• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

H. Manfaat Laporan Nilai Tambah

Ada beberapa manfaat penyajian laporan nilai tambah (Chariri & Ghozali, 2001:247-249), yaitu:

1. Laporan nilai tambah memberikan informasi yang lengkap dan relevan tentang kegiatan perusahaan dengan memasukkan informasi beberapa kelompok orang yang berkepentingan terhadap perusahaan, seperti pemilik, kreditur, pegawai dan pemerintah.

2. Penyusunan laporan nilai tambah sangat mudah, yaitu hanya dengan memodifikasi laporan laba rugi. Disamping itu, bentuk dan isi laporan nilai tambah lebih mudah dipahami dibandingkan laporan laba rugi khususnya bagi para pegawai, pemilik modal dan pemerintah, karena laporan nilai tambah mengelompokkan pihak-pihak yang ikut menyumbang terciptanya nilai tambah perusahaan.

3. Laporan nilai tambah mencerminkan adanya “team spirit” di dalam organisasi perusahaan, dimana masing-masing pihak yang ikut menyumbangkan terciptanya kekayaan atau nilai tambah perusahaan akan mengetahui berapa besarnya sumbangan mereka terhadap penciptaan nilai tambah, berbeda dengan laporan laba rugi yang hanya memusatkan perhatian pada besarnya laba sebagai penghasilan bagi pemegang saham. 4. Penyajian laporan nilai tambah secara konsisten oleh perusahaan akan

membantu pemerintah dalam mengumpulkan data yang lebih akurat dan tepat waktu guna peramalan dan penyusunan kebijakan ekonomi.

5. Laporan nilai tambah memberikan tambahan kriteria yang dapat dipakai sebagai dasar untuk menilai dan membandingkan prestasi suatu perusahaan dengan perusahaan lain serta dapat dipakai untuk mengukur besar dan pentingnya suatu perusahaan.

I. Pernyusunan Laporan Nilai Tambah

Konsep nilai tambah dan konsep laba pemilik merupakan konsep pendapatan yang berbeda, meskipun keduanya sama-sama berfungsi sebagai

ukuran penciptaan kekayaan dan prestasi perusahaan. Perbedaan dalam konsep pendapatan berakibat pada laporan keuangan yang dihasilkan, baik bentuk, format, maupun isi. Laporan nilai tambah dapat dibuat dengan melakukan modifikasi terhadap laporan laba rugi. Dengan demikian untuk membuat laporan nilai tambah tidak diperlukan perubahan dalam sistem pencatatan yang selama ini digunakan, karena dapat disusun dari sistem yang ada.

Hubungan antara laporan laba rugi dengan laporan nilai tambah dapat ditunjukkan secara sistematis. Besarnya laba ditahan dalam laporan laba rugi dapat dihitung dengan cara mengurangkan berbagai macam beban, pajak, dan deviden dari hasil penjualan (Chariri & Ghozali, 2001:245). Dirumuskan:

LD = HP - BI - Dep - BG - I - Div - T Keterangan:

LD : Laba ditahan HP : Hasil penjualan

BI : Total beban input bahan baku dan jasa lain Dep: Beban depresiasi

BG : Beban gaji dan upah pegawai I : Beban bunga

Div : Dividen yang dibayar T : Pajak penghasilan

Persamaan diatas kemudian diubah menjadi persamaan untuk menghitung besarnya nilai tambah bersih dan nilai tambah kotor (Chariri & Ghozali, 2001:245-247), yaitu sebagai berikut:

1. Nilai tambah bersih

Persamaan nilai tambah bersih menunjukkan jumlah nilai tambah setelah dikurangi dengan depresiasi. Dirumuskan:

HP - BI - Dep = BG + I + Div + T + LD

Bentuk laporan nilai tambah bersih dapat digambarkan seperti yang terlihat pada tabel II.1 halaman 28, yaitu sebagai berikut:

Tabel II.1

Contoh Penyajian Laporan Nilai Tambah Bersih

Hasil penjualan Rp 100.000,- Dikurangi:

Beban input bahan baku dan jasa lain Rp 30.000,- Depresiasi Rp 10.000,-

(Rp 40.000,-) Nilai tambah bersih Rp 60.000,- Didistribusikan kepada:

Gaji dan upah Rp 30.000,- Beban bunga Rp 7.500,- Deviden Rp 7.500,- Pajak penghasilan Rp 10.000,- Laba ditahan Rp 5.000,-

Nilai tambah bersih Rp 60.000,- Sumber: Chariri & Ghozali, 2001

2. Nilai tambah kotor

Persamaan nilai tambah kotor menunjukkan jumlah nilai tambah sebelum dikurangi dengan depresiasi. Dirumuskan:

Bentuk laporan nilai tambah kotor dapat digambarkan seperti yang terlihat pada tabel II.2 halaman 29, yaitu sebagai berikut:

Tabel II.2

Contoh Penyajian Laporan Nilai Tambah Kotor

Hasil penjualan Rp 100.000,- Beban input bahan baku dan jasa lain (Rp 30.000,-)

Nilai tambah kotor Rp 70.000,- Didistribusikan kepada:

Gaji dan upah Rp 30.000,- Beban bunga Rp 7.500,- Deviden Rp 7.500,- Pajak penghasilan Rp 10.000,- Untuk mempertahankan dan memperluas aktiva:

Depresiasi Rp 10.000,- Laba ditahan Rp 5.000,-

Rp 15.000,- Nilai tambah kotor Rp 70.000,- Sumber: Chariri & Ghozali, 2001

Ada 3 alasan memilih disajikannya laporan nilai tambah kotor (Morley, 1987:620-621), yaitu:

1. Nilai tambah kotor merupakan bentuk yang lebih obyektif. Penentuan biaya penyusutan banyak mengandung unsur subyektif, tidak seperti halnya penentuan biaya pembelian dari pihak lain.

2. Jumlah nilai tambah kotor menunjukkan besarnya dana yang tersedia untuk penggantian dan perluasan usaha perusahaan.

3. Penghitungan dalam nilai tambah kotor sesuai dengan penghitungan dalam pendapatan nasional.

Sedangkan alasan yang mendukung disajikannya laporan nilai tambah bersih (Morley, 1987:620-621) adalah:

1. Penciptaan kekayaan (wealth creation) sering diidentifikasikan dengan nilai tambah. Penciptaan kekayaan akan terlalu tinggi apabila tidak memperhitungkan biaya penyusutan aktiva tetap. Perusahaan dapat mengalokasikan seratus persen nilai tambah bersih untuk para penyerta, sementara perusahaan masih dapat mempertahankan modal. Jadi nilai tambah bersih lebih baik dalam penetuan nilai distribusi.

2. Merupakan dasar perhitungan bonus produktivitas yang lebih baik. Meskipun konsep nilai tambah ini tidak menghilangkan kekeliruan penghitungan sepenuhnya, setidaknya dapat memperkecil kekeliruan. 3. Sesuai dengan prinsip konsistensi dan penandingan (matching) antara

penghasilan dan beban, dimana beban depresiasi yang merupakan alokasi aktiva tetap setiap periode, harus diperlakukan seperti halnya penggunaan barang dan jasa yang dibeli dari pihak luar (beban input) yaitu sebagai pengurang hasil penjualan.

4. Nilai tambah bersih menghindari adanya perhitungan ganda, sedangkan nilai tambah kotor akan menghasilkan perhitungan ganda karena tidak dikurangkannya beban depresiasi dari hasil penjualan.

5. Lebih baik dilihat dari nilai kelompok. Nilai tambah bersih merupakan hasil kerja kolektif kelompok penyerta yaitu para pegawai, pemilik modal, dan pemerintah. Sedangkan sisa nilai tambah setelah dibayarkan untuk kelompok penyerta adalah laba ditahan yang merupakan alokasi nilai

tambah kepada pemegang saham yang ditunda pembayarannya karena nantinya akan dipakai untuk pengembangan perusahaan dimasa datang.

Harahap (2001:451) menunjukkan gambaran yang lebih jelas tentang penyusunan laporan nilai tambah yang bersumber dari data dalam laporan laba rugi, yaitu seperti yang terlihat pada tabel II.3 halaman 31 dan tabel II.4 halaman 32 sebagai berikut:

Tabel II.3

Contoh Penyajian Laporan Laba Rugi PT. Sipangko Jaya

Laporan Laba Rugi

Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2000 Penjualan Rp 10.000.000 Dikurangi:

Bahan yang digunakan Rp 1.000.000 Upah tenaga kerja Rp 2.000.000 Biaya jasa-jasa Rp 3.000.000 Biaya bunga Rp 600.000 Penyusutan Rp 400.000

Total biaya (Rp 7.000.000) Laba sebelum pajak Rp 3.000.000

Biaya pajak 40% (Rp 1.200.000) Laba setelah pajak Rp 1.800.000

Dividen (Rp 500.000) Laba ditahan Rp 1.300.000 Sumber: Harahap, 2001

Laporan laba rugi tersebut kemudian disusun kembali menjadi sebuah laporan nilai tambah, yaitu sebagai berikut:

Tabel II.4

Contoh Penyajian Laporan Nilai Tambah Berdasarkan Informasi Dalam Laporan Laba Rugi

PT. Sipangko Jaya Laporan Nilai Tambah

Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2000 Penjualan Rp 10.000.000 Dikurangi:

Bahan yang digunakan Rp 1.000.000 Biaya jasa-jasa Rp 3.000.000 Penyusutan Rp 400.000

Total biaya barang dan jasa (Rp 4.400.000) Nilai tambah Rp 5.600.000 Distribusi nilai tambah:

Upah tenaga kerja Rp 2.000.000 Biaya bunga Rp 600.000 Biaya pajak 40% Rp 1.200.000 Dividen Rp 500.000 Laba ditahan Rp 1.300.000 Nilai tambah Rp 5.600.000 Sumber: Harahap, 2001

Penyajian laporan nilai tambah diatas menggunakan dua metode penghitungan nilai tambah secara bersama-sama. Penghitungan nilai tambah dengan metode pengurangan disajikan sebagai bagian pertama dalam laporan, sedangkan metode penambahan yang menunjukkan alokasi nilai tambah kepada penyumbang sumber daya dalam perusahaan disajikan sebagai bagian kedua dalam laporan.

Dokumen terkait