 8 % 8 % 8 %

Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001, rasio kewajiban penyediaan modal minimum harus dihitung tanpa memperhitungkan dampak dari pajak tangguhan.

PT BANK INA PERDANA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2009 Dengan Angka Perbandingan untuk Tahun 2008 dan 2007

(Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 34. INFORMASI TAMBAHAN (lanjutan)

b. Rasio aset produktif yang diklasifikasikan terhadap total aset produktif pada tanggal

31 Desember 2009, 2008 dan 2007 yang dihitung oleh Manajemen Bank adalah masing-masing sebesar 2,25%, 2,26% dan 1,89%.

c. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 3/25/PBI/2001 tanggal 26 Desember 2001, Rasio untuk

kredit non-performing adalah setinggi-tingginya 5% dari jumlah kredit yang diberikan oleh Bank.

d. Rasio modal inti terhadap total Aset Tertimbang Menurut Risiko pada tanggal 31 Desember 2009, 2008

dan 2007 adalah masing-masing sebesar 22,58%, 25,27%,dan 26,47%

e. Rasio aktiva produktif bermasalah terhadap jumlah aktiva produktif pada tanggal 31 Desember 2009,

2008 dan 2007 masing-masing adalah sebesar 0,32%, 0,82% dan 0,44%.

f. Rasio kredit terhadap total simpanan pada tanggal 31 Desember 2009, 2008 dan 2007 adalah masing-

masing sebesar 81,33%, 87,84%, dan 72,40%.

35. SALDO DAN TRANSAKSI DENGAN PIHAK-PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA

Dalam dokumen Bank Ina Perdana (Halaman 84-87)

Dokumen terkait