• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Sebagai masukan bagi FKIP Universitas Sanata Dharma, khususnya Program Studi Akuntansi dalam usaha untuk meningkatkan minat mahasiswa untuk menjadi guru.

2. Sebagai sumbangan pengetahuan dalam memperkaya pengetahuan didunia pendidikan terutama karya dalam penelitian pendidikan. 3. Sebagai pedoman bagi penelitian pendidikan selanjutnya.

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori

Penelitian ini bila dilihat dari judulnya, terdapat 3 variabel teori, dimana teori ini harus dikaji lebih lanjut. Berikut 3 variabel teori yang dikaji:

1. Pengajaran Mikro (Mikro Teaching)

Pengajaran Mikro menurut La Sulo (1980:7) merupakan salah satu cara latihan praktek mengajar yang dilakukan dalam proses belajar mengajar yang dimikrokan untuk membentuk atau mengembangkan ketrampilan mengajar. MC Knight (La Sulo, 1980:7) mengemukakan bahwa pengajaran mikro merupakan pengajaran dalam skala kecil yang dirancang untuk mengembangkan ketrampilan baru dan memperbaiki ketrampilan yang lama. MC Knight berpendapat bahwa, dalam pengajaran mikro, calon guru atau guru yang sedang berlatih itu mengajar sejumlah kecil murid untuk 5-10 menit, yang kadang-kadang direkam dengan video tape recorder, untuk diobservasi dan dianalisis oleh yang berlatih bersama-sama dengan supervisor. Bentuk mikro tersebut meliputi hampir semua komponen dalam interaksi belajar mengajar yakni: jumlah murid, bahan pelajaran, waktu, jenis ketrampilan mengajar yang digunakan dan lain-lain. Adapun pengertian pengajaran mikro menurut MC Laughlin dan Moulton (La Sulo, 1980) adalah metode latihan penampilan yang dirancang secara jelas dengan jalan mengisolasi bagian-bagian komponen dari proses mengajar, sehingga guru

(calon guru) dapat menguasai setiap komponen satu persatu dalam situasi mengajar yang disederhanakan.

Berdasarkan pengertian pengajaran mikro, J.J Hasibuan (1988) mengemukakan beberapa ciri-ciri penting dalam pengajaran mikro: Pengajaran mikro berarti dalam skala kecil. Skala kecil dapat berkaitan dengan ruang lingkup materi pelajaran, waktu, siswanya dan ketrampilannya; Sebagaian kecil ketrampilan mengajar yang kompleks akan dipelajari lebih mendalam dan teliti; Pengajaran mikro adalah pengajaran yang sebenarnya. Calon guru harus membuat persiapan mengajar, melaksanakan pengajaran berdasarkan rencana yang dibuat, mengelola kelas, dan sebagainya; Pengajaran mikro juga berarti belajar yang sesungguhnya. Ditinjau dari calon guru, dia belajar bagaimana mengajar, sedangkan dari siswanya akan memperoleh atau belajar sesuatu, sesuai dengan tujuan pengajaran yang dirumuskan oleh calon guru; Untuk mendapatkan hasil rekaman yang akurat, pengajaran mikro harus dilengkapi dengan alat-alat perekam video maupun radio.

Adapun tujuan pengajaran mikro menurut Gilarso (1986) dapat dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah mahasiswa cukup terlatih dalam beberapa ketrampilan dasar keguruan, sehingga siap diterjunkan dalam PPL II. Tujuan khususnya adalah setelah calon guru mengalami latihan ini maka diharapkan:

a) Dapat membuat persiapan mengajar yang baik b) Dapat mengungkapkan pengertian yang jelas.

c) Dapat membawakan pelajaran dengan sikap dan gaya sesuai dengan provesinya

d) Dapat berbicara dengan lancar di depan kelas

e) Dapat melakukan ketrampilan membuka dan menutup pelajaran f) Dapat mengajukan pertanyaan dengan cara yang benar

g) Dapat memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa h) Dapat mengajar dengan berbagai variasi

i) Dapat menggunakan alat-alat pelajaran dengan benar dan tepat

j) Dapat mengamati pelaksanaan latihan ketrampilan keguruan secara obyektif dan kritis

k) Dapat memerankan sebagai supervisor, siswa maupun observer l) Dapat menerapkan semua teori tentang didaktik

m) Memiliki rasa percaya akan diri sendiri

Sedangkan tujuan pengajaran mikro menurut Dwight ellen adalah : a) Bagi mahasiswa calon guru

1. Memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah ketrampilan dasar mengajar secara terpisah

2. Calon guru dapat mengembangkan ketrampilan mengajarnya sebelum mereka terjun kekelas yang sebenarnya

3. Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk mendapatkan bermacam-macam ketrampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana ketrampilan itu diterapkan.

b) Bagi guru

1. Memberikan penyegaran dalam program pendidikan

2. Guru mendapat pengalaman mengajar yang bersifat individual demi perkembangan profesinya

3. Mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap pembaharuan yang berlansung di pranata pendidikan.

Menurut Gilarso (1986), komponen ketrampilan keguruan dalam pengajaran mikro antara lain :

1. Membuka dan menutup pelajaran (set eduction and closure) 2. Menjelaskan (explaining)

3. Bertanya (guestioning)

4. Memberi penguatan (reinforcement) 5. Mengadakan variasi (variation)

Sedangkan menurut Puji Purnomo (2005), sifat mikro dalam pengajaran mikro berusaha mengisolasikan secara sistematis bagian-bagian dari keseluruhan proses belajar mengajar yang sedemikian kompleks itu. Usaha penyederhanaan ini didasari atas pertimbangan:

1. Bahwa dengan menguasai terlebih dahulu komponen kegiatan mengajar, akan dapat dilaksanakan kegiatan mengajar secara keseluruhan yang bersifat kompleks itu.

2. Bahwa dengan menyederhanakan situasi maka perhatian dapat ditujukan sepenuhnya kepada pembinaan ketrampilan tertentu (khusus) yang merupakan komponen dari kegiatan mengajar.

3. Bahwa dengan menyederhanakan situasi latihan maka lebih dimungkinkan untuk mengadakan observasi yang lebih saksama dengan pencatatan yang lebih teliti.

2. Program Pengalaman Lapangan di Sekolah

Menurut Suparno (1992), Program Pengalaman Lapangan adalah suatu program dalam pendidikan prajabatan guru, yang dirancang untuk melatih para calon guru menguasai kemampuan keguruan yang utuh dan terintegrasi, sehingga setelah menyelesaikan pendidikannya mereka siap untuk secara mandiri mengemban tugas sebagai guru. Pada dasarnya, kemampuan profesional keguruan yang terbentuk melalui pendidikan prajabatan itu memiliki 2 sisi yang saling menunjang yaitu kemampuan untuk melaksanakan tugas dan mengenal batas-batas kemampuan serta kesiapan dan kemampuan-kemampuan sumber yang dapat membantu mengatasi keterbatasan kemampuan melaksanakan tugas tersebut.

Menurut Sunaryo (1984), Program Pengalaman Lapangan merupakan suatu kegiatan lapangan atau pengalaman lapangan yang dilaksanakan oleh

mahasiswa yang mencakup latihan mengajar dan tugas kependidikan serta terbimbing dan terpadu untuk memenuhi syarat pembentukan profesi kependidikan. Kegiatan praktek pengalaman tersebut meliputi kegiatan latihan mengajar, mengenal siswa, pengelolaan sekolah, sebagai yang telah ditetapkan dalam pedoman yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Sedangkan menurut buku Pedoman Program Pelaksanaan Pengalaman Lapangan, Program Pengalaman Lapangan dirancang untuk melatih para calon guru agar menguasai kecakapan keguruan secara lengkap dan terintegrasi. Program ini meliputi latihan pembelajaran dan latihan melaksanakan tugas-tugas kependidikan selain pembelajaran.

Program Pengalaman Lapangan dalam kurikulum Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi (PGBK) termasuk komponen proses belajar mengajar. Pelaksanaan kegiatannya digolongkan atas tingkatan-tingkatan yang berbeda-beda walaupun secara keseluruhan diarahkan kepada satu tujuan yaitu pembentukan profesional keguruan. Menurut Suparno (1992), pembentukan kemampuan keguruan dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari pembentukan berbagai unsur kemampuan, penghayatan sikap dan nilai melalui berbagai matakuliah dan kemudian secara bertahap lagi dalam latihan PPL. Tahap-tahap latihan dalam PPL adalah sebagai berikut :

a. Pengenalan lapangan

Tahap ini bertujuan untuk mengakrapkan mahasiswa calon guru dengan dunia sekolah, melalui observasi dan penghayatan lansung sebagai aspek ‘’kehidupan’’ di sekolah.

b. Latihan ketrampilan terbatas

Dalam tahap ini, mahasiswa calon guru diberi kesempatan untuk menguasai ketrampilan mengajar secara terbatas melalui latihan dan pengajaran mikro, baik yang berlansung dalam situasi yang sebenarnya (menggunakan murid SMA/SMK) maupun yang berlansung dalam situasi buatan.

c. Latihan terbimbing

Pada tahap ini, mahasiswa calon guru mulai berlatih mengintegrasikan berbagai kemampuan keguruan secara utuh dalam situasi yang sebenarnya, dibawah bimbingan para pembimbing.

d. Latihan mandiri

Pada tahap ini, mahasiswa calon guru diberi kesempatan untuk berperan sebagai guru kelas dengan bimbingan yang sangat minimal, bahkan bila mungkin tanpa bimbingan.

Suparno (1992) juga mengemukakan beberapa tujuan akhir dari Program Pengalaman Lapangan yaitu:

a. Mengenal secara cermat lingkungan fisik, administrative, serta akademik social sekolah sebagai tempat kerjanya kelak.

b. Menguasai berbagai ketrampilan mengajar terbatas

c. Mampu menerapkan berbagai kemampuan keguruan secara utuh dan terintegrasi dalam situasi yang sebenarnya dibawah bimbingan para pembimbing.

d. Mampu menerapkan berbagai kemampuan keguruan secara utuh dan terintegrasi dalam situasi yang sebenarnya dengan bimbingan yang minimal atau bahkan tanpa bimbingan.

e. Mampu menarik pelajaran dari penghayatan dan pengalamannya selama latihan melalui refleksi yang merupakan salah satu ciri penting pekerjaan profesional.

3. Minat Menjadi Guru a. Pengertian Minat

Dalam buku W.S. Winkel (1991), pengertian minat adalah kecendrungan yang agak menetap dalam diri subyek yang merasa tertarik pada bidang/ hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Di sini, perasaan senang akan menimbulkan minat, dan akan diperkuat lagi oleh sikap yang positif. Mungkin pada umumnya berlaku urutan psikologis sebagai berikut: perasaan senang _ sikap positif _ minat. Pengertian dari perasaan sendiri adalah aktifitas psikis yang didalamnya subyek menghayati nilai-nilai dari suatu obyek, sedangkan pengertian sikap adalah kecendrungan dalam diri subyek menerima atau menolak

suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai obyek berharga atau tidak berharga.

Menurut I.L. Pasaribu dan B. Simanjuntak(1986:47) dalam W.S. Winkel (1991), minat adalah suatu sikab subyek terhadap obyek atas dasar adanya Kebutuhan dan kemungkinan terpenuhinya Kebutuhan itu. Minat dan prilaku tersebut ditentukan oleh minat. Minat adalah kelanjutan dari dorongan kegiatan dimana anak tampak keinginannya untuk mengetahui sesuatu.

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock, 1995:144). Minat terbagi menjadi 3 aspek (Hurlock,1995:144) sbb:

a. Aspek kognitif

Berdasarkan pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari baik di rumah, sekolah dan masyarakat serta berbagai jenis media massa. b. Aspek afektif

Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman pribadi, dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu.

c. Aspek psikomotor

Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat. Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.

Minat disini adalah kesadaran seseorang bahwa suatu obyek, suatu soal dan situasi bersangkut paut dengan dirinya. Jadi dalam hal ini seorang mahasiswa telah menyadari bahwa situasi lingkungan disekitarnya mempengaruhi minatnya untuk menjadi guru. Perubahan pilihan minat pada diri seseorang dapat digunakan untuk melihat tingkat kematangan pilihan minatnya maupun jiwa dan pribadinya. Semakin sering perubahan pilihan minat terjadi semakin tidak matang pula. Menurut L.Crow dan A. Crow (Winkel, 1991), kemampuan atau keinginan untuk melanjutkan tugas yang diberikan dalam jangka waktu tertentu akan berbeda-beda karena umur dan dikalangan individu.

Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat untuk melakukan menuju sesuatu yang telah menarik minatnya (Gilarso, 1995:68). Menurut Efendi dan Praja (1993:72), minat dapat ditimbulkan dengan cara: membangkitkan suatu Kebutuhan; menghubungkan dengan pengalaman lampau; memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

Minat adalah suatu alasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar. Jika seseorang memiliki rasa ingin Belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya. Guru yang berhasil membina kesediaan Belajar murid-muridnya berarti telah melakukan hal yang terpenting yang dapat dilakukan demi kepentingan belajar murid-muridnya. Sebab, minat bukanlah sesuatu yang ada begitu saja, melainkan sesuatu yang dapat dipelajari (Kurt Singer:1987).

Giatama (1990:6) menggolongkan minat menjadi dua:

a. Minat secara intrisik merupakan minat yang timbul dari dalam individu sendiri tanpa pengaruh dari luar. Minat intrisik dapat timbul karena pengaruh sikap, persepsi, prestasi belajar, bakat dan jenis kelamin.

b. Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang timbul akibat pengaruh dari luar individu. Minat secara ekstrinsik timbul antara lain karena latar belakang ekonomi, minat orang tua dan teman sebaya.

b. Pengertian Guru

Menurut Moh. User Usman (1990), Guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai seorang guru. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Memdidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti menerus dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih

berarti mengembangkan ketrampilan – ketrampilan kepada siswa. Menurut Earl V Pullias, guru ialah seseorang yang membantu murid untuk mempelajari hal-hal yang tak mereka ketahui dan memahami apa yang mereka pelajari.

Pengertian guru menurut Muhamad Nurdin (2008) adalah seorang yang harus digugu dan harus ditiru oleh muridnya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Segala ilmu pengetahuan yang datang dari sang guru dijadikan sebagai sebuah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan atau diteliti lagi. Sebagai seorang yang harus ditiru, seorang dengan sendirinya memiliki peran yang luar biasa dominannya bagi murid. Dalam sebuah proses pendidikan guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting, selain komponen lainnya seperti tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana, lingkungan dan evaluasi.

B. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Pengajaran Mikro Dengan Minat Menjadi Guru

Pengajaran Mikro menurut La Sulo (1980:7) merupakan salah satu cara latihan praktek mengajar yang dilakukan dalam proses belajar mengajar yang dimikrokan untuk membentuk atau mengembangkan ketrampilan mengajar. Minat mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi keputusan karier seseorang. Minat tidak muncul dengan begitu saja. Sebelum memiliki minat, individu mengalami suatu proses.

Dalam hal ini, pengajaran mikro sangat berhubungan dengan minat menjadi guru bagi mahasiswa. Hal ini dikarenakan dengan adanya pengalaman dan ketrampilan yang didapatkan oleh calon guru dalam pengajaran mikro menjadi salah satu faktor pendukung minat mahasiswa untuk menjadi guru. Lagi pula pengajaran mikro bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam ketrampilan keguruan dan mempersiapkan mahasiswa untuk terjun lansung dalam praktek mengajar di sekolah.

2. Hubungan Program Pengalaman Lapangan II Dengan Minat Menjadi Guru

Program Pengalaman Lapangan II adalah suatu program dalam pendidikan prajabatan guru yang dirancang untuk melatih para calon guru menguasai kemampuan keguruan yang utuh dan terintegrasi, sehingga setelah menyelesaikan pendidikannya mereka siap untuk secara mandiri mengemban tugas sebagai guru. Minat adalah suatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat menyebabkan seseorang giat melakukan menuju kesesuatu yang telah menarik minatnya, dan minat tidak datang begitu saja tetapi minat ada melalui suatu proses. Dalam hal ini minat seseorang untuk menjadi seorang guru ada, salah satunya yaitu apabila terjun lansung untuk berlatih menguasai berbagai ketrampilan mengajar di sekolah, menerapkan berbagai kemampuan keguruan secara utuh dalam situasi yang nyata atau yang sebenarnya.

Kaitan Program Pengalaman Lapangan di sekolah dengan minat menjadi guru ialah bahwa pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan di sekolah yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, dengan berdasarkan pengalaman yang mahasiswa dapatkan serta ketrampilan yang mereka miliki saat mengikuti praktek mengajar di sekolah juga menjadi faktor pendukung minat mahasiswa untuk menjadi guru.

3. Hubungan Pengajaran Mikro dan Program Pengalaman Lapangan II Dengan Minat Menjadi Guru.

Pengajaran mikro, calon guru berlatih mengajar secara terbatas, namun tetap mengajar yang sesungguhnya dengan diawasi oleh pembimbing, sebelum mengajar yang sesungguhnya. Pengajaran mikro memberi kesempatan seluas-luasnya bagi calon guru untuk mengesplorasi semua kelebihannya, memberi kesempatan untuk mengukur kemampuannya, sehingga calon guru memiliki seperangkat pengetahuan, ketrampilan, sikap serta tingkah laku yang diperlukan bagi profesinya serta tepat dalam menggunakannya dalam tugas dan perannya di sekolah.

Program Pengalaman Lapangan II merupakan suatu kegiatan lapangan yang dilakukan oleh mahasiswa dengan terjun lansung dan berhadapan dengan murid yang sebenarnya yang bertujuan untuk mengakrabkan mahasiswa dengan dunia sekolah, menguasai ketrampilan mengajar di sekolah, melatih kemandirian dan kepercayaan diri, dan mahasiswa mampu menerapkan berbagai kemampuan keguruan.

Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat menyebabkan seseorang giat melakukan menuju kesesuatu yang telah menarik minatnya, dan minat tidak datang begitu saja tetapi minat ada melalui suatu proses, secara utuh dalam situasi yang sebenarnya. Dalam hal ini, dengan adanya pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan oleh mahasiswa dalam pengajaran mikro dan PPL II dan dengan mengalami secara lansung menjadi seorang guru melalui praktek mengajar di sekolah, timbul minat dari calon guru untuk menjadi seorang guru.

Pengalaman yang didapatkan mahasiswa dalam pengajaran mikro dan Program Pengalaman Lapangan II, juga terdapat adanya interaksi. Hal ini dapat dilihat, bahwa pengajaran mikro membuat mahasiswa menjadi semakin bertanggung jawab, percaya diri dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan Program Pengalaman Lapangan II. Hal ini dikarenakan mahasiswa merasa sudah mendapatkan ketrampilan dan pengalaman mengajar lewat pengajaran mikro, dan dengan adanya praktek Program Pengalaman Lapangan II dapat menjadi tantangan bagi mahasiswa dan memperdalam lagi ketrampilan mengajarnya sehingga dengan pengalaman yang dia dapat, mahasiswa berminat untuk menjadi guru.

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif antara pengajaran mikro dengan minat mahasiswa FKIP menjadi guru

2. Ada hubungan positif antara Program Pengalaman Lapangan II dengan minat mahasiswa FKIP menjadi guru

3. Ada hubungan positif antara Pengajaran mikro dan Program Pengalaman Lapangan II dengan minat mahasiswa FKIP menjadi guru.

23 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif, dimana gejala-gejala yang akan diteliti, diukur dengan menggunakan angka-angka. Dengan demikian penelitian ini memungkinkan digunakan teknik analisis statistik untuk mengolah data yang diperoleh.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang diadakan pada semester genap tahun 2009.

C. Populasi Penelitian dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002:115). Populasi dapat berupa kumpulan atau kelompok yang anggotanya orang, atau benda. Populasi bukan sekedar jumlah tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang sedang dipelajari. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma yang sudah mengikuti Program Pengalaman Lapangan.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah mahasiswa angkatan 2005. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 633. Dari keseluruhan jumlah sampel yang diteliti atau jumlah kuesioner yang di sebar, yang mendapat respon dari mahasiswa atau yang dikembalikan sebanyak 148. Berikut adalah rincian dari jumlah sampel dan jumlah kuesioner yang mendapat respon dari mahasiswa FKIP angkatan 2005.

Tabel III. 1

Tabel Jumlah Sampel Mahasiswa FKIP Angkatan 2005

Prodi Sampel Respon

PGSD

Program Studi Bimbingan dan Konseling Program Studi PBI

Program Studi PBSID

Program Studi Pendidikan Sejarah Program Studi PDU

Program Studi PAK Program Studi P Mat

Program Studi Pendidikan Fisika

Program Studi Pendidikan Agama Katolik 132 38 145 62 22 24 76 59 27 47 - 10 30 10 14 10 44 10 10 10 Jumlah 633 148

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,1999:78). Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dengan

pertimbangan, mahasiswa angkatan 2005 yang masih aktif yang jumlah paling banyak telah mengikuti PPL.

D. Variabel Penelitian dan Pengukuran

Variabel adalah pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih (Margono 2003:133). Variabel mempunyai kaitan erat dengan teori. Teori adalah serangkaian konsep, definisi dan proporsi yang saling berkaitan dan bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena. Gambaran yang sistematis itu dijabarkan dengan menghubungkan variabel yang satu dengan yang lainnya dengan tujuan untuk menjelaskan fenomena tersebut.

Variabel penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu: 1. Variabel bebas, meliputi:

a. Pengajaran Mikro (Micro Teaching) b. Program Pengalaman Lapangan di sekolah 2. Variabel terikat, meliputi:

Minat mahasiswa FKIP menjadi guru

Hubungan antar variabel penelitian, apabila digambarkan dalam paradigma penelitian sebagai berikut:

X1

X2

Keterangan:

X1 = Pengajaran Mikro

X2 = Program Pengalaman Lapangan di sekolah Y = Minat Mahasiswa FKIP menjadi guru E. Teknik Pengumpulan Data

1. Angket atau kuesioner

Menurut Sugiono (2002: 135), menyebutkan bahwa “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”. Metode angket digunakan untuk mengungkapkan data tentang Pengajaran Mikro dan Program Pengalaman Lapangan di sekolah. Untuk memperoleh data tersebut dilakukan dengan menyebar angket kepada subyek secara langsung.

2. Dokumentasi

Menurut Suharsimi (2002: 149), dokumentasi adalah metode yang dilakukan dengan cara mengutip langsung data yang sudah terarsip atau ada pada masing-masing bagian. Data tersebut berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat dan sebagainya.

F. Teknik Pengujian Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:126), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan pada waktu penelitian dengan menggunakan suatu metode. Kegunaan instrumen ini adalah agar lebih mudah dalam penelitian

dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini salah satunya adalah angket, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya ataupun hal-hal yang ia sukai. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yaitu angket yang telah dilengkapi dengan pilihan jawaban yang telah dipilih. Adapun kisi-kisi instrumen adalah sebagai berikut.

Tabel III.2: Kisi-Kisi Instrumen Pengajaran Mikro (Micro Teaching)

Dokumen terkait