• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dewan Komisaris dengan menelaah sistem manajemen risiko Perseroan serta membimbing dan memberi nasihat bagi Direktur dalam mengidentifikasi, menilai dan memitigasi risiko.

EVALUASI EFEKTIVITAS MANAJEMEN RISIKO

Direksi, bekerja sama dengan Komite Manajemen Risiko dan Unit Audit Internal, menyusun kegiatan dan kebutuhan manajemen risiko Perseroan setiap tahun melalui langkah-langkah berikut ini:

1. Menentukan batas toleransi risiko di seluruh Perseroan.

2. Mengarahkan setiap unit bisnis untuk melakukan penilaian internal atas risiko dan inisiatif pengendalian risiko masing-masing.

3. Menyusun rencana audit internal dengan mempertimbangkan area yang berisiko tinggi dan memungkinkan identifikasi tepat waktu untuk ditindaklanjuti oleh manajemen, terutama untuk meningkatkan produktivitas dan mengendalikan biaya pengembangan.

Kerangka kerja tersebut memastikan risiko yang ada dievaluasi kembali secara teratur, risiko yang timbul diidentifikasi, dan bahwa kecukupan dan efektivitas pengendalian diuji secara berkala. Selain itu, identifikasi dan penilaian area risiko operasional dan keuangan utama juga dicakup dalam tanggung jawab manajemen, dan dengan demikian didiskusikan dalam rapat bulanan Dewan Komisaris dan Direksi

RISIKO USAHA UTAMA PERSEROAN DAN MITIGASI RISIKO

Di bawah ini adalah ringkasan risiko operasional dan strategis yang dihadapi bisnis kami pada tahun 2017, serta tindakan spesifik yang telah diambil untuk memitigasi atau mengendalikan risiko tersebut. Ringkasan di bawah ini bukanlah merupakan keseluruhan risiko bisnis kami.

Risiko yang dijelaskan di bawah ini dan risiko lainnya serta ketidakpastian yang pada saat ini belum kami ketahui dapat menimbulkan dampak negatif terhadap bisnis, arus kas, hasil operasi, kondisi keuangan dan prospek usaha kami.

Risiko Mitigasi

Fluktuasi Harga Minyak Kelapa Sawit (CPO ) di Pasar Internasional Harga CPO sejak dulu memiliki volatilitas dan siklus yang tinggi dan terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga produk kami secara internasional. Faktor-faktor tersebut antara lain: tingkat produksi CPO dunia, perubahan tingkat pasokan dan/atau permintaan CPO dan minyak nabati lainnya, tingkat konsumsi dan persediaan CPO maupun minyak nabati lainnya di dunia, tarif impor dan ekspor, termasuk pajak ekspor Indonesia dan tarif impor yang berlaku di negara yang mengimpor CPO, harga minyak nabati lainnya, peraturan lingkungan dan konservasi, pertumbuhan ekonomi dan demografis, termasuk pertumbuhan penduduk, konsumsi per kapita dan kebutuhan pangan, kondisi cuaca dan pengaruh alam lainnya dan perekonomian dunia secara umum.

Manajemen telah mengantisipasi harga jual CPO yang rendah sejak 2013 dan sebagai hasilnya, kami secara berkesinambungan memfokuskan diri pada efisiensi dan pengurangan biaya produksi untuk memitigasi dampak tersebut.

Sebagai tambahan, Dewan Komisaris Perseroan telah memberikan wewenang kepada manajemen untuk menjual produk Perseroan melalui skema kontrak berjangka (forward contracts) apabila kami percaya bahwa tren harga CPO menurun.

Pembatasan kewenangan tersebut adalah sebagai berikut: 1) jumlah volume kontrak berjangka yang masih efektif tidak melebihi 30% dari produksi CPO per bulan; 2) jangka waktu kontrak berjangka tidak lebih dari enam bulan. Pengecualian terhadap pembatasan tersebut memerlukan persetujuan Dewan Komisaris.

Manajemen Risiko

Risiko Mitigasi Tertundanya Pembangunan Perkebunan karena Kesulitan yang

Dihadapi dalam Proses Kompensasi Lahan

Dalam rangka pembangunan perkebunan kami, kami harus membebaskan lahan yang digunakan dari kepemilikan pihak ketiga.

Proses ini pada umumnya melibatkan negosiasi yang panjang dengan pemangku kepentingan setempat (misalnya, masyarakat, suku asli dan tokoh masyarakat). Pihak yang berwenang mewajibkan pemilik perkebunan untuk menyelesaikan seluruh masalah kompensasi tanah sebagai bagian dari persyaratan permohonan Hak Guna Usaha (HGU). Menyelesaikan masalah kompensasi dapat menjadi proses yang sulit dan memakan waktu panjang dan dapat berdampak pada pembangunan dan operasi perkebunan kami.

Kami menawarkan nilai kompensasi lahan yang menarik serta rencana pengembangan terintegrasi yang akan memberikan manfaat bagi masyarakat. Di area tempat Perseroan berencana membangun perkebunan, Perseroan membentuk komite pembebasan lahan yang beranggotakan tokoh masyarakat, perwakilan otoritas setempat yang berwenang dan pihak terkait lainnya di sekitar lokasi perkebunan untuk mempercepat proses kompensasi serta meningkatkan upaya komunikasi. Kami memberikan pengertian dan melakukan sosialisasi manfaat Perseroan pada masyarakat setempat, termasuk kesempatan kerja, perbaikan infrastruktur, kegiatan yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan dan efek pengganda (multiplier effects) yang terkait.

Pada akhir tahun 2017, kami telah menyelesaikan proses pembebasan lahan di Cadangan Lahan Papua Barat. Proses pembebasan lahan di Cadangan Lahan Sumatera Selatan masih berlangsung, dan kami mematuhi prinsip-prinsip tersebut di atas untuk mengembangkan rencana pembebasan lahan yang dapat disepakati bersama.

Penundaan atau Kendala dalam Pembangunan Perkebunan atau dalam Memperoleh Hak Atas Tanah

Peraturan pemerintah dapat menunda atau membatasi kemampuan Perseroan untuk memperoleh tambahan hak tanah bagi pengembangan perkebunan baru atau perluasan perkebunan Perseroan yang telah ada pada saat ini. Dalam rangka pengembangan suatu perkebunan, Perseroan perlu mendapatkan Hak Guna Usaha (HGU) atas tanah perkebunan tersebut. Proses permohonan izin tersebut kompleks dan dapat memakan jangka waktu yang panjang dan terdapat risiko bahwa proses perolehan HGU kami akan tertunda.

Seluruh anak perusahaan kami, kecuali satu perusahaan, telah mendapatkan HGU, termasuk untuk perkebunan baru kami yang sedang berkembang di Papua Barat. Jadi, risiko yang kami hadapi sangat rendah. Kami juga memastikan bahwa kami telah memulai proses perpanjangan izin dan hak lebih awal sebelum berakhirnya jangka waktu izin dan hak kami. Kami telah membina hubungan yang baik dengan seluruh pemangku kepentingan berdasarkan asas manfaat bersama, termasuk dengan badan pemerintah dan perwakilannya dan kami juga berupaya keras untuk menjaga hubungan baik tersebut.

Kami memastikan Perseroan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku serta prinsip-prinsip pengembangan perkebunan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan guna mengurangi potensi halangan yang berkaitan dengan aspek hukum.

Konflik Sosial dan Perselisihan Hak atas Tanah

Walaupun tanah telah diakuisisi untuk pembangunan perkebunan atau tujuan penggunaan lainnya, pemilik perkebunan sering kali menghadapi masalah sengketa tanah dari penduduk yang tinggal atau bekerja di kawasan lahan tersebut dan hal ini memerlukan negosiasi pembayaran kompensasi dengan para penggugat tersebut. Penyelesaian sengketa hak tanah dapat melibatkan proses yang sulit dan memakan waktu panjang.

Kami senantiasa berusaha untuk membangun dan membina hubungan berdasarkan manfaat bersama dan kami memastikan bahwa kami menjalankan proses yang adil dan sesuai dengan prosedur administrasi yang benar. Kami telah mengembangkan program tanggung jawab sosial perusahaan yang berkelanjutan untuk mendukung pembangunan sosial dan ekonomi bagi masyarakat di lingkungan kegiatan operasi Perseroan Kami juga membangun kerjasama dengan LSM dan menerima masukan dari berbagai organisasi untuk meningkatkan program kami.

Kami mengadakan dialog dan komunikasi rutin dengan anggota masyarakat untuk memberikan pengertian tentang manfaat kehadiran Perseroan di komunitas mereka.

Kesulitan dalam Memperoleh atau Mempertahankan Tenaga Kerja yang Berkualitas

Pertumbuhan dan keberhasilan kegiatan usaha Perseroan bergantung kepada kemampuan Perseroan untuk menarik dan mempertahankan tenaga kerja yang sangat berkualitas, terampil dan berpengalaman di industri minyak kelapa sawit. Ketidakmampuan Perseroan untuk menarik, merekrut, melatih dan mempertahankan manajemen senior atau personel kunci yang berkualitas, seperti manajer kebun atau pabrik, asisten lapangan dan tenaga kerja teknisi, dapat menimbulkan dampak negatif yang material terhadap bisnis, kondisi keuangan dan hasil operasi Perseroan.

Selain itu perkebunan kelapa sawit memerlukan jumlah tenaga kerja yang besar. Pemanen dan pekerja perkebunan lainnya semakin mudah berpindah tempat kerja ke perkebunan lain guna memperoleh upah kerja yang lebih tinggi, dan bila Perseroan tidak mampu mempekerjakan dan mempertahankan tenaga kerja yang cukup atau jika tingkat upah minimum meningkat secara signifikan

Kami terus memantau program remunerasi dan manfaat secara berkelanjutan, dengan melakukan perbandingan dengan kondisi pasar, dan meningkatkan program gaji yang sesuai dengan kemampuan untuk membantu mempertahankan karyawan kami dan menarik karyawan baru.

Kami selalu berusaha memastikan agar karyawan Perseroan menikmati kualitas hidup yang baik selama bekerja di perkebunan kami dengan adanya lingkungan yang aman dan sehat, standar hidup yang nyaman, transportasi, air, listrik, fasilitas kesehatan, fasilitas olahraga, fasilitas penitipan anak, fasilitas pelatihan dan sekolah. Kami juga secara rutin meningkatkan kemampuan pelatihan dan pengembangan dengan penekanan pada pengembangan kepemimpinan.

Kami memiliki program pelatihan manajemen yang dirancang khusus bagi lulusan universitas dan memastikan peningkatan kemampuan internal secara berkesinambungan melalui pelatihan yang intensif dan program jenjang karir. Kami juga memberikan berbagai program retensi untuk personil yang berkualitas serta manajemen senior, dan

Risiko Mitigasi Gangguan atau Kecelakaan dalam Pengangkutan dan Logistik

Perseroan biasanya menjual produk secara ex-mill, ex-jetty atau FOB dan pelanggan Perseroan bertanggung jawab untuk pengangkutan produk yang dibeli dari kami. Gangguan jasa transportasi karena cuaca, pemogokan, penghentian kegiatan usaha atau kejadian lainnya dapat menghalangi mereka dalam melakukan pengangkutan produk kami atau meningkatkan biaya pengiriman sehingga menyebabkan produk Perseroan menjadi lebih mahal. Gangguan tersebut dapat juga menyebabkan masalah penyimpanan produk di perkebunan kami. Kami biasanya hanya menjual CPO setelah produk tersedia di fasilitas penyimpanan sehingga Perseroan bergantung pada sistem transportasi yang efisien untuk pengambilan produk yang tepat waktu oleh pembeli.

Proyek Papua Barat kami juga menghadapi tantangan logistik dan pembangunan karena lokasinya yang terletak di daerah pedalaman (kelapa sawit) dan di area rawa (sagu) yang jauh dari kota sehingga jauh dari infrastruktur dan pasokan listrik yang dapat diandalkan.

Kami telah melakukan investasi dengan membangun sestim transportasi yang fleksibel dan dapat diandalkan serta mengikat kontrak transportasi hanya dengan perusahaan transportasi yang sudah teruji dan berpengalaman.

Untuk proyek Papua Barat, kami mengerti bahwa luasnya dan terpencilnya area rencana pembangunan kami akan menimbulkan tantangan logistik. Mengingat besarnya investasi keuangan yang kami tanamkan dalam perkebunan ini, kami telah mendirikan departemen yang secara spesifik bertanggung jawab untuk mengurangi risiko gangguan operasi dengan memperbaiki perencanaan logistik, pembangunan sistem logistik yang terintegrasi dan menciptakan sinergi logistik antara kebun-kebun kami.

Kondisi Cuaca dan Iklim yang Buruk, Penyakit dan Hama serta Bencana Alam

Kegiatan usaha kami sangat terpengaruh oleh kondisi cuaca yang buruk, bencana alam, penyakit, hama dan faktor lainnya di luar kendali kami yang mempengaruhi produksi dan pemanenan TBS, sehingga berpotensi menyebabkan dampak negatif yang material bagi kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha Perseroan. Secara khusus, curah hujan yang kurang memadai akan menyebabkan pohon kelapa sawit menghasilkan lebih sedikit bunga penghasil TBS dan curah hujan yang terlalu tinggi menghambat pemupukan kelapa sawit yang efektif sehingga akan mengurangi panen TBS dan menunda jadwal pemupukan.

Kami mengelola risiko gangguan cuaca dengan memastikan penerapan beberapa praktik agronomis terbaik, antara lain menggunakan benih tahan hama yang berkualitas tinggi dalam pembangunan seluruh perkebunan kami yang baru; mengelola volume air dengan menggunakan pintu air dan sistem penangkapan air untuk menjamin ketersediaan air selama musim kemarau panjang; menggunakan limbah TBS di lahan perkebunan sebagai penyubur; melakukan konservasi tanah dan tindakan pencegahan erosi; menanam tanaman penutup lahan untuk membantu mengurangi gulma dan hama; dan melakukan analisis tanah untuk menentukan penggunaan jenis pupuk yang terbaik.

Hambatan dari Organisasi Lingkungan Hidup, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Perorangan yang Berkepentingan

Organisasi lingkungan hidup, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan individu tertentu yang berkepentingan terkadang dapat mempertanyakan atau menghalangi kemampuan Perseroan untuk menjalankan kegiatan perkebunan Perseroan. Pihak terkait tersebut di atas mendukung berbagai hal seperti pelestarian hutan dan margasatwa serta perlindungan margasatwa asli dari dampak pembukaan lahan. Hal ini menimbulkan risiko bahwa mereka dapat mempengaruhi pihak berwenang yang terkait untuk mengubah peraturan lingkungan hidup yang berlaku saat ini dan memberlakukan standar lingkungan hidup yang lebih ketat atas kegiatan operasi kami, atau secara langsung mempengaruhi opini publik terhadap kegiatan perkebunan atau menyelenggarakan kegiatan protes yang mengganggu operasi kami. Kegiatan tersebut dapat menimbulkan berita negatif mengenai kami dan perusahaan perkebunan secara umum dan hal ini dapat mempengaruhi kegiatan produksi, memberikan dampak negatif terhadap reputasi Perseroan serta mengganggu kegiatan operasi Perseroan.

Kami menyadari pentingnya konservasi dan pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab di area operasi kami dan kami berkomitmen untuk menciptakan keseimbangan antara hal tersebut dengan pengembangan komersial, yang mencakup pembangunan sosial dalam skala nasional sebagai tujuan akhir. Kami secara ketat mengaplikasikan standar keberlanjutan usaha yang tertinggi dalam kegiatan operasional kami, termasuk kepatuhan terhadap pedoman RSPO; pemenuhan seluruh aspek material terhadap peraturan dan standar lingkungan hidup yang berlaku di Indonesia seperti ISPO; penunjukan lembaga independen untuk melaksanakan kajian kelayakan lingkungan hidup sesuai dengan sertifikasi RSPO pada cadangan lahan kami; dan secara sukarela menyisihkan sebagian area perkebunan kami untuk inisiatif konservasi, khususnya untuk habitat orangutan. Kami mengurangi risiko ganggungan dengan memastikan manajemen lingkungan dan keanekaragaman hayati dilaksanakan secara bertanggung jawab. Kami juga secara aktif menjaga hubungan yang baik serta melakukan dialog dengan seluruh kelompok yang berkepentingan dengan aktivitas perkebunan, dan menerima mereka untuk bekerja sama dengan kami sebagai rekan dalam memastikan kebutuhan agribisnis senantiasa dijaga agar seimbang dengan masalah konservasi.

Risiko Mitigasi Pemahaman Masyarakat Setempat yang Kurang Memadai tentang

Program Plasma Perseroan

Berdasarkan kebijakan pemerintah Indonesia tentang Program Plasma, perusahaan perkebunan kelapa sawit yang memperoleh Izin Usaha Perkebunan (IUP) setelah 2007 diwajibkan untuk mengembangkan perkebunan baru yang akan dioperasikan oleh para petani kecil setempat. Perkebunan Kalimantan Barat kami saat ini telah memiliki program plasma. Dalam pembangunan cadangan lahan Papua Barat dan Sumatera Selatan, kami mencadangkan 20%

dari area penanaman untuk kepesertaan masyarakat sekitar dalam program plasma. Program Plasma dapat menyebabkan hasil TBS yang berkualitas lebih rendah dan untuk memitigasi risiko tersebut, kami mengembangkan program tersebut dengan menggunakan struktur koperasi. Namun program tersebut belum tentu dapat diterima oleh masyarakat di sekitar lokasi perkebunan Perseroan dan oleh karena itu kami dapat saja terpaksa membeli TBS yang dipanen dari pohon kelapa sawit yang ditanam dan dirawat oleh masyarakat setempat dan bukan oleh Perseroan.

Program plasma kami yang sudah berjalan dilakukan melalui koperasi, dan kami berencana menerapkan struktur serupa untuk program plasma di masa mendatang. Kami percaya struktur koperasi merupakan cara yang paling menguntungkan bagi petani dan ANJ. Koperasi membuat perjanjian jasa manajemen dengan Perseroan untuk memastikan bahwa standar yang kami tetapkan terpenuhi dan pemanenan di area plasma kami terjaga. Kami tetap melanjutkan program pengembangan kemampuan bagi anggota koperasi dan program pembinaan sebagai bagian dari inisiatif tanggung jawab sosial perusahaan kami agar para petani dapat berkembang bersama kami. Kami juga melakukan program pelatihan dan sosialisasi secara teratur untuk mengembangkan pengetahuan anggota koperasi di bidang agronomis dan operasi bisnis perkebunan.

Fluktuasi Nilai Tukar Mata Uang Asing

Mata uang pelaporan keuangan Perseroan adalah Dolar Amerika Serikat dan hampir semua penjualan Perseroan dilakukan dalam mata uang Dolar Amerika Serikat, sedangkan pengeluaran Perseroan, termasuk biaya tenaga kerja, sebagian besar dilakukan dalam mata uang Rupiah. Dengan adanya perbedaan antara pendapatan dalam mata uang Dolar Amerika Serikat yang diterima oleh Perseroan dari penjualan dengan biaya operasi Perseroan dalam mata uang Rupiah maka menguatnya nilai mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat akan mengurangi laba bersih dalam mata uang Dolar Amerika Serikat dan meningkatkan pengeluaran Perseroan dalam Dolar AS maupun Rupiah. Sebaliknya, banyak anak perusahaan kami yang dalam tahap penanaman harus menggunakan mata uang Rupiah sebagai mata uang operasional, sedangkan pinjaman, jika ada, menggunakan mata uang Rupiah atau mata uang Dolar Amerika Serikat. Menguatnya nilai mata uang Dolar AS terhadap Rupiah akan mengakibatkan kerugian nilai tukar pada perusahaan tersebut.

Kami menerapkan kebijakan bahwa kami dapat melakukan kontrak berjangka (forward exchange rate contracts) untuk membatasi risiko fluktuasi nilai tukar mata uang asing sepanjang jangka waktu kontrak tidak melebihi enam bulan dan nilai dari kontrak tidak melebihi jumlah Rupiah yang dibutuhkan untuk beban operasi selama tiga bulan.

Dari sisi penyimpanan uang, kebijakan kami secara umum adalah hanya menyimpan Rupiah yang mencukupi untuk kebutuhan operasi selama dua minggu. Namun kami dapat menyimpan Rupiah sampai dengan batas jumlah maksimum untuk beban operasi selama tiga bulan jika, dan hanya jika, kami menilai bahwa tren Rupiah akan kurang menguntungkan Sejak 2015, kami menerapkan kebijakan bahwa setiap pinjaman dari bank harus sesuai dengan mata uang fungsional yang digunakan dalam pembukuan setiap perusahaan.

Kebijakan ini telah mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar mata uang secara signifikan. Beberapa anak perusahaan kami masih menggunakan mata uang Rupiah dalam pembukuannya dan karenanya kami telah mengkonversi pinjaman anak perusahan kami ke dalam Rupiah. Meskipun tingkat suku bunga untuk pinjaman dalam Rupiah lebih tinggi dari pinjaman dalam Dolar Amerika Serikat, kami percaya bahwa kebijakan ini akan membantu kami dalam mengukur risiko dan mengambil tindakan yang tepat pada waktunya.

Kenaikan Biaya Pekerja

Perseroan menjalankan kegiatan operasi padat karya, sehingga peraturan pemerintah mengenai upah pekerja memiliki dampak signifikan terhadap kami. Undang-Undang Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 7 Tahun 2013 mengatur bahwa upah minimum ditentukan dan diberlakukan setiap tahun oleh pemerintah provinsi berdasarkan kondisi biaya hidup tahunan masing-masing provinsi.

Selain itu, Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2015 menetapkan kenaikan upah tahunan yang diukur berdasarkan laju inflasi dan produk domestik bruto yang berlaku.

Dampak kolektif dari peraturan-peraturan tersebut adalah kenaikan tajam biaya pekerja, dan kami memperkirakan kenaikan tersebut akan terus berlangsung. Selama lima tahun terakhir, upah minimum telah mengalami kenaikan yang berkisar antara 5% sampai 36% per tahun, tergantung pada lokasi pekerja kami.

Biaya pekerja merupakan komponen signifikan dalam jumlah biaya produksi kami, dan umumnya menyumbangkan sekitar 30% dari jumlah biaya produksi.

Sejak tahun 2015, kami telah mengambil serangkaian langkah untuk mengendalikan biaya pekerja atau memitigasi risiko kenaikan biaya pekerja, termasuk melalui peningkatan produktivitas dan pengoptimalan sumber daya.

Perseroan memperkenalkan program insentif untuk meningkatkan produktivitas pekerja dan menerapkan standar yang ketat untuk memastikan seluruh TBS kami telah mencapai tingkat kematangan yang seharusnya sebelum dipanen. Pemanenan TBS pada tingkat kematangan yang tepat berkontribusi terhadap tingkat ekstraksi minyak yang lebih tinggi, dan dengan demikian, produksi CPO dan PK yang lebih efisien. Selain itu, kami telah memulai mekanisasi untuk area perkebunan dengan kontur tanah yang tidak bergelombang, seperti Perkebunan Pulau Belitung, Perkebunan Sumatera Utara 1 dan Perkebunan Papua Barat. Hal ini juga mendukung Perseroan dalam menekan permasalahan yang terkait dengan keterbatasan pekerja di wilayah tersebut.

Sistem pengendalian internal ANJ merupakan serangkaian proses yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan Perseroan berhasil dicapai dan laporan keuangan kami dilaporkan secara akurat dan lengkap melalui identifikasi risiko dan hambatan usaha yang relevan, analisis dampak risiko serta tindakan untuk mengelola atau memitigasi risiko jika diperlukan.

Sistem pengendalian internal Perseroan difokuskan pada empat bidang:

-- Efektivitas dan efisiensi operasional;

-- Manajemen dan pemantauan aset;

-- Pelaporan tepat waktu;

-- Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.

KESELARASAN SISTEM PENGENDALIAN

Dokumen terkait