BAB 1 PENDAHULUAN
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi pemerintah, bisa dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonasia.
b. Bagi lembaga pendidikan, dijadikan sebagai sarana pendukung pelaksanaan pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, Penggunaan model pembelajaran Everyone is Teacher Here ini sangat diharapkan dapat bermanfaat bagi para guru dalam proses
belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan keaktifan, kreativitas bagi peserta didik dan juga pemahaman peserta didik sehingga terbentuk proses pembelajaran yang diinginkan atau tercapainya proses kegiatan belajar mengajar yang diharapkan.
b. Bagi murid, Memberikan pengetahuan, semangat, dorongan serta solusi untuk belajar lebih giat atau lebih aktif lagi dalam setiap mempelajari materi yang disampaikan oleh guru sehingga siswa terfokus pada pelajaran yang diajarkan oleh guru.
c. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik kepada sekolah itu dalam rangka perbaikan pembelajaran pada khususny sekolah tersebut
d. Bagi peneliti, menambah pengetahuan atau wawasan dalam penggunaan model pembelajaran Everyone is Teacher Here sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai bahan, latihan dan pengembangan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
e. Bagi Pembaca, dapat memperkuat keinginan untuk meneliti suatu permasalahan karena adanya peneliti-peneliti yang relevan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini mengenai pengaruh model pembelajaran Everyone is Teacher Here terhadap keterampilan berbicara kelas V SD Negeri 24 Kalibone Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkep. Berdasarkan eksplorasi peneliti, ada beberapa penelitian yang relevan yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu :
Pertama, penelitian dari Wirdya Wanti Nawir, 2015 judul “Pengaruh model pembelajaran debat terhadap keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia murid kelas V A SDN Romang polong Kabupaten Gowa”. Hasil analisis deskriptif terhadap aktivitas, minat dan respon murid terhadap model pembelajaran debat positif, pemahaman dan konsep dari bahasa Indonesia dengan model ini menunjukkan hasil keterampilan berbicara yang lebih baik. Dan membuktikan bahwa model pembelajaran debat dalam pembelajaran bahasa Indonesia mempunyai hasil yang lebih tinggi dari pada sebelum diterapkan model ini.
Kedua, penelitian dari Muhammad Asriawan. 2013. Penerapan strategi pembelajaran aktif Tife Everyone is Teacher Here dalam upaya meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa kelas XI IPA 2 MAN 1 Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus pertama yang tuntas secara individual dari 19 siswa hanya satu siswa atau 5,26% yang memenuhi kreteria ketuntasan minimal (KKM) atau berada pada kategori sangat rendah. Secara klasikal belum
7
terpenuhi karena nilai rata-rata diperoleh sebesar 32, 26. Sedangkan pada siklus II dimana dari 19 siswa terdapat 16 siswa atau 84,21% telah memenuhi KKM dan secara klasikal sudah terpenuhi yaitu nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 81,26 atau berada dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, Dapat disimpulkan bahwa keaktifan dan hasil belajar matematika siswa kelas XI IPA 2 MAN 1 Makassar melalui strategi pembelajaran aktif tipe Everyone is Teacher Here mengalami peningkatan.
Ketiga, penelitian dari Nur Ilmi 2014. Peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode menceritakan kembali Story Telling pada murid kelas V SD Inpres Manggasa 1 kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I yang tuntas secara individual dari 32 murid hanya 13 murid atau 40,63% yang memenuhi Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau berada pada kategori rendah. Secara klasikal belum terpenuhi karena nilai rata-rata diperoleh sebesar 59,37. Pada siklus II dari 32 murid terdapat 28 murid atau 87,5% telah memenuhi KKM dan secara klasikal sudah terpenuhi yaitu rata-rata yang diperoleh sebesar 80,15 atau berada pada kategori tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, disimpulkan bahwa keterampilan berbicara murid kelas V SD Inpres Manggasa 1 dengan menggunakan metode Story Telling mengalami peningkatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Wirdya Wanti Nawir dengan penelitian yang akan peneliti teliti letak persamaannya adalah menggunakan model pembelajaran dan metode penelitian yang sama yaitu metode penelitian eksperimen dengan jenis penelitian pre-eksperimental design dan tujuannya untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh model pembelajaran yang diterapkan terhadap keterampilan berbicara murid. Hanya saja, yang membedakannya adalah jenis model pembelajaran yang digunakan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Asriawan dengan penelitian yang akan peneliti teliti persamaannya adalah menerapkan jenis model pembelajaran yang sama yaitu model pembelajaran Everyone is Teacher Here tetapi berbeda metode penelitian yang digunakan dan untuk penelitian yang dilakukan Nur Ilmi memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Asriawan yaitu metode penelitiannya (penelitian tindakan kelas) hanya saja jenis model pembelajarannya yang berbeda.
Jadi Kesimpulannya adalah dari ketiga penelitian diatas dengan penelitian yang akan peneliti teliti masing-masing memiliki persamaan yaitu menerapkan model pembelajaran dan letak perbedaanya adalah menggunakan jenis model pembelajaran yang berbeda. Akan tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengetahui apakah model pembelajaran yang diterapkan berpengaruh terhadap hasil belajar murid apakah mengalami peningkatan atau tidak.
2. Pembelajaran Keterampilan Berbicara a. Pengertian keterampilan berbicara
Sebagaimana telah dipahami bersama bahwa berbicara atau komunikasi adalah suatu proses penyampaian pikiran dan perasaan melalui bahasa, baik verbal maupun non verbal, mendengar, berbicara, gerak tubuh dan ungkapan emosi. Komunikasi merupakan aktifitas manusia sehari-hari, sesama jenis maupun
lawan jenis, sesama teman atau atasan, sesama pelayan atau pelanggan, dan banyak lainnya. Dengan demikian komunikasi adalah aktifitas yang dilakukan oleh semua manusia dan membutuhkan keterampilan khusus agar dapat melahirkan kesuksesan.
Sebagaimana yang diuraikan oleh (Hasan, 2000:48) berbicara adalah : (1) berkata, bercakap, berbahasa, (2) melahirkan pendapat (dengan perkataan tulisan, dan sebagainnya). Berbicara merupakan satu komponen menyampaikan pesan dan amanat secara lisan. Pembicara melakukan pengkodean dan memiliki kode bahasa untuk menyampaikan pesan dan amanat. Pesan dan amat ini akan diterima oleh pendengar yang melakukan decode dan kode-kode yang dikirim dam memberikan interprestasi. Proses ini berlaku secara timbal balik antara pembicara dan pendengar yang akan selalu berganti peran pembicara menjadi peran pendengar, dan dari peran pendengar menjadi peran pembicara.
Secara alamiah berbicara merupakan keterampilan berikutnya yang kita kuasai setelah itu menjalani proses latihan belajar menyimak. Berbicara itu merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapakan gagasan-pikiran-perasaan secara lisan kepada orang lain (Nurjamal 2014:4). Berbicara biasa dikatakan gampang-gampang mudah intinya kita mengetahui apa yang kita bicarakan.
Menurut (Ngurah 1981:8) berbicara adalah kemampuan berbahasa lisan yang menggunakan alat bicara untuk menghasilkan bunyi ujaran. Apa yang diucapkan itu tergolong kemampuan berbicara jika hal itu tersusun secara teratur
menurut kaidah bahasa, memiliki pembendaharaan kata yang memadai, ketetapan lafal, dan kefasihan yang wajar sehingga pembicaraan dapat dipahami.
Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang, atau kelompok orang lain, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya memberikan informasi atau motivasi) interaksi yang terbangun lewat berbicara atau berkomunikasi pada dasarnya adalah usaha sadar yang membawa seseorang untuk lebih mengerti terhadap keinginan yang timbul dalam hati seseorang, agar keinginan itu bisa menjadi dorongan untuk tidak dan mengikuti subtansi dari proses berbicara atau berkomunikasi.
Menurut (Tarigan, 1980:12-13) Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain. Berbicara identik dengan menyampaikan pesan melalui bahasa secara lisan. penggunaan bahasa lisan dapat di pengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi berbicara secara langsung adalah hal-hal sebagai berikut: (1) pelafalan, (2) intonasi, (3) pilihan kata. (4) struktur kata dan kalmia, (5) sistematika pembicaraan, (6) isi pembicaraan, (7) cara memulai dan mengakhiri pembicaraan, serta (8) penampilan (gerak-gerik), penguasaan diri.
Keterampilan mendengarkan senantiasa “berpasangan” dengan keteampilan berbicara. Proses mendengarkan terjadi apabila ada wacana lisan yang diucapkan oleh pembicara, Agar pendengar dapat memahami maksud yang disampaikan oleh pembicara, maka pembicara harus berusaha menyampaikan pembicaraannya dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain pembicara harus terampil bicara, yaitu mampu memilih dan menata gagasan yang ingin disampaikan, menuangkannya ke
dalam kode-kode kebahasaan sesuai dengan konteks komunikasi, dan mengucapkannya dengan intonasi, tekanan, nada, dan tempo yang tepat.
Keterampilan berbicara dengan pengertian seperti ini tidak bisa diperoleh oleh anak secara otomatis Mereka harus belajar dan berlatih. Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh keterampilan berbicara seperti itu perlu pengajaran keterampilan berbicara.
Dari beberapa pengertian tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan dengan struktur yang baik untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Hakikat keterampilan berbicara
Munirah (2013 : 40-44). Dalam ilmu bahasa kita memahami pengertian bahasa suatu system lambang bunyi yang diucapkan oleh manusia untuk berkomunikasi. Berkaitan dengan hakikat keterampilan berbicara ada dua hal yang sangat penting kita pahami. Pertama bahwa bahasa adalah suatu system lambang bunyi yang diucapkan dan kedua bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi. Kenyataanya bahwa hakikat bahasa itu adalah lambang bunyi yang diucapakan. Sebagaimana Tarigan, (1980:39) mengemukakan bahwa :
Keterampilan berbicara sebagai alat bahasa utama. Dengan keterampilan berbicaralah pertama-tama kita memenuhi kebutuhan untuk berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat tempat kita berada. Kemampuan berbicara menyatakan maksud dan perasaan secara lisan, telah dipelajari dan telah dimiliki
siswa sebelum mereka memasuki sekolah. Taraf kemampuan berbicara siswa ini bervariasi mulai dari taraf baik atau lancar, sedang, gagap atau kurang.
Menurut Amier (2012:63) berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut mudah dipahami orang lain.
Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Jadi berbicara itu adalah kemampuan mengucapakan bunyi-bunyi artikulasi atau kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Dengan demikian, berbicara pada hakekatnya merupakan suatu proses berkomunikasi dengan mempergunakan suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang lain. Dalam berkomunikasi tentu ada pihak yang berperan sebagai penyampai maksud dan penerima maksud. Agar komunikasi terjalin dengan baik, maka kedua pihak juga harus bisa bekerjasama dengan baik. Kerjasama yang baik diciptakan dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain : 1) siapa yang diajak berkomunikasi, 2) situasi, 3) tempat, 4) isi pembicara, dan 5) media yang digunakan.
Menurut Abbas (2006;64) Bahasa adalah lambang bunyi yang diucapkan kenyataan inilah yang menempatkan keterampilan berbicara itu sebagai keterampilan bahasa yang utama. Para ahli linguistic menempatkan keterampilan berbicara seorang anak (secara alamiah) menempatkan keterampilan berbicara (speaking) pada urutan kedua. Ini berarti, sebelum keterampilan membaca dan keterampilan menulis anak terlebih dahulu harus dapat berbicara. Melalui
keterampilan berbicaralah manusia pertama-tama dapat memenuhi keperluan untuk berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat tempat ia berada.
Komunikasi dapat berlangsung secara efektif dan efisien kalau penggunaan bahasa verbal karena hakikat bahasa adalah ucapan. Proses pengucapan/pelafalan bunyi bahasa untuk berkomunikasi menyampaikan informasi, keinginan, dan mengungkapkan gagasan dan perasaan itulah sesungguhnya hakikat keterampilan berbicara.
Lebih lanjut, Tarigan (1980:43-45), Hakikat keterampilan berbicara atau konsep berbicara adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan berbicara adalah keterampilan yang sangat penting untuk berkomunikasi.
2. Keterampilan berbicara adalah suatu proses yang efektif keterampilan berbicara adalah hasil proses belajar.
3. Keterampilan berbicara dapat dikembangkan dengan sebagai topik.
4. Keterampilan berbicara sebagai media untuk memperluas wawasan.
Deskripsi tentang kelima keterampilan berbicara diatas adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan Berbicara adalah keterampilan yang sangat penting untuk berkomunikasi
berbicara adalah pengucapan bunyi-bunyi bahasa, sedangkan untuk berinteraksi dengan orang lain kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.
Keterampilan berbicara adalah wujud komunikasi utama untuk dapat mengontrol proses komunikasi, sebagaimana Daruma, (2008:173-174)
berpendapat bahwa kemampuan berbicara dan kemampuan berpikir saling mempengaruhi, hal ini dapat diketahui bahwa seorang rendah kemampuan berpikirnya akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis dan sistematis sehingga berakibat pada kesulitan berkomunikasi.
2. Keterampilan berbicara adalah suatu proses yang efektif
Dalam komunikasi melibatkan pembicaraan dan pendengar yang saling berinteraksi. Untuk dapat berinteraksi dengan baik memerlukan keterampilan berbicara agar proses interaksi tersebut dapat berjalan dengan efektif antara pembicara dan pendengar dalam berkomunikasi
3. Keterampilan berbicara adalah hasil proses belajar
Untuk dapat berinteraksi dengan orang lain memerlukan komunikasi yang baik pula, dalam hal ini adalah keterampilan berbicara. Namun, tidak semua orang mempunyai keterampilan tersebut. Keterampilan berbicara pada hakikatnya adalah kemampuan memiliki dan menata gagasan secara logis dan sistematis, serta menuangkannya kedalam bahasa yang baik dan sopan.
Pembicara yang baik adalah mengetahui kode etik kebahasaan sehingga perlu bagi seorang siswa menguasai keterampilan berbicara sebagai hasil proses belajar mengajar di sekolah.
4. Keterampilan berbicara sebagai media untuk memperluas wawasan
Keterampilan berbicara bukan hanya media untuk menyampaikan berbagai macam informasi (fakta, peristiwa, gagasan, tanggapan atau lainnya) tetapi sebagai media untuk memperluas pengetahuan dan wawasan siswa dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan mempunyai keterampilan berbicara
yang baik siswa dapat memperoleh informasi tentang apa yang dialami atau dilihat dari lingkungannya baik itu disekolah maupun dilingkungan tempat tinggalnya atau masyarakat.
c. Tujuan Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Pembelajaran keterampilan berbicara tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia. sesuai dengan kedudukan dan fungsinya, pada dasarnya tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam berbagai peristiwa komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, serta mempunyai sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Pembelajaran keterampilan berbicara berkaitan dengan pembinaan kemampuan menggunakan bahasa secara lisan.
Sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut dapatlah dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran keterampilan berbicara adalah agar para siswa: (1) Mampu memilih dan menata gagasan dengan penalaran yang logis dan sistematis. (2) Mampu menuangkan gagasan tersebut ke dalam bentuk-bentuk tuturan yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. (3) Mampu mengucapkannya dengan jelas dan lancar. (4) Mampu memilih ragam bahasa Indonesia sesuai dengan konteks komunikasi.
d. Prinsip Pembelajaran Kemampuan Berbicara
Pembelajaran keterampilan berbicara harus dilaksanakan dengan menciptakan situasi belajar yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan kompetensi keterampilan berbicara semaksimal mungkin. Adapun kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan, harus senantiasa memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berlatih berbicara sebagaimana keterampilan berbahasa yang lain. Keterampilan berbicara hanya dapat dikuasai dengan baik apabila si pembelajar diberi kesempatan untuk berlatih sebanyak-banyaknya.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran keterampilan berbicara adalah sebagai berikut :
1. Memberikan latihan berbicara sebanyak-banyaknya. untuk menguasai suatu keterampilan, termasuk keterampilan berbicara, perlu latihan praktik yang dilaksanakan secara teratur dan terarah. Jadi, siswa tidak cukup hanya mengetahui teori berbicara, melainkan mereka harus berlatih menerapkan teori tersebut dalam kondisi sealamiah mungkin.
2. Latihan berbicara harus merupakan bagian yang integral dari program pembelajaran sehai-hari. selain dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia, latihan berbicara harus juga dialami siswa dalam pembelajaran yang lain. Karena itu perlu adanya koordinasi antara guru bahasa Indonesia dengan guru-guru bidang studi lain, dalam hal memberi kesempatan berlatih berbicara dalam suatu komunikasi yang sewajarnya.
3. Menumbuhkan kepercayaan diri salah satu hambatan yang dihadapi seorang siswa, terutama siswa pemula, adalah kurangnya kepercayaan diri. Latihan berbicara yang dilaksanakan secara teratur sangat berguna bagi pembinaan rasa percaya diri pada siswa tersebut.
Upaya meningkatkan rasa percaya diri pada waktu berbicara, setiap akan melakukan kegiatan berbicara, lebih dahulu siswa tersebut harus mempersiapkan diri dengan :
a) Berusaha menguasai apa yang akan disampaikan. Sebelum ia berbicara dengan orang lain terlebih dahulu ia mengetahui secara pasti apa yang akan disampaikan.
b) Menyusun masalah yang akan disampaikan secara sistematis, sehingga menjadi sesuatu yang menarik bagi lawan bicaranya. Sudah barang tentu sipembicara sendiri harus tertarik terhadap masalah yang akan dibicarakannya. Kita akan mengalami kesulitan membuat orang lain tertarik apabila kita sendiri tidak tertarik pada masalah tersebut.
c) Meyakinkan diri bahwa apa yang akan disampaikan itu adalah hal yang benar dan penting serta bermanfaat bagi pendengar. Keyakinan ini menjadikan pembicara lebih berani tampil di depan pendengar, sehingga rasa percaya diri akan lebih mantap.
d) Berpikir secara terbuka, santai, serta memandang pendengar sebagai pihak yang tidak lebih tahu tentang hal yang akan disampaikan. Justru pendengar masih perlu diberi tahu tentang apa yang akan disampaikan itu.
3. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas Arends (dalam Trianto 2013:51).
Arends (dalam Trianto 2013:54), memilih istilah model pembelajaran berdasarkan dua alasan penting yaitu pertama istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi , metode, atau prosedur.
kedua model pembelajaran dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, atau praktek mengawasi anak-anak.
Seperti yang dikemukakan oleh Joyce dan weil (dalam Trianto 2013:3) bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dipergunakan sebagai upaya dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku, film, computer, kurikulum, dan lain-lain.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah:
(1) Rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembanganya; (2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); (3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; (4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai Kardi dan Nur (dalam Trianto 2013:5).
Menurut Johnson (dalam Trianto 2013:5), untuk mengetahui kualitas model pembelajaran harus dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk. Aspek proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang
menyenangkan serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan berfikir kreatif.
Aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu mencapai tujuan, yaitu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan standar kemampuan atau kompetensi yang ditentukan.
Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang di ajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik (Trianto, 2013:2).
4. Model pembelajaran Everyone is Teacher Here a. Pengertian Everyone is Teacher Here
Muhammad Asriawan (2013: 10) Istilah Everyone is Teacher Here berasal dari bahasa inggris yang berarti setiap orang adalah guru. Jadi Everyone is Teacher Here adalah suatu model pembelajaran yang memberi kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai “pengajar” terhadap peserta didik lain. Dalam proses belajar tidak harus berasal dari guru, siswa bisa saling mengajar dengan siswa yang lainnya. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang mudah guna memperoleh partisipasi kelas dan tanggung jawab individu. Dan dengan model pembelajaran itu juga membuat siswa dapat dididik dan dapat mendidik.
b. Model Pembelajaran Everyone is Teacher Here
Muhammad Asriawan (2013:12-15) Everyone is Teacher Here (semua jadi guru) ialah model pembelajaran yang sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi
kelas secara keseluruhan dan secara individual. Model pembelajaran ini memberi kesempatan kepada setiap peserta didik untuk berperang sebagai guru bagi kawan-kawannya. Model pembelajaran ini juga membuat peserta didik yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif.
Model pembelajaran Everyone is Teacher Here merupakan model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan tuntunan kompetensi, untuk dapat mengembangkan interaksi pembelajaran siswa dilakukan dengan siswa menulis pernyataan di kartu index dan mempersiapkan jawabannya, dan berkomunikasi karena dengan berkomunikasi pembelajaran dititik beratkan pada hubungan antar individu dan sumber belajar lain dan berorientasi pada kemampuan individu dan sumber belajar tersebut. Teknik pembelajaran ini memotivasi semua siswa untuk aktif dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengejar temannya dan mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang sama, serta dapat membuat pertanyaan dan mengemukakan pendapat.
Model pembelajaran Everyone is Teacher Here yaitu stategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran siswa, dan dapat disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pembelajaran pada berbagai mata pelajaran. Khususnya pencapain tujuan yaitu meliputi aspek: kemampuan mengemukakan pendapat, kemampuan mengenal masalah, kemampuan menuliskan pendapat-pendapatnya (kelompoknya) setelah melakukan pengamatan, kemampuan menyimpulkan, dan lain-lain.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, belajar aktif bukanlah hal yang baru, bahkan dalam teori pembelajaran cara belajar aktif merupakan konsekuensi logis dari pelajaran yang seharusnya, dalam arti merupakan tuntutan logis dan hakikat belajar dan hakikat mengajar. Hampir tidak pernah terjadi proses belajar tanpa adanya keaktifan individu atau siswa yang belajar, permasahannya hanya
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, belajar aktif bukanlah hal yang baru, bahkan dalam teori pembelajaran cara belajar aktif merupakan konsekuensi logis dari pelajaran yang seharusnya, dalam arti merupakan tuntutan logis dan hakikat belajar dan hakikat mengajar. Hampir tidak pernah terjadi proses belajar tanpa adanya keaktifan individu atau siswa yang belajar, permasahannya hanya