BAB I PENDAHULUAN
D. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan memberikan sejumlah manfaat/kegunaan antara lain:
1. Manfaat Teoritis, Peserta didik mampu menganalisis pemikiran dirinya sendiri dan dipastikan bahwa dia telah menemukan pilihan serta dapat menarik kesimpulan dengan baik.
2. Manfaat praktis, yaitu penelitian ini agar bermanfaat bagi guru dan orang tua khususnya dalam memperhatikan keterampilan berpikir kritis selama proses pembelajaran secara daring.
5 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori
1. Pengertian Berpikir
Perilaku kognitif dalam tingkat yang lebih tinggi atau tertinggi yaitu berpikir (thingking). Dikatakan demikian karena berpikir merupakan bentuk pengenalan dengan memanipulasi konsep abstrak.
Dalam kajian psikologi, berpikir didefinisikan sebagai suatu proses mental dalam mengeksplorasi peta pengalaman yang merupakan satu keterampilan bertindak dengan kecerdasan sebagai sumber daya penalaran. Sejalan dengan proses melalui hal-hal tersebut, tatkala seorang individu melakukan proses berpikir yang sempurna akan didukung oleh delapan unsur sebagai berikut:
a. Tindakan yang dilakukan dengan satu tujuan tertentu yang disadari.
b. Dilakukan berdasarkan sudut pandang tertentu.
c. Berbasis suatu asumsi tertentu secara disadari.
d. Mengarah pada suatu langkah pelaksanaan dengan menghadapi konsekuensi tertentu.
e. Dilaksanakan dengan menggunakan berbagai informasi dan pengalaman.
f. Dilakukan dengan menggunakan perkiraan dan timbangan yang berbasis nilai-nilai tertentu.
g. Menggunakan daya nalar yang baik, sehat, dan objektif
h. Semua tindakan dilakukan dalam upaya memperoleh jawaban dari suatu pertanyaan tertentu.
Pada masa kini para ahli mengkategorikan dua macam berpikir yang berebeda satu dengan yang lainnya yaitu berpikir dengan otak kiri dan berpikir dengan otak kanan. Kedua kategori ini mempunyai karakteristik tersendiri dan berbeda dengan fungsinya. Selain itu, dari sudut arah berpikir, dibedakan antara convergent thingking (berpikir memusat) yaitu kemampuan berpikir yang terpusat kepada satu aktivitas dan sasaran, dan divergent thingking (berpikir menyebar) yaitu kemaampuan berpikir secara menyebar terhadap beberapa aktivitas dan sasaran. Tugas guru yaitu harus mampu berpikir dengan seimbang antara pola berpikir konvergen dan divergen untuk selanjutnya membimbing peserta didik agar mampu berpikir secara efektif dalam keseimbangan. (Surya, 2015 : 120)
Berpikir dapat juga memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Sering dilakukan untuk membentuk konsep, bernalar, dan berpikir secara kritis. Berpikir diperlukan manusia dalam kehidupan sehari- hari karena dengan berpikir manusia dapat mengenali masalah, memahami, dan memecahkannya. Di kalangan pelajar, kegiatan berpikir amat diperlukan dalam pembelajaran. (Rusyana: 2014)
Sejalan dengan pernyataan di atas, Rusyna dalam bukunya menyatakan bahwa para ahli keterampilan berpikir memberikan
defenisi berpikir sangat beragam, diantaranya berpikir didefenisiskan sebagai berikut: (Rusyana: 2014)
1.) kegiatan akal untuk mengelola pengetahuan yang telah diterima melalui panca indra dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran 2.) penggunaan otak secara sadar untuk mencari sebab, berdebat, mempertimbangkan , memperkirakan dan merefleksikan suatu objek
3.) kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang sebagai pengganti objek atau peristiwa.
4.) dengan dirinya sendiri di dalam batin dengan cara mempertimbangkan, merenungkab, menganalisis, membuktiakn sesuatu.
enunjukkan alasan-alasan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari tahu mengapa dan untuk apa sesuatu terjadi, dan membahas suatu realitas dengan menggunakan konsep atau berbagai pengertian”. Keterampilan berpikir merupakan proses kognitif yang dipecah-pecah kedalam langkah-langkah nyata yang kemudian digunakan sebagai pedoman berpikir.
Keterampilan berpikir dapat didefinisikan sebagai salah satu proses kognitif yang digunakan sebagai panduan dalam proses berpikir, dengan menyusun kerangka berpikir dengan cara membagi-bagi kedalam kegiatan nyata. Satu contoh keterampilan berpikir adalah menarik kesimpulan (inferring), yang di definisikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan berbagai petunjuk (clue) dan fakta atau informasi dengan
pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat suatu prediksi hasil akhir yang terumuskan.
Ditinjau dari tingkat kesulitan dan kerumitannya, keterampilan berpikir dibagi menjadi dua kelompok yaitu keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks. Berpikir dasar adalah proses berpikir yang hanya melibatkan kemampuan siswa menerima dan mengucapkan kembali fakta-fakta atau menghafal suatu rumusan dengan cara melakukan pengulangan terus menerus. Sedangkan berpikir kompleks adalah proses berpikir yang mengharuskan siswa untuk memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberikan mereka pengertian dan implikasi baru. (Duden, 20016:27)
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa berpikir adalah cara mempertimbangkan dan memutuskan suatu masaalah dengan menggunakan akal pikiran untuk mengambil suatu keputusan.
2. Keterampilan Berpikir Kritis
Pembelajaran saat ini kebanyakan pendidik hanya memberikan ceramah yang hanya menyampaikan konsep sains saja, pembelajaran yang tidak memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan daya nalarnya sehingga keterampilan berpikir kritis siwa kurang berkembang dengan baik. Menurut Beyer dalam Ma’ruf & Arie (2020), berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pertanyaan-pertanyaan, ide-ide, argumen, dan penelitian).
Pengertian lain berpikir kritis Menurut Zakiah (2019) menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah suatu proses berpikir reflektif yang berfokus pada memutuskan apa yang diyakini atau dilakukan, adapun standar yang tepat untuk penilaian berpikir kritis yaitu kejelasan, ketepatan, ketelitian, relevansi dan kelogisan. Sedangkan menurut Ratna dkk (2017) yang menyatakan bahwa seseorang dikatakan mampu berpikir kritis jika seseorang itu mampu berpikir logis, reflektif, sistematis, dan produktif yang dilakukannya dalam membuat pertimbangan dan mengambil keputusan (Zakiah, 2019)
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis yaitu cara untuk berpikir secara jernih tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang harus dipercaya dan merupakan sebuah proses dimana kita harus membuat penialaian yang masuk akal, logis dan dipikirkan lagi secara matang.
Berpikir kritis mempunyai ciri-ciri yaitu menurut Ma’ruf dan Arie (2020) menyatakan bahwa ciri-ciri seseorang yang menggunakan berpikir kritis yaitu, a). Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan terhadap kondisi yang ada, b). Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan konsekuensi yang logis, c). Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks.
Berpikir kritis merupakan cara untuk membuat pribadi yang terarah, disiplin, terkontrol, dan korektif terhadap diri sendiri. Hal ini tentu saja membutuhkan kemampuan komunikasi efektif dan metode penyelesaian
masalah serta komitmen untuk mengubah paradigma egosentris dan sosisentris kita. Saat kita mulai untuk berpikir kritis, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan disini yaitu: a). Mulailah dengan berpikir apa dan kenapa, lalu carilah arah yang tepat untuk jawaban dari pertanyaan tersebut, b). Tujuan pertanyaan akan apa dan kenapa, c). Informasi yang spesifik untuk menjawab pertanyaan diatas.
Berdasarkan penjelasan diatas berpikir kritis mempunyai juga karakteristik dan indikator berpikir kritis dimana, menurut Wade dalam Ma’ruf & Arie (2020) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi: kegiatan merumuskan pertanyaan, membatasi permasalahan, menguji data-data menganalisis berbagai pendapat dan bias, menghidari pertimbangan yang sangat emosional, menghindari penyederhanaan berlebihan, mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan mentoleransi ambiguitas.
Pendapat lain dari Ma’ruf & Arie (2020) menjelaskan karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, yaitu:
a. Watak seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggap baik.
b. Kriteria, dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu
untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda.
c. Argumen, adalah pernyataan atau proposal yang dilandasi oleh data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.
d. Pertimbangan atau pemikiran, yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
Pada dasarnya kemampuaan berpikir kritis menurut Sholikin (2021) yaitu kemampuan berpikir kritis merupakan suatu keterampilan dalam menganalisis dan mengevaluasi informasi yang digunakan untuk menarik sebuah kesimpulan secara valid, serta Facione menjelaskan kemampuan/keterampilan berpikir kritis akan melibatkan aktivitas, seperti menafsirkan, menganalisis, mengevaluasi, menyimpulkan, menjelaskan hasil pemikirannya, dan bagaimana mengambil keputusan dan menerapkan pengetahuan baru. Sedangkan menurut Ennis (1985) menjelaskan berpikir kritis adalah sebuah kemampuan proses yang dalam mengungkapkan tujuan yang dilengkapi alasan yang tegas tentang suatu kepercayaaan dan kegiatan yang telah dilakukan (Ma’ruf & Arie, 2020).
Ennis mengembangkan menjadi indikator-indikator keterampilan berpikir kritis yang terdiri dari lima kelompok besar yaitu: a) Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), b). Membangun keterampilan dasar (basic support), c). Menyimpulkan (interference), d).
Memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced clarification) dan e).
Mengatur starategi dan taktik (strategy and tactics). Menurut Ennis adapun indikator berpikir kritis.
Tabel 2.1 Aspek Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis Keterampilan
memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin
c. Menjaga pikiran terhadap situasi yang sedang dihadapi
2. Menganalisis argumen
a. Mengidentifikasi kesimpulan b. MengidentifikasI alasan yang
dinyatakan
c. Mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan
d. Mencari persamaan dan perbedaan e. Mengidentifikasi dan menangani
ketidakrelevan
f. Mencari struktur dari sebuah pendapat/argumen
b. Apa yang menjadi alasan utama?
c. Apa yang kamu maksud dengan?
d. Apa yang menjadi contoh?
e. Apa yang bukan contoh?
pertanyaan yang menantang
f. Bagaimana mengaplikasikan kasus tersebut?
g. Apa yang menjadikan perbedaannya?
h. Apa faktanya?
i. Apakah ini yang kamu katakan?
j. Apalagi yang akan kamu katakan tentang itu?
b. Mengurangi konflik interval c. Kesepakatan antar sumber d. Repulasi
e. Menggunakan prosedur yang ada f. Mengetahui resiko
g. Keterampilan memberikan alasan h. Kebiasaan berhati-hati
5. Mengobserva
s dan
mempertimb angkan hasil observasi
a. Mengurangi praduga/menyangka b. Mempersingkat waktu antara
observasi dengan laporan
c. Laporan dilakukan oleh pengamat sendiri
d. Mencatat hal-hal yang sangat diperlukan
e. Penguatan
f. Kemungkinan dalam penguatan g. Kondisi akses yang baik
h. Kompeten dalam menggunkan teknologi
i. Kepuasan pengamat atas kredibilitas kriteria
b. Mengkondisikan logika
mempertimb angkan dedukasi
c. Menginterpretasikan pernyataan
7. Menginduksi
a. Latar belakang fakta b. Konsekuensinya
c. Mengaplikasikan konsep (prinsip-prinsip-prinsip yang telah diterima) d. Mempertimbangkan banyak
alternatif
e. Menyeimbangkan, menimbang, dan memutuskan
a. Bentuk sinonim, klarifikasi, rentang, ekspresi yang sama,
operasional, contoh dan non-contoh b. Strategi definisi
c. Konten (isi) 10. Mengidentif
ikasi asumsi
a. Alasan yang tidak dinyatakan b. Asumsi yang
a. Mendefinisikan masalah b. Memilih kriteria yang mungkin
sebagai solusi permasalahan c. Merumuskan alternatif-alternatif
untuk solusi
d. Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan
e. Mere-view
f. Memonitor implementasi 12. Berinteraksi
dengan orang lain
a. Memberi label b. Strategi logis c. Strategi retorik
d. Mempresentasikan suatu posisi, baik lisan atau tulisan
Sedangkan menurut Paul dan Elder (2015) terdapat delapan elemen berpikir kritis yang terdiri atas beberapa sub elemen berpikir kritis antaralain:
No. Elemen berpikir Kritis
Sub elemen berpikir kritis
1. Tujuan (purpose) a. Menyatakan tujuan dengan jelas
b. Membedakan tujuan utama dengan tujuan lain
c. Menyatakan tujuan sesuai target
d. Menyatakan tujuan yang signifikan dan realitis
2. Pertanyaan terhadap masalah (question at issue)
a. Menyatakan pertanyaan masalah secara jelas dan tepat
b. Mengajukan pertanyaan dengan beberapa cara untuk menjelaskan makna dan ruang lingkup masalah c. Menyatakan sub pertanyaan
d. Mengidentifikasi pertanyaan masalah 1) Pertanyaan hanya memiliki satu
jawaban benar
2) Pertanyaan dapat dijawab dengan berbagai sudut pandang
3. Asumsi (assumption)
a. Mengidentifikasi asumsi dan menentukan apakah asumsi tersebut benar.
b. Mempertimbangkan bahwa asumsi yang diajukan dapat membentuk sudut pandang terhadap masalah
4. Sudut Pandang (Point of view)
a. Mengidentifikasi sudut pandang
b. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sudut pandang
c. Bersikap adil dalam menilai semua sudut pandang
5. Informasi (information)
a. Menyatakan dukungan berdasarkan data
b. Mencari informasi yang menentang dan mendukung argument
c. Menggunakan informasi yang jelas, akurat, dan relevan dengan pertanyaan masalah.
d. Mengumpulkan informasi yang cukup 6. Konsep
(concepts)
a. Mengidentifikasi konsep-konsep kunci dan menyatakan dengan jelas
b. Menyatakan konsep alternatif atau definisi konsep alternatif
c. Menggunakan konsep dengan hati-hati 7. Interpretasi dan
menarik kesimpulan (interpretation and inference)
a. Menyimpulkan berdasarkan bukti-bukti b. Memeriksa konsistensi kesimpulan c. Mengidentifikasi asumsi yang dapat
mengarah pada kesimpulan
8. Implikasi dan akibat-akibat (implication and concequences)
a. Menentukan implikasi dan konsekuensi yang mengikuti argumen
b. Menyatakan implikasi positif dan negatif
c. Mempertimbangkan semua akibat yang mungkin terjadi
(Ma’ruf & Arie, 2020)
3. Pembelajaran Fisika
Istilah pembelajaran banyak digunakan dalam dunia pendidikan.
Pembelajaran, menurut Sinar (2011) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik.
Alat yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan, sesuai dengan karakteristik peserta didik, dan dipandang sangat efektif untuk menyampaikan informasi, sehingga siswa dapat memahami dengan baik (Sinar, 2011).
Salah satu pembelajaran yang di ajarkan di sekolah yaitu pembelajaran fisika, menurut Riskawati (2017) menjelaskan fisika merupakan bagian dari sains memberikan pengetahuan untuk memahami konsep-konsep fisika dan metode ilmiah yang melibatkan keterampilan proses sains untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan menurut Karso dalam Riskawati (2017) fisika merupakan ilmu yang lahir dan dikembangkan melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah, pengajuan kesimpulan, dan pengajuan teori atau konsep (Riskawati, 2017).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika adalah pembelajaran yang merupakan cara untuk memperoleh kompetensi yang berupa keterampilan, memelihara sikap, dan mengembangkan pemahaman konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
4. Pembelajaran Daring
Pembelajaran daring sangat dikenal di kalangan masyarakat dan akademik denga istilah pembelajaran online (online learning). Istilah lain yang sangat umum diketahui adalah pembelajaran jarak jauh (learning distance). Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang berlangsung di dalam jaringan dimana pengajar dan yang diajar tidak betatap muka secara langsung. Effendi menjelaskan pembelajaran daring adalah pemanfaatan jaringan internet dalam proses pembelajaran.
Sedangkan menurut Meldawati (Effendi, 2020) pembelajaran daring learning sendiri dapat dipahami sebagai pendidikan formal yang diselenggarakan oleh sekolah yang peserta didik dan instrukturnya (guru) berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan sistem telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan didalamnya. Pembelajaran daring dapat dilakukan dari mana dan kapan saja tergantung pada ketersediaan alat pendukung yang digunakan.
Permasalahan yang sering terjadi pada saat pembelajaran daring yaitu permasalahan teknis yang dihadapi oleh kalangan pelajar, tenaga pengajar dan orang tua. Permasalahan yang dialami guru adalah
kemampuan menggunakan teknologi dalam pembelajaran daring. Tidak semua guru menguasai berbagai patform pembelajaran sebagai media utama pendukung pembelajaran dalam jaringan. Guru-guru tidak unggul dan mahir menggunakan e-learning, edmodo, schoolgy, google meet, dan lain sebagainya. Sehingga hal ini menjadi permasalahan utama baik dari proses penyelenggaraan pembelajaran daring maupun hasil pembelajaran daring.
Dalam hal ini, tenaga pengajar juga tidak bisa diposisikan sebagai komponen yang salah dalam mengambil tindakan. Karena guru-guru juga tidak memiliki persiapan yang matang untuk menghadapi kondisi ini.
Bahkan guru-guru belum memiliki buku pegangan bagaimana mengadakan pembelajaran online yang berorientasi kepada pembelajaran bermakna.
Dalam pembelajaran daring guru tidak dibatasi oleh aturan dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran online yang akan digunakan. Namun guru harus mengacu pada prinsip pembelajaran daring dimana prinsip pembelajaran daring yaitu proses pembelajaran yang berorientasi pada interaksi dan kegiatan pembelajaran. Artinya adalah media yang digunakan oleh guru dapat digunakan oleh siswa sehingga komunikasi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan baik.
Beberapa platform atau media online yang dapat digunakan dalam pembelajaran online seperti E-learning, Edmodo, Google meet, V-Class, Google class, Webinar, Zoom, Skype, Webex, Facebook live, Youtube live, Schoology, Whatsapp, Email dan Messenger. (Efendi, 2020)
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang tidak terlepas dari jaringan internet, dengan sistem belajar tanpa tatap muka secara langsung dengan memanfaatkan komunikasi dan teknologi internet seperti, WA, google clashroom, edmodo, zoom, google meet, youtube, dll.
B. Hasil Penelitian Relevan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa hasil penelitian yang relavan, diantaranya:
1. Penelitian oleh Feti Ardiyanto dan Harto Nuroso yang berjudul
“Analisis Tingkat Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI MIPA Dalam Pembelajaran Fisika” dari hasil penelitiaannya disimpulkan bahwa siswa memiliki keterampilan berpikir kritis sedang 55,6% siswa memiliki keterampilan berpikir kritis rendah, dan 13,8% siswa memiliki keterampilan berpikir kritis cukup. Sedangkan hasil analisis tiap aspek dan indikator keterampilan berpikir kritis diperoleh bahwa dua aspek dan indikator keterampilan berpikir kritis pada kategori sangat rendah, indikator pada kategori rendah, dan satu aspek dan indikator pada kategori cukup sedang.
2. Penelitian oleh Much. Solikin “Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP Pada Pembelajaran IPA Saat Pembelajaran Daring Selama Covid-19”. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa SMP saat pembelajaran daring pada keterampilan memberikan penjelasan sederhana memiliki presentase 53,00% dengan kategori sedang, keterampilan membangun keterampilan dasar
memiliki presentase 61,67% dengan kategori tinggi, keterampilan menyimpulkan memiliki presentase 30,00% dengan kategori rendah, keterampilan memberikan penjelasan lebih lanjut memiliki presentase 20,00% dengan kategori sangat rendah, keterampilan berpikir kritis peserta didik secara keseluruhan memiliki persentase 41,17 % dengan kategori sedang.
C. Kerangka Berpikir
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari tentang materi dan segala interaksi, serta gaya yang mengaturnya dan juga mempunyai perang penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan salah satu bagian dari pendidikan yang menjadi pedoman yang harus disiapkan agar dapat mencetak manusia yang bermutu. Kompetensi yang harus dikuasai yaitu individu yang kreatif, berpikir kritis, bekerja sama dengan tim, kreativitas, informasi, komunikasi dan kemandirian belajar. Salah satu tujuan mata pelajaran fisika di SMA adalah agar peserta didik mampu menguasai pengetahuan, konsep-konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan dan kemampuan dalam mengembangkan pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Rendahnya hasil pembelajaran fisika biasa diakibatkan dari permasalahan guru yang kurang menjelaskan secara rinci dengan materi yang dianggap susah oleh siswa, dengan begitu siswa cenderung malas dalam berpikir untuk mengulangi pembelajaran. Dimana saat ini pembelajaran dilakukan secara daring untuk itu banyak siswa beranggapan
bahwa pembelajaran fisika dikelas dengan bimbingan guru secara tatap muka saja sangat sulit. Sehingga hasil keterampilan berpikir siswa terbilang cukup sedang dalam pembelajaran fisika.
Berpikir kritis adalah suatu proses siswa secara mendalam yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang memenuhi indikator-indikator sebagai berikut. (1) memberikan penjelasan sederhana yang meliputi, memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen (mengidentifikasi alasan dan mengidentifikasi suatu ketidaktepatan). (2) membangun keterampilan dasar yaitu, mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. (3) Menyimpulkan yang meliputi, menginduksi, membuat keputusan dan mempertimbangkan hasil induksi.
(4) Memberikan penjelasan lebih lanjut yaitu mengevaluasi dan kemampuan memberikan alasan. (5) Strategi dan taktik.
Pembelajaran fisika pada hakikatnya merupakan suatu proses belajar fisika, dimana pada pembelajarannya yang lebih menekankan kepada fisika sebagai produk, yang artinya pengetahuannya berupa fakta , konsep, prinsip, hukum, dan teori mengenai gejala alam. Pembelajaran daring sangat dikenal di kalangan masyarakat dan akademik dengan istilah pembelajaran online (online learning). Istilah lain yang sangat umum diketahui adalah pembelajaran jarak jauh (learning distance).
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang berlangsung di dalam jaringan dimana pengajar dan yang diajar tidak betatap muka secara langsung.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui keterampilan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran fisika secara daring dengan memberikan tes, tes yang digunakan berupa soal-soal essay yang memuat indikator keterampilan berpikir kritis. Dari tes yang telah diberikan maka dapat diketahui besar keterampilan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran fisika secara daring.
Adapun kerangka pikir dalam penelitian adalah sebagaimana gambar di bawa ini.
Peserta didik
Gambar 2.1 Kerangka pikir penelitian TES
Soal Essay
Menganalisis Keterampilan Berpikir Kritis
INDIKATOR KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
1. Memberikan penjelasan sederhana 2. Membangun Keterampilan dasar 3. Menyimpulkan
4. Memberikan penjelasan lebih lanjut 5. Strategi dan Taktik
6.
35 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ex-post facto yang bersifat deskriptif untuk memperoleh data kuantitatif karena peneliti tidak memberikan perlakuan kepada responden sehingga penelitian ini hanya mengungkap variabel itu apa adanya tanpa menghubungkan dengan variabel lainnya (Ismail dkk, 2018).
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu kelas X IPA SMA Muhammadiyah 9 Makassar yang terdiri dari satu kelas dengan jumlah siswa 26.
Sampel dari penelitian ini adalah kelas X IPA yang berjumlah 26 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu pengambilan secara utuh atau hanya satu kelas berdasarkan populasinya.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahap, yakni : tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.
1. Tahap Persiapan
Peneliti melakukan beberapa persiapan, yaitu :
a. Melaksanakan observasi ke sekolah dan beskonsultasi dengan masing-masing guru mata pelajaran fisika guna mengetahui tentang keadaan peserta didik, dan mencari tahu sampai di mana materi
pelajaran fisika dan memberitahukan materi fisika yang akan dijadikan sebagai tes keterampilan berpikir kritis siswa selama pembelajaran daring.
b. Menyusun instrumen penelitian, dimana instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data tentang keterampilan berpikir kritis siswa selama pembelajaran fisika secara daring.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan tes uji coba untuk mengetahui kevalidan soal dan realiabilitas instrumen
b. Menjelaskan terlebih dahulu jenis tes melalui via WA, selanjutnya
b. Menjelaskan terlebih dahulu jenis tes melalui via WA, selanjutnya