• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini dan penulisan KIT ini, di harapkan tercapainya manfaat yang di capai antara lain:

1. Bagi pembaca

Menambah khasanah dan wawasan ilmiah bagi penulis khususnya dalam hal sumber daya manusia. Disamping itu penelitian ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan akademis dalam rangka mendapat gelar Diploma III Politeknik Pelayaran Surabaya.

2. Bagi dunia pendidikan

Sebagai sumbangan pemikiran dan sumber analisis kepada para pembaca, baik di lingkungan kampus Poltekpel, ataupun di luar kampus

5

dalam memahami tentang hubungan kinerja awak kapal dan kepuasan dalam upaya penambahan referensi bagi taruna pra prala Politeknik Pelayaran Surabaya.

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka ini berisi sumber teori yang kemudian menjadi dasar penelitian. Hal ini penting karena pembaca akan memahami tentang masalah atau tema yang di angkat dalam penelitian yang akan di lakukan. Dalam tinjauan pustaka ini penulis akan memaparkan tentang keamanan kapal, sebuah code yang harus di terapkan pada kapal yang sedang dalam keadaan berbahaya.

A. LANDASAN TEORI 1. Keselamatan kapal

Keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material konstrusi, bangunan, permesinan, perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan kapal yang lain termasuk LSA yang di buktikan dengan sertifikat setelah di lakukan pengujian yang pelaksanaannya di lakukan terus menerus sejak kapal di rancang di bangun, beroprasi sampai dengan kapal tidak di gunakan lagi.

2. Keselamatan kerja

Segala upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan saat melakukan pekerjaan dan perlindungan diri terhadap segala kemungkinan yang dapan menyebabkan kecelakaan kerja, adapun tujuan dari keselamatan kerja adalah melindungi keselamatan pekerja dalam melakukan pekerjaannya.

7

3. Pengertian ISPS CODE

Kode Keamanan Internasional terhadap kapal dan fasilitas pelabuhan (The International Ship and Port Facility Security Code – ISPS Code) merupakan aturan yang menyeluruh mengenai langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan terhadap kapal dan fasilitas pelabuhan, aturan ini dikembangkan sebagai tanggapan terhadap ancaman yang dirasakan dapat terjadi terhadap kapal dan fasilitas pelabuhan pasca serangan 11 september di amerika Serikat. ISPS Code diimplementasikan melalui Bab XI-2 mengenai Langkah-langkah khusus untuk meningkatkan keamanan maritim dalam Konvensi Internasional untuk Keselamatan Jiwa di Laut (SOLAS). Kode ini memiliki dua bagian, yang satu wajib dan yang satu saran/petunjuk. Pada dasarnya, kode tersebut menggunakan pendekatan manajemen resiko untuk menjamin keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan dan, untuk menentukan langkah-langkah keamanan apa yang tepat, penilaian resiko harus dilakukan dalam setiap kasus tertentu . Tujuan dari kode ini adalah menyediakan standar, kerangka kerja yang konsisten untuk mengevaluasi risiko, memungkinkan Pemerintah untuk mengimbangi apabila terjadi perubahan ancaman dengan merubah nilai kerentanan pada kapal dan fasilitas pelabuhan melalui penentuan tingkat keamanan yang sesuai dan langkah-langkah keamanan yang sesuai.

Menurut ISPS Code 2003 : 18, pelatihan, gladi dan berlatih tentang keamanan kapal, petugas keamanan kapal harus mempunyai pengetahuan dan

8

sudah menerima pelatihan. Personil di atas kapal yang mempunyai tugas-tugas dan tanggung jawab keamanan khusus harus memahami tanggung jawab mereka untuk keamanan kapal sebagaimana diuraikan dalam dokumen SSP dan harus mempunyai kemampuan dan pengetahuan cukup untuk melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada mereka. Untuk memastikan implementasi yang efektif mengenai dokumen SSP, latihan harus dilaksanakan pada tingkat interval sesuai dengan jenis kapal, pergantian personil kapal, fasilitas pelabuhan yang harus dikunjungi dan keadaan lain yang terkait.

Menurut IMO dalam ISPS Code 2003 : 5, tujuan daripada ISPS Code adalah : a. Untuk menetapkan suatu kerangka kerja international yang meliputi kerjasama antara Negara-Negara peserta, badan-badan pemerintah, administrasi lokal dan industri pelayaran dan pelabuhan untuk mendeteksi ancaman keamanan dan mengambil tindakan pencegahan terhadap insiden keamanan yang mempengaruhi kapal atau fasilitas pelabuhan yang digunakan untuk perdagangan international;

b. Untuk menetapkan tanggung jawab dan peran dari masing-masing Negara-Negara peserta, Badan-badan pemerintah, administrasi lokal dan industri pelayaran dan pelabuhan, pada tingkatan nasional dan international untuk meningkatkan keamanan maritim;

c. Untuk memastikan pengumpulan dan pertukaran informasi yang efektif yang terkait dengan keamanan lebih awal;

9

d. Untuk menyediakan suatu metodologi untuk penilaian keamanan agar supaya ditempatnya memiliki rancangan dan prosedur untuk mengambil langkah-langkah perubahan tingkatan keamanan ; dan

e. Untuk memastikan kepercayaan bahwa tindakan keamanan maritim cukup dan proporsional berada pada tempatnya.

Dalam rangka mencapai sasaran dan hasilnya, dimasukkan sejumlah persyaratan fungsional. Persyaratan tersebut meliputi, namun tidak terbatas pada

a. Pengumpulan dan pemeriksaan informasi berkenaan dengan ancaman keamanan dan pertukaran informasi tersebut antara Negara-negara peserta b. Mewajibkan pemeliharaan protokol komunikasi untuk kapal dan fasilitas

pelabuhan ;

c. Pencegahan akses yang tidak berkepentingan ke kapal, fasilitas pelabuhan dan area terlarang untuk umum ;

d. Mencegah pembawaan senjata yang tidak memiliki izin, alat pembakar atau bahan peledak ke kapal atau fasiltas pelabuhan ;

e. Menyediakan peralatan untuk membunyikan alarm sebagai reaksi terhadap ancaman keamanan atau insiden keamanan ;

f. Mewajibkan rancangan keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan berdasarkan pada hasil penilaian keamanan ; dan

g. Mewajibkan pelatihan, gladi dan latihan untuk memastikan agar terbiasa dengan rancangan dan prosedur pengamanan.

10

beberapa istilah pokok dalam penerapan ISPS Code. Antara lain : a. Rancangan Keamanan Kapal ( Ship Security Plan / SSP )

Berarti suatu rancangan yang dibuat untuk memastikan aplikasi tata cara di atas kapal yang dirancang untuk melindungi orang-orang di atas kapal, muatan, unit pengangkut muatan, gudang kapal atau kapal dari resiko suatu insiden keamanan.

b. Rancangan Keamanan Fasilitas Pelabuhan ( Port Facility Security Plan / PFSP )

Berarti suatu rancangan yang dibuat untuk memastikan aplikasi tata cara yang dirancang untuk melindungi kapal dan fasilitas pelabuhan, orang-orang, muatan, unit pengangkut muatan dan gudang kapal di dalam fasilitas pelabuhan dari suatu resiko insiden keamanan.

c. Petugas Keamanan Kapal ( Ship Security Officer / SSO )

Berarti seseorang di atas kapal, bertanggung jawab kepada nahkoda, yang ditunjuk oleh perusahaan sebagai petugas yang bertanggung jawab untuk keamanan kapal, mencakup implementasi dan pemeliharaan rancangan keamanan kapal dan untuk koordinasi dengan petugas keamanan perusahaan dan para petugas keamanan fasilitas pelabuhan.

d. Petugas Keamanan Perusahaan ( Company Security Officer / CSO )

Berarti seseorang yang ditunjuk oleh perusahaan untuk memastikan bahwa suatu penilaian keamanan kapal telah dilaksanakan; bahwa suatu rancangan keamanan kapal dikembangkan, disampaikan untuk

11

persetujuan, dan sesudah itu diterapkan dan dipelihara, serta untuk koordinasi dengan para petugas keamanan fasilitas pelabuhan dan petugas keamanan kapal.

e. Petugas Keamanan Fasilitas Pelabuhan ( Port Facility Security Officer / PFSO )

Berarti orang yang ditunjuk untuk bertanggung jawab untuk pengembangan, implementasi, revisi dan pemeliharaan rancangan keamanan fasilitas pelabuhan dan untuk koordinasi / berkomunikasi dengan para petugas keamanan kapal dan para petugas keamanan pelabuhan.

Dalam rangka mengidentifikasi dan mengambil tindakan pencegahan terhadap insiden keamanan, aktifitas berikut yang harus dilaksanakan : a. memastikan pelaksanaan semua tugas-tugas keamanan fasilitas

pelabuhan

b. mengawasi akses masuk ke fasilitas pelabuhan ;

c. monitoring fasilitas pelabuhan, termasuk area lego jangkar dan berlabuh ;

d. monitoring area terbatas untuk memastikan bahwa hanya orang-orang yang diberi hak yang mempunyai akses ;

e. mengawasi kegiatan bongkar muat ;

f. mengawasi penanganan pergudangan / gudang kapal ; dan g. memastikan bahwa komunikasi keamanan siap tersedia.

12

Aktivitas aktivitas tersebut haruslah dilaksankan dengan sebaik mungkin agar semua kesalahan atau resiko dapat diminimalisir, oleh karena itu identifikasi dan pencegahan harus dilakukan sebaik mungkin.

Berdasarkan International Code for the Security of Ship and of Port Facilities dalam ( Departemen Perhubungan BP3IP JAKARTA, 2007 :41)

semua Rancangan Keamanan Kapal harus :

a. Menjelaskan secara rinci struktur organisasi keamanan untuk kapal.

b. Menjelaskan secara rinci hubungan kapal dengan perusahaan, fasilitas pelabuhan, kapal-kapal lain dan pihak-pihak berwenang yang terkait tanggung jawab terhadap keamanan.

c. Menjelaskan secara rinci sistem komunikasi agar memungkinkan komunikasi terus-menerus yang efektif antar kapal dan pihak-pihak lain, termasuk fasilitas pelabuhan.

d. Menjelaskan secara rinci langkah-langkah peraturan keamanan dasar untuk keamanan tingkat siaga 1, baik operasional dan fisik yang harus selalu ada.

e. Menjelaskan secara rinci tindakan peraturan keamanan tambahan yang memungkinkan kapal bergerak tanpa menunda kepada tingkat keamanan siaga 2 dan bila perlu ke tingkat keamanan siaga 3.

f. Mengadakan peninjauan ulang atau audit secara berkala terhadap rancangan keamanan kapal dan mengadakan amandemen rancangan tersebut sesuai dengan pengalaman atau perubahan keadaan; dan g. Melaporkan prosedur kepada titik-titik kontak Negara-negara peserta.

13

Menurut International Code for the Security of Ship and of Port Facilities dalam (Departemen Perhubungan BP3IP JAKARTA, 2007 :

45), Rancangan Keamanan Kapal harus menetapkan tindakan perturan keamanan untuk mengawasi akses ke kapal, tindakan keamanan tersebut meliputi :

a. Pengecekan identitas dari semua orang yang berusaha untuk naik ke atas kapal dan mengkonfirmasikan tujuan mereka dengan cara pengecekan, misal, contoh, menggabungkan instruksi, karcis penumpang, pas naik kapal, dan lain-lain.

b. Kapal berkoordinasi dengan fasilitas pelabuhan menetapkan dan menjaga daerah aman dan demi keamanannya maka di wilayah tersebut dapat dilaksanakan kegiatan pengawasan dan pencarian orang, bagasi ( termasuk benda-benda yang di bawa ), barang-barang pribadi, kendaraan dan isinya.

c. Kapal berkoordinasi dengan fasilitas pelabuhan kapal harus memastikan dilaksanakannya pemeriksaan terhadap kendaraan yang akan dimuat car carrier, ro-ro, dan kapal penumpang yang lain harus diperiksa sebelum dimuat sesuai dengan frekuensi pemeriksaan yang dipersyaratkan dalam rancangan keamanan kapal.

d. Memisahkan antara orang-orang yang telah diperiksa dan barang-barang pribadi bawaannya dengan orang-orang yang tidak diperiksa dan barang-barang pribadi bawaannya.

e. Memisahkan penumpang yang naik dan penumpang yang turun.

14

f. Pengidentifikasian titik-titik akses yang harus diamankan atau dijaga untuk mencegah pengunaan akses tanpa otorisasi.

g. Keamanan akses ke tempat yang tidak dijaga yang dekat dengan tempat-tempat yang boleh diakses oleh penumpang dan pengunjung.

h. Mengadakan pengarahan keamanan singkat kepada seluruh awak kapal tentang kemungkinan adanya ancaman keamanan, prosedur melaporkan orang, benda, kegiatan yang mencurigakan serta perlunya kewaspadaan.

Gambar: 1.1 Dalam kegiatannya melibatkan pihak – pihak dari pengelola pelabuhan dan pelayaran seperti : PFSO, SSO dan CSO

Sumber : https://mdk16.wordpress.com/2014/08/15/isps-international-ship-and-port-facility-security-code/

15

4. Persyaratan

Di kapal penulis melakukan praktek layar tidak menjelaskan langkah-langkah spesifik bahwa setiap kapal harus siap untuk menjamin keselamatan fasilitas melawan terorisme karena banyaknya jenis dan ukuran dari fasilitas ini. Sebaliknya itu menguraikan "standar, kerangka kerja yang konsisten untuk mengevaluasi risiko, memungkinkan pemerintah untuk mengimbangi ancaman perubahan dengan perubahan dalam kerentanan untuk kapal dan fasilitas pelabuhan."

5. Penilaian keamanan kapal

Penilaian Keamanan Kapal (Ship Security Assessment) dilakukan untuk mengidentifikasikan kelemahan/kekurangan yang mungkin terjadi pada bagian pengamanan (Security) kapal dan kemungkinan untuk mengurangi kelemahan/kekurangan keamanan yang dimaksud.

6. Rancangan keamanan kapal

Rancangan keamanan kapal (Ship Security Plan) merupakan rencana keamanan yang di kembangkan dari hasil penilaian keamanan untuk memastikan bahwa penerapan langkah-langkah keamanan diatas kapal yang di rancang dapat di terapkan untuk melindungi orang, muatan, peralatan angkut muatan, gudang perbekalan kapal dari resiko suatu gangguan keamanan.

16

Elemen-elemen yang menjadi substansi dari rancangan keamanan kapal sebagaimana di maksud dalam ISPS Code Part A.9 dan Part B.9.

Rancangan keamanan kapal (SSP) dapat dilaksanakan oleh :

1. Ship Security Officer (SSO) dan atau petugas yang di tunjuk oleh Nahkoda.

7. Perbedaan tingkat keamanan di atas kapal

1. Level 1 = Dalam keadaan Aman

Security Level 1 (SL-1) atau Tingkat Keamanan Siaga 1 adalah normal, pada tingkat keamanan mana kapal atau fasilitas pelabuhan beroperasi secara normal.

2. Level 2 = Adanya Ancaman

Security Level 2 (SL-2) atau Tingkat Keamanan Siaga 2 adalah tingkat keamanan yang berlaku selama terdapat peningkatan resiko terjadinya insiden keamanan.

3. Level 3 = Sudah Terjadi

Security Level 3 (SL-3) atau Tingkat Keamanan Siaga 3 adalah tingkat keamanan yang berlaku selama kurun waktu terdapatnya probabilitas atau resiko atas terjadinya insiden keamanan dalam waktu yang sangat dekat.

17

Pengaturan tingkat keamanan 3 harus diterapkan menjadi tindakan yang luar biasa bila ada informasi kredibel bahwa insiden keamanan yang mungkin atau segera terjadi. Tingkat keamanan 3 harus ditetapkan hanya selama ancaman keamanan diidentifikasi atau terjadinya insiden keamanan yang sebenarnya. Sementara tingkat keamanan dapat berubah dari tingkat keamanan 1 melalui tingkat keamanan 2 sampai tingkat keamanan 3, juga mungkin bahwa tingkat keamanan akan berubah langsung dari tingkat keamanan 1 ke tingkat keamanan 3.

8. Tugas dan tanggung jawab Nahkoda

a. Nahkoda kapal -> tanggung jawab keseluruhan atas keselamatan dan keamanan kapal, awak kapal serta muatan, berikut tindakan keamanan yuang diambil guna melindungi para awak kapal termsuk kapal itu sendiri terhadap ancaman keamanan.

b. Nahkoda mendapatkan jaminan dari manager SDM memlalui melihatkan data asal usul para perwira, awak kapal dan verifikasi perusahaan pengerahan tenaga kerja / crew agen dalam rangka keamanan.

c. Dalam SSP selalu harus dicantumkan jelas oleh perusahaan -> titik berat kendali terletak pada wewenang nahkoda.

d. Dalam SSP dicantumkan pula nahkoda berwenang dan bertanggung jawab lebih besar dalam pengambilan keputusan sejalan dengan keselamatan dan keamanan kapal termasuk minta buntuan kepada perusahaan atau fasilitas pelabuhan dimana pun.

18

1). SSO

a). Melaksanakan inspeksi teratur keamanan kapal – memastikan tindakan keamanan dapat ditegakan.

b). Menegakan dan mengawasi penerapat SSP, termasuk perubahan apapun – usulan modifikasi SSP.

c). Komunikasi aspek keamanan dalam menangani muatan dan perbekalan bersama awak kapal serta PFSO terkait.

d). Melaporkan semua peristiwa keamanan.

e). Koordinasi penerapat SSP dengan CSO dan PFSI terkait

f). Perlengkapan kemanan yang digunakan diuji, dikalibrasi dan dirawat baik.

9. Cara Meningkatkan Keamanan di Atas Kapal.

a. Selalu Waspada :

Semua anggota awak kapal (on atau off duty) harus selalu waspada setiap saat, peringatan kepada crew dapat membasmi masalah sebelum situasi darurat terjadi.

b. Menjaga akses ke kapal :

Harus selalu ada perwira jaga pada saat kapal berada di pelabuhan, pastikan bahwa akses benar dijaga dan tidak ada yang memasuki kapal tanpa ID pemeriksaan atau otorisasi dari kapten kapal. Juga perlu mencermati catatan masuk dan keluar dari pengunjung.

19

c. Bertanya :

Jika anda melihat seseorang tanpa kartu ID atau menemukan orang asing, jangan ragu untuk bertanya dan mengintrogasinya untuk identitasnya. Memastikan bahwa semua entri dalam kapal berwenang adalah langkah pertama menuju meningkatkan keamanan kapal.

d. Memahami tugas dengan benar :

Setiap anggota awak diatas kapal telah ditetapkan dengan tugas tertentu untuk setiap tingkat keamanan. Dia harus tahu tugas yang terdaftar dan bagian bagiannya dan harus melakukannya dengan efesien.

e. Perlengkapan memadai :

Pastkan bahwa alat-alat keamanan dan peralatan komunikasi yang tersedia, dan berada dalam kondisi kerja yang tepat.

f. Latihan secara rutin :

Terakhir namun tidak sedikit, Pelaut harus tahu bagaimana mengatasi kondisi darurat. Untuk memastikan semua poin diatas diikuti, latihan keamanan reguler dan pertemuan keselamatan harus di atur oleh anggota awak kapal.

20

KERANGKA PEMIKIRAN

Pemahaman prosedur keamanan di atas kapal

Crew kapal yang tidak mengerti prosedur keamanan di kapal

Crew kapal yang mengerti prosedur keamanan di kapal

Ketika menghadapi keadaan berbahaya serta tidak tahu prosedur bagi ABK, peralatan,

serta kapal itu sendiri timbul rasa panik

Ketika menghadapi keadaan berbahaya serta tahu prosedur

bagi ABK, peralatan, serta kapal itu sendiri, akan di hadapi

dengan tenang

Perlu diadakan pelatihan prosedur keamanan di atas kapal supaya paham betul apa yang harus di lakukan ketika terjadi keadaan bahaya di atas kapal

Meningkatnya kemampuan ABK di atas kapal dalam menanggulangi keadaan bahaya di atas kapal

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Prosedur keamanan di atas kapal merupakan tema yang akan di teliti oleh penulis untuk mendapatkan data-data yang akan di laksanakan pada saat praktek layar (prala) di atas kapal.

Dalam penyusunan Karya Ilmiah Terapan ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, karena penulis berusaha mengumpulkan, menyusun dan menyelesaikan data tentang implementasi prosedur keamanan di atas kapal .

Penelitian kualitatif menurut Moleong (2007:6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.

Secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Menurut Bogdan dan Taylor (1975) yang dikutip oleh Moleong (2007:4) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif sebagi prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

22

B. LOKASI PENELITIAN

Penulis melakukan penelitian selama penulis melaksanakan Praktek Laut (PRALA) di atas KM. MAGELLAN di perusahaan Salam Pasific Indonesia Line yang ada di Indonesia selama lebih dari 1 (satu).tahun. di mulai dari tanggal sign on (27 Sept 2017 – 5 Okt 2018)

C. JENIS DAN SUMBER DATA

Sehubungan dengan penelitian ini, jenis dan sumber data yang dibutuhkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer yaitu merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan secara langsung. Data pada penelitiaan ini di peroleh dengan cara metode survei, yaitu dengan mengamati, mengukur dan mencatat secara langsung di lokasi penelitian.

2. Data sekunder adalah merupakan data yang diperoleh dari sumber kepustakaan seperti literatur, bahan kuliah, buku-buku dan data dari perusahaan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan di atas kapal untuk meningkatkan fungsi dan pelaksanaan prosedur keamanan pada awak kapal.

Data dan informasi yang dipergunakan dalam penelitian ini didasarkan pada fakta-fakta yang pernah di alami oleh penulis selama melaksanakan praktek laut, kemudian dari semua data dan fakta yang ada tersebut menjadi bahan penyusunan penelitian ini. Adapun dalam penyusunan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

23

a. Observasi

Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati, meninjau dan menganalisa objek ataupun permasalahan yang akan diteliti secara langsung, sehingga data yang diperoleh bersifat objektif. Teknik observasi ini dapat dilakukan karena penulis pada saat itu sedang melaksanakan praktek laut yang sehari-harinya selalu mendampingi Perwira dalam usahanya menemukan solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

b. Wawancara

Selain melakukan observasi terhadap objek penelitian secara langsung di lapangan, dalam mengumpulkan informasi peneliti juga melakukan wawancara terhadap Perwira termasuk bosun di atas kapal yang ikut terlibat dalam usaha penyelesaian pokok permasalahan tersebut, cara ini dianggap penulis cukup efisien mengingat tidak selamanya data-data yang terdapat pada buku petunjuk manual dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi.

c. Tinjauan Perpustakaan

Tinjauan kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan untuk menghimpun bahan dengan cara membaca, mempelajari berbagai literatur yang berbentuk buku, majalah, dan tulisan-tulisan yang

24

berhubungan dengan masalah yang dibahas, yang relevan dijadikan sebagai landasan teori serta acuan dalam merumuskan masalah yang diteliti.

D. PEMILIHAN INFORMAN

Pemilihan informan berdasarkan pada awak kapal dalam pelaksanaan kerja sehari-hari serta pengamatan terhadap perwira kapal yang sedang bertugas mengenai prosedur keamanan di atas kapal

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Kegitan yang memerlukan perhatian khusus bagi seorang peneliti baik selama dilapangan maupun sesudah data terkumpul adalah analisis data.

Menurut Patton (1980:26) dalam Lexy J. Moleong (2002:103), analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.

Menurut Sarwono (2006:239), prinsip pokok teknik analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur, dan mempunyai makna. Dalam hal ini seluruh data dari hasil penelitian diperoleh, dilaksanakan teknik analisa data. Dalam penulisan proposal penelitian ini penulis menggunakan tiga macam metode analisa data (Lexy J. Moleong (2006:288)

25

1. Reduksi Data

Reduksi Data dapat didefinisikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.

2. Penyajian Data

Penyajian Data merupakan sekumpulan informasi yang telah tersusun secara terpadu dan mudah dipahami yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan mengambil suatu tindakan.

3. Menarik Simpulan

Menarik Simpulan merupakan kemampuan peneliti dalam menyimpulakan berbagai temuan data yang diperoleh selama proses penelitian.

40

DAFTAR PUSTAKA

GalihPrayitno (2010), AncamanKeamananterhadapfasilitasPelabuhan.

Sugiyono (2006), MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R&D. Bandung:

Alfabeta

Arilkunto, Suharsini (2006) MetodolgiPenelitian. Yogyakarja: BinaAksara.

POLTEKPEL-SBY. (2015), PedomanPenulisanKaryaIlhmiahTerapan, Surabaya: Tim POLTEKPEL-SBY

ISPSCode.wordpress.com (2013), Pengertian ISPSCODE

(online)https://ispscode.wordpress.com/2013/02/07/apa-yang-dimaksud-dengan-isps-code/.Diaksespadatanggal 28 Mei 2017

Wikipedia Bahasa Indonesia (2017), PengertianKeselamatanpelayaran.

(online)https://id.wikipedia.org/wiki/Keselamatan_pelayaranDiaksesPadaTan ggal 07 Juni 2017

Dokumen terkait