• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian dan penulisan proposal ini, penulis berharap akan tercapainya beberapa manfaat, antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat secara teoritis yang diharapkan dari hasil karya ilmiah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan masukan atau rujukan untuk sistem pengawasan dan penangan muatan pada saat bongkar muat.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil karya ilmiah ini adalah memberikan pengetahuan tentang pengawasan dan penanganan untuk menghindari kerusakan dan kehilangan muatan juga kecelakaan kerja.

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Penanganan muatan

Penanganan muatan adalah kegiatan mengangkut dan meletakkan bahan – bahan menggunakan alat. (Salim, 1993). Menurut (Lasse, 2014) Penanganan muatan di atas kapal menyangkut beberapa aspek antara lain sebagai berikut :

a. Melindungi kapal dan Pengaturan muatan.

Dalam penanganan dan pengaturan muatan terdapat 5 prinsip yang harus dipegang yaitu, melindungi awak kapal dan buruh, melindungi kapal, melindungi muatan, pemanfaatan ruang muat semaksimalkan mungkin, dan bongkar muat dilaksanakan secara cepat, teratur, dan sistematis.

1) Melindungi awak kapal.

Yang dimaksud dengan melindungi awak kapal dan buruh adalah menyangkut atas keselamatan jiwa awak kapal dan buruh, yang mana bahwa selama awak kapal dan buruh melaksanakan tugas selalu terhindar dari resiko-resiko yang mugkin dapat terjadi pada saat pelaksanaan bongkar muat.

2) Melindungi kapal.

Melindungi kapal berarti menciptakan suatu keadaan dimana dalam melaksanakan kegiatan penanganan dan pengaturan muatan,

5

kapal senantiasa tetap pada kondisi yang baik, aman serta layak laut.

Untuk dapat mencapai tujuan ini, maka yang perlu diperhatikan secara khusus adalah mengenai pembagian muatan yang proporsional dalam pengaturannya. Pembagian muatan dapat dibedakan menjadi 4 pembagian yaitu,

a) Pembagian muatan secara tegak.

b) Pembagian muatan secara melintang.

c) Pembagian muatan secara membujur.

d) Pembagian muatan secara khusus pada geladak antara (tween deck).

3) Melindungi muatan.

Yang dimaksud dengan melindungi muatan adalah menjaga muatan dari segala kerusakan, baik selama pemuatan, selama pelayaran maupun sewaktu pembongkaran.

Untuk dapat menjaga keselamatan/melindungi muatan, maka pihak pengangkut dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab harus mengenal betul akan sifat-sifat dan jenis-jenis dari setiap muatan, sehingga dapat menghindari kerusakan muatan yang disebabkan oleh :

a) Keringat kapal.

b) Keringat muatan.

c) Kebocoran / kebasahan muatan.

d) Pergesekan muatan.

6

e) Penangasan (spontaneous heating).

Agar dapat menghindari/mencegah kerusakan yang disebabkan oleh hal di atas, maka yang perlu dilakukan adalah melakukan perencanaan yang baik dalam melakukan bongkar muat, penggunaan penerapan (dunnage), pengikatan dan pengamanan (lashing and securing), pemisahan muatan antara muatan yang dapat merusak muatan lain dengan yang mudah rusak atau muatan peka, dan pemberian ventilasi.

4) Pemanfaatan ruang muat semaksimal mungkin.

Yang dimaksud dengan pemanfaatan ruang muat semaksimal mungkin adalah pengaturan muatan yang dilakukan sedemikian rupa sehingga ruang muat yang tersedia dapat diisi dengan muatan sebanyak-banyak nya dan mengurangi ruang muat yang tidak terpakai menjadi sekecil-kecilnya, presentase dari ruang muat yang tidak terpakai dinamakan broken stowage.

Penyebab-penyebab terjadinya broken stowage adalah bentuk palka, bentuk muatan, jenis muatan, kecakapan (skill) dari buruh, penggunaan penerapan (dunnage). Untuk mengatasi hal seperti broken stowage, maka dapat dilakukan hal seperti pemilihan bentuk muatan yang sesuai dengan bentuk palka, pengelompokan dan pemilihan jenis muatan, pengawasan dalam pengaturan muatan, penggunaan muatan pengisi (filter cargo), dan penggunaan dunnage seperlunya.

7

5) Bongkar muat dilaksanakan secara cepat, teratur, dan sistematis.

Yang dimaksud dengan bongkar muat secara cepat, teratur, dan sistematis adalah menciptakan suatu proses kegiatan bongkar muat yang efisien dan efektif dalam penggunaan biaya dan waktu.

Untuk dapat mencapai hal tersebut maka diperlukan untuk menghindari long hatch (terjadi nya penumpukan satu jenis muatan pada satu palka untuk satu pelabuhan sehingga menyebabkan terjadinya waktu bongkar / muat yang lama pada suatu palka), over stowage (muatan yang harusnya dibongkar pada pelabuhan tujuan terhalang oleh muatan lain yang berada di atasnya), dan over carriage (muatan yang harusnya dibongkar di pelabuhan tujuan yang pertama ikut terbawa ke pelabuhan tujuan berikutnya).

Untuk mencegah terjadi nya 3 hal di atas maka diperlukan perencanaan penanganan dan pengaturan muatan yang baik, pemisahan muatan dengan jelas, pemberian label / tanda pelabuhan (port mark) yang jelas, dan pemeriksaan saat berakhirnya pembongkaran yang teliti.

b. Persiapan ruang muat.

Sebelum kapal menerima muatan, ruang muat atau palka terlebih dahulu disiapkan untuk dapat dimuat. Kesiapan ruang muat untuk menerima muatan ditandai dengan suatu surat pernyataan yang dibuat oleh Nahkoda yang dikenal sebagai “Notice Of Readiness”. Menurut (Tim Penyusun Politeknik Pelayaran Surabaya, 2015:7)

Langkah-8

langkah yang harus ditempuh untuk mempersiapkan ruang muat adalah pembersihan ruang muat dan pemeriksaan ruang muat.

1) Pembersihan ruang muat

Dilaksanakan dengan cara berikut :

a) Menyapu bersih kotoran ruangan, termasuk dinding-dinding, bila perlu menggunakan serbuk gergaji untuk membersihkan sisa muatan yang melekat.

b) Mengumpulkan sisa – sisa dan bekas – bekas muatan termasuk sisa dan bekas dunnage, mengeluarkan dari ruang muat untuk selanjutnya dibuang ke darat di tempat yang telah disediakan.

c) Membersihkan got – got dari segala kotoran yang dapat menyumbat saringan dan pipa hisap.

d) Mencuci ruangan dengan air tawar untuk menghilangkan segala jenis debu yang melekat.

e) Jika ruangan berbau, maka air cucian dicampur dengan bahan kimia secukupnya untuk menghilangkan bau.

f) Air cucian yang telah ditampung pada got dikuras dan dikeringkan. Mengeringkan air got tidak menggunakan pipa hisap bila memang air got tersebut dikhawatirkan menimbulkan pencemaran.

2) Pemeriksaan ruang muat

Pemeriksaan ruang muat dilakukan oleh mualim I dan jika perlu dengan seorang surveyor. Bagian – bagian yang akan

9

diperiksa menggunakan daftar periksa (check list) yang berisikan keterangan – keterangan bagian yang diperiksa, apakah dalam kondisi lengkap, utuh, baik, cukup baik, sedang, buruk, berfungsi, tidak berfungsi, kering, basah dan sebagainya. Hasil pemeriksaan ruang muat yang dilakukan oleh mualim I dan surveyor maka akan dikeluarkan sertifikat ” dry certificate ” yang ditandai tangani oleh Mualim I dan surveyor.

c. Kendala kelambatan proses pengaturan muatan.

Kendala – kendala yang berupa kelambatan – kelambatan yang terjadi dalam proses penanganan dan pengaturan muatan haruslah dihindari sehubungan dengan tercapainya salah satu aspek dan prinsip – prinsip penanganan dan pengaturan muatan itu sendiri yaitu bongkar muat secara cepat, efisien, dan sistematis.

Jika terjadi kendala yang berupa kelambatan dalam proses kegiatan bongkar muat maka konsekuensi nya adalah kerugian bagi pihak perusahaan. Kelambatan – kelambatan yang dapat ditemui dalam suatu proses bongkar muat adalah kelambatan akibat tehnis (kerusakan alat bongkar muat), kelambatan akibat buruh tidak terampil (unskilled labour), kelambatan akibat keadaan alam (natural factor), kelambatan akibat pemogokan (strike), dan yang terakhir adalah kelambatan akibat terjadinya penumpukan muatan di pelabuhan (congestion).

2. Pengawasan muatan

Pada setiap kapal yang sandar dengan aman sesuai situasi – situasi normal di pelabuhan Nahkoda harus mengatur agar tugas jaga yang

10

memadai dan efektif tetap dijalankan sehingga pengawasan muatan selalu dikerjakan untuk tujuan keselamatan. Beberapa persyaratan – persyaratan khusus diperlukan untuk jenis –jenis system penggerak atau peralatan bantu untuk kapal – kapal yang membawa muatan berbahaya, beracun atau mudah terbakar atau muatan khusus lainnya.

Pengawasan muatan dilakukan sesuai dengan dinas jaga pelabuhan yang telah diatur dalam STCW 1978 amandemen 2010 BAB VIII SECTION A untuk menjalankan tugas jaga bagian 4 (Tugas jaga pelabuhan).

Menurut Tim Penyusun Politeknik Pelayaran Surabaya (2015), berikut adalah pedoman yang akan dilakukan saat berdinas jaga atau bertugas mengawasi muatan,

a. Melakukan pengecekan secara berkala pada muatan.

b. Menaruh perhatian khusus pada kondisi pengikatan (lashing) dan jalan – jalan sempit terutama pada saat pasang surut pada dermaga dengan kenaikan dan penurunan air yang besar, draft kapal dan keadaan umum kapal guna mencegah senget atau trim yang berbahaya selama menangani muatan atau ballast selalu diperhatikan, cuaca dan keadaan laut, penataan peraturan tentang keselamatan dan perlindungan kebakaran, kedudukan air di got-got dan tanki.

c. Dalam cuaca buruk atau pada penerimaan peringatan topan, mengambil tindakan seperlunya untuk melindungi kapal dan muatan.

d. Dalam keadaan darurat yang mengancam kapal dan muatan dibunyikan alarm, beritahu nahkoda, mengambil semua tindakan yang

11

mungkin guna menghindari kerusakan apapun pada kapal, muatan, awak kapal, dan jika perlu minta bantuan pada otoritas yang berada di darat.

e. Mengetahui tentang kondisi stabilitas kapal sehigga bila terjadi kebakaran, pemadam dapat diberitahu tentang banyaknya air yang dapat dipompakan di kapal tanpa membahayakan kapal.

f. Memberikan pertolongan pada kapal atau orang lain yang dalam bahaya.

g. Mencatat dalam buku harian yang tersedia semua peristiwa penting mengenai kapal.

Adapun beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada saat melakukan tugas jaga atau pengawasan muatan yaitu, memonitor rencana yang digunakan untuk bongkar muat dari segi pengaturan muatan dan sebagainya, penggunaan tali (lashing) dan penerapan (dunnage).

3. Kehilangan muatan

Kehilangan muatan adalah berkurang nya jumlah muatan yang telah terhitung dari pelabuhan muat. Beberapa faktor yang menyebabkan kehilangan muatan adalah :

a. Pilferage (Pencurian)

Menurut Tim Penyusun Politeknik Pelayaran Surabaya (2015) untuk mencegah terjadinya pencurian, untuk cargo dapat diberikan penerapan yang mengelilingi cargo tersebut.

12

b. Sifat Muatan

Beberapa sifat muatan dapat mengurangi jumlah muatan seperti penguapan dan lain – lain, ini menyebabkan berkurangnya volume muatan saat dibongkar dibanding dengan saat dimuat, hal ini dapat diatasi dengan pemberlakuan khusus untuk muatan – muatan yang dapat menguap atau berkurang volume nya dikarenakan sifatnya.

13

14 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Metode yang dilaksanakan oleh penulis dalam penelitian ini merupakan studi penelitian bersifat kualitatif dengan pendekatan masalah observasi analitis, dimana dilakukan observasi yang terjadi selama kegiatan operasional kapal yang menjadi objek penelitian. Pendekatan ini dimulai dengan mengadakan analisa terhadap kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penanganan dan pengawasan muatan pada saat bongkar muat di kapal tempat penulis melaksanakan praktek laut. Menurut Riduwan (2006), data kualitatif yaitu data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau kata-kata. Data-data ini biasanya di dapat dari wawancara dan bersifat subjektif, sebab data tersebut ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda.

B. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang diambil penulis adalah kapal niaga yang dijadikan praktek berlayar yaitu KM. Surya Express

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek darimana data diperoleh (Arikunto, 2006:123). Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan penulis teliti. Maka diperlukan sumber data yang akan memberikan informasi diantaranya yaitu :

15

1. Sumber data primer

Menurut Azwar, S. (1997:36), data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama melalui prosedur dan dicatat. Dalam hal ini penulis memperoleh data primer dengan cara langsung dari hasil wawancara dari pihak terkait, yang mengetahui tentang permasalahan yang penulis angkat.

2. Sumber data sekunder

Menurut Azwar, S. (1997:36) data sekunder adalah data yang diperoleh dari data tidak langsung yang biasanya merupakan data dokumentasi dan arsip – arsip resmi, yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh penulis, selain dari sumbernya yang diteliti. Data ini diperoleh dari buku – buku dan internet yang berkaitan dengan objek penelitian proposal atau yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas, yang diperlukan sebagai pedoman teoritis dan ketentuan dari keadaan nyata dalam observasi. Serta dari informasi lain yang telah disampaikan pada saat kuliah.

D. Pemilihan informan

Informan yang dipilih adalah informan yang berada pada lingkup penelitian, artinya orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan latar belakang penelitian. Jadi yang dimaksud sebagai informan disini adalah orang yang memiliki pengalaman dalam hal penanganan dan pengawasan muatan pada saat bongkar muat.

16

E. Teknik pengumpulan data

Dalam penyusunan proposal ini, penulis menggunakan metode yang dapat menggambarkan tentang permasalahan yang dihadapi dalam usaha melaksanakan penelitian tentang penanganan dan pengawasan muatan saat bongkar muat untuk meminimalisir kecelakaan kerja dan kerusakan muatan.

Adapun penulis dalam mengumpulkan data – data guna pembuatan proposal mempunyai beberapa metode dalam pengumpulan data antara lain :

1. Metode observasi

Menurut Riduwan (2006), obervasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Metode dimana dalam penulisan proposal ini berdasarkan pengalaman langsung selama penulis mengadakan penelitian ketika kapal melaksanakan kegiatan bongkar muat di pelabuhan. Sehingga penulis dapat melihat dan mengalami secara langsung mengenai hal – hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus selama penanganan dan pengawasan muatan pada saat bongar muat.

2. Metode wawancara

Menurut Riduwan (2006), wawancara ialah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara merupakan proses tanya jawab secara lisan yang dilakukan seseorang saling berhadapan, saling memberikan informasi. Wawancara sebagai alat pengumpul data menghendaki adanya komunikasi langsung antara penelitian dengan sasaran penelitian.

17

3. Metode dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan mengambil gambar tentang obyek yang diteliti sehingga peneliti dapat mengetahui bagaimana penanganan dan pengawasan muatan saat bongkar muat.

F. Teknik analisis data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Komponen – komponen dalam analisa data adalah :

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengkoordinasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan dan diverifikasikan.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang telah tersusun secara terpadu dan mudah dipahami yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan mengambil tindakan.

18

3. Kesimpulan dan verifikasi data

Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data dan penyajian data sehingga data dapat disimpulkan, dan penelti masih berpeluang untuk menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat diuji kembali dengan data di lapangan, dengan cara merefleksi kembali, peneliti dapat bertukar fikiran dengan teman sejawat, trigulasi, sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai. Bila proses siklus interaktif ini berjalan dengan kontinyu dan baik, maka keilmiahannya hasil penelitian dapat diterima, maka peneilti dapat menarik kesimpulan dalam bentuk deskriptif sebagai laporan peneltian.

Dokumen terkait