• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan alternatif pembelajaran dalam memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas.

2. Bagi Murid

Di harapkan agar keterampilan berbicara murid dapat meningkat. Selain itu murid mampu mengatasi kesulitan belajar dan berbicara pada dirinya.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan andil yang positif minimal sebagai informasi dan memperbaiki pengembangan pengajaran selanjutnya yang dilakukan di kelas.

4. Bagi Peneliti

Dapat menjadi bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti yang akan mengkaji masalah yang relevan dari peneliti ini.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA , KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

a. Ika sulfikar pada tahun 2013 melakukan penelitian dengan judul peningkatan keterampilan berbicara melalui penggunaan metode ekstemporer pada murid kelas V SDN Biringkaloro kec,pallangga kab gowa.hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbicara melalui metode ekstemporer dapat meningkatkan hasil belajar murid kelas V SDN Biringkaloro yang ditunjukkan dengan nilai rata –rata pada pratindakan 60,pada siklus I skor 65 dan siklus II skor 75.

ketuntasan belajar pada pratindakan sebesar 22%, siklus I sebesar 45,16% dan siklus II 83,87%.berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbicara dengan metode ekstemporer dapat meningkatkan hasil belajar murid sehingga disarankan kepada guru untuk menggunakan metode ektemporer, juga dapat meningkatkan hasil belajar murid.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Hadra pada tahun 2012 dengan judul penggunaan metode simulasi dalam peningkatan keterampilan berbicara murid kelas IV SD Negri 4 Pulau Salemo Kecamatan Liukang Tupabbiring utara kab pangkep.penelitian ini menunjukkan

peningkatan hasil belajar murid, dilihat dari nilai rata -rata murid pada pratindakan 60 dengan persentase ketuntasan 40%, di siklus I 65 dengan persentase ketuntasan 60% kemudian di siklus II 75 dengan persentase 91%.sehngga kesimpulan yang dapat diambil bahwa penelitian yang lakukan dengan dengan menerapkan metode simulasi dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan berbicara murid.

2. Keterampilan Berbicara

a. Pengertian Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Moris dalam Novia (2002) menyatakan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial. Sedangkan, Wilkin dalam Sulfikar (2013) menyatakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Inggris dewasa ini adalah untuk berbicara. Lebih jauh lagi Wilkin dalam Oktarina (2002) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda.

Menurut Daeng Nurjamal,dkk (2013:4) berbicara merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan-pikiran- perasaan secara lisan kepada

orang lain. Pengertian tersebut memberikan gambaran bahwa berbicara adalah aktifitas manusia dengan bahasanya terwujud dalam kegiatan berkomunikasi secara lisan. Oleh karena itu, berbicara pada hakikatnya senantiasa berkaitan dengan kegitan-kegitan manusia dalam berkomunikasi. Berkomunikasi yang dimaksud adalah kegitan berkomunikasi yang dilakukan dengan menggunakan bahasa sebagai alatnnya.

Nurgiyantoro (2001:276), mengungkapkan pengertian berbicara adalah aktifitas berbahasa kedua yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktifitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyian (bahasa) yang didengarnya itulah kemudian manausia belajar mengucapkan bunyi dan akhirnya mampu untuk berbicara.

Menurut Rusyana dan Sutardi (dalam sulfikar:2013), kemampuan berbicara merupakan kemampuan yang mampu menggunakan lambang ucapan tekanan, intonasi, struktur , tata bahasa dan perbendaharaan kata dengan penyampaian yang normal dalam situasi komunikasi.

Nurjamal dkk, (2013) menyebutkan bahwa aspek-aspek keterampilan berbahasa meliputi 2 jenis cara pengungkapan. Pertama, untuk mengenali kemampuan mengungkapkan secara logis. Kedua, mengenai kemampuan membahasakan secara logis, tepat dan fasih. Kedua aspek tersebut sangat penting untuk menunjang kemapuan berbicara seseorang. Pengajaran keterampilan berbicara dapat dilakukan melalui beberapa tekhnik, dia antaranya:

1) Ulang ucap

Model ucapan yang di dengar oleh murid di susun dengan teliti. Isinya dapat berupa fonem, kosa kata, akalimat - kalimat, kata mutiara ungkapan dan sebagainya. Model ini dapat pula di rekam dan rekamanya di putar di depan kelas. murid memperhatikan cara pengucapan model lalu mengucapakannya meniru model.

2) Lihat dan ucapkan

Guru mempersiapkan sejumlah benda atau gambar untuk diperhatikan kepada murid. Benda tersebut disimpan dalam kotak, kemudian guru mengambil satu persatu dan diperlihatkan kepada murid, kemudian murid melihat dan menyebutkan namanya.

3) Menjawab pertanyaan

Guru mengajukan sejumlah pertanyaan sederhana kepada murid mengenai identitas murid tempat tanggal lahir, pekerjaan orang tuanya dan sebagainya.murid diarahkan dan sedikit dipaksa agar berani berbicara dalam hal ini menjawab pertanyaan guru, jawaban biasanya jawaban pendek. Kalimat itu diminta disempurnakan oleh guru atau murid.

4) Melengkapi Kalimat

Guru menyebutkan sebuah kalimat, kemudian murid melengakapi kalimat itu atau memperluas kalimat dengan kata atau prase yang di tentukan oleh guru.

5) Bertanya

Murid juga perlu dilatih menyusun pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang sistematis dapat digunakan untuk menentukan sesuatu. Pertanyaan dalam bentuk twenty question perlu dilatihkan. Guru atau Murid menuliskan nama sesuatu benda dalam kertas, kemudian murid lain berusaha menebak nama benda tersebut melalui sejumlah pertaanyaan.

6) Pertanyaan menggali

Suatu jenis pertanyaan yang dapat mendorong murid banyak berpikir dan menjawab kebih dalam ialah pertanyaan menggali. Jenis pertanyaan yang sering digunakan dalam ujian lisan dalam mengukur sampai dimana ke dalam dan keluasan pengikut ujian. Dalam pengajaran berbicara jenis pertanyaan tersebut dapat digunakan untuk mendorong murid banyak berbicara.

7) Melanjutkan Cerita

Guru menyusun suatu cerita lalu disampaikan secara lisan kepada murid.

Cerita yang disampaikan baru sepertiganya, guru berhenti bercerita. Cerita dilanjutkan oleh murid, murid ini menghentikan ceritanya pada bagian tertentu, kemudian murid yang lain yang melanjutkan cerita tersebut.

8) Cerita berantai

Guru menyusun suatu cerita yang dituliskan dalam sehelai kertas. Cerita itu kemudian di baca dan di hafalkan oleh murid. murid pertama ini menceriakan kepada murid yang kedua, Murid yang kedua menceritakan cerita itu ke murid yang ketiga, kemudian murid yang ketiga

menceritakan kembali ke murid yang pertama. Sewaktu murid yang pertama bercerita suaranya di rekam. Rekaman itu kemudian di tuliskan kembali. Hasil rekaman itu kemudia di perbandingkan denag teks asli cerita tersebut.

Esensi bahasa adalah berbicara (berkomunikasi). Bahasa saat ini merupakan sesuatu yang dianggap penting akan keberadaannya dan peranannya.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang bisa dinikmati oleh semua makhluk di belahan bumi ini, karena dengan bahasa, kita akan mengetahui berbagai macam informasi. Bloomfield (1977 : 42) mengatakan bahwa semua aktivitas manusia yang terencana didasarkan pada bahasa. Bahasa sendiri mempunyai bentuk dasar berupa ucapan atau lisan. Jadi jelas bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi, dan komunikasi itu adalah berbicara.

Hal senada disampaikan oleh Bygate (1987 : 26) bahwa dalam berbicara sesorang harus mempunyai pengetahuan keterampilan perspektif motorik, dan keterampilan interaktif. Maka, agar dapat bercerita dengan baik seseorang harus mempunyai kompetensi kebahasaan yang memadai serta unsur-unsur yang menjadi syarat agar proses berbicaranya dapat lancar, baik dan benar. Unsur-unsur tersebut adalah lafal, intonasi, ejaan, kosa kata dan sebagainya. Sementara itu kemampuan atau keterampilan berbicara, dianggap sebagai salah satu kemampuan berbahasa yang dijadikan tolok ukur dalam menentukan kualitas kemampuan berpikir seseorang. Berbicara merupakan ekspresi dari gagasan-gagasan seseorang yang menekankan komunikasi yang bersifat dua arah, yaitu memberi dan menerima.

Apabila dicermati dalam keseharian, tidak semua murid yang fasih berbicara memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan isi pesannya kepada orang lain. Kemampuan itu adalah kemampuan dalam menyelaraskan atau menyesuaikan dengan tepat antara apa yang ada dalam pikiran atau perasaannya dengan apa yang diucapkannya, sehingga orang lain yang mendengarkannya dapat memiliki pengertian dan pemahaman yang sama atau pas dengan keinginan si pembaca.

Pada hakikatnya, murid telah menyadari bahwa kemampuan berbicara merupakan sarana untuk berkomunikasi, atau bekal melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Namun perlu diketahui bahwa setiap mendapat tugas berbicara murid seringkali mengalami kesulitan.

Kesulitan tersebut dapat berupa kesulitan dalam pemilihan kosakata yang tepat, kurang lancar berbicara, maupun kurang jelas dalam mengungkapkan gagasannya. Keluhan tentang rendahnya keterampilan berbicara Murid, juga sering dilontarkan oleh beberapa guru sekolah dasar (SD). Padahal di jenjang Sekolah Dasar inilah merupakan awal dan dasar dalam pembinaannya. Namun, di sisi lain berdasarkan kondisi objektif yang ada harus diakui bahwa guru atau pengajar kurang intensif terhadap penanganan pembelajaran berbicara. Pemilihan metode yang kurang tepat, pengelolaan pembelajaran yang kurang optimal, rendahnya kesempatan yang diberikan kepada murid untuk berlatih dalam mengutarakan pendapatnya merupakan penyebab lain dari kegagalan murid dalam berbicara.

Apabila dicermati lebih mendalam, faktor dalam diri murid sebagai faktor

dominan dalam pembelajaran berbicara. Faktor yang diduga sebagai penyebab rendahnya keterampilan berbicara adalah rendahnya pengetahuan tentang kaidah bahasa yang berlaku, minimnya penguasaan kosakata murid, dan terbatasnya pengetahuan atau pengalaman yang akan disampaikan kepada lawan bicara atau pendengar. Selaras dengan hal tersebut, Tarigan (1993 : 2) mengatakan bahwa kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas bergantung kepada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Faktor lain yang diduga mempengaruhi keterampilan berbicara adalah minat membaca.

Minat membaca yang tinggi, murid akan senang membaca dan pada gilirannya murid memperoleh sejumlah konsep, pengetahuan, maupun teknologi.

Dengan perolehan seperti itu akan mendukung murid untuk terampil berbicara.

Satu di antara beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terwujudnya minat membaca yang tinggi adalah peranan perpustakaan sekolah. Perpustakaan sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan harus benar-benar dapat memainkan peranannya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa perpustakaan merupakan jantung sekolah. Sekolah yang perpustakaannya hidup akan berkembang pesat dan lebih maju, sebaliknya sekolah yang perpustakaannya mati, pengembangan ilmu pengetahuan dari sekolah tersebut juga akan terhambat. Seiring dengan keberadaan perpustakaan sekolah, pemerintah menaruh perhatian terhadap perkembangannya. Oleh karena itu digalakkan lomba perpustakaan sekolah.

Semua itu untuk mendukung terciptanya pembelajar yang cerdas, terampil dan berkualitas. Kegiatan membaca dapat bermakna dan berkualitas apabila didorong oleh minat membaca yang tinggi. Tarigan (1984 : 53), menyatakan bahwa tanpa

kemampuan berbicara yang memadai, murid tidak dapat mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan dengan baik.

Richard (1986: 21-28) dalam Sulfikar (2013), membagi fungsi berbicara menjadi dua sebagai berikut:

1. Berbicara sebagai interaksi (talk as interaction)

Fungsi berbicara sebagai interaksi mengacu pada kegiatan percakapan yang biasa dilakukan dan berhubungan dengan fungsi sosial. Fokus utamanya adalah kepada si penutur dan bagaimana mereka menunjukkan diri mereka kepada orang lain. Bahasa tuturannya bisa formal ataupun berupa tuturan yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Beberapa kemampuan yang ikut dilibatkan dalam kegiatan berbicara sebagai sebuah interaksi, antara lain: a) membuka dan menutup percakapan; b) memilih topik; c) membuat percakapan-percakapan kecil/ringan .d) bergurau; e) menceritakan kejadian dan pengalaman pribadi; f) dilakukan secara bergantian; g) adanya interupsi/menyela percakapan;

h) bereaksi terhadap satu sama lain; i) menggunakan gaya berbicara yang sesuai.

Kegiatan berbicara sebagai transaksi lebih memfokuskan kepada pesan yang ingin disampaikan dalam kegiatan berbicara. Richard (1986: 21). Ada dua tipe dalam kegiatan sebagai sebuah interaksi yaitu:

(a) Kegiatan yang fokus utamanya memberi dan menerima informasi dengan kata lain membuat orang lain mengerti dengan jelas dan akurat terhadap pesan yang disampaikan daripada peserta tutur dan bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain. Ketepatan bukannya menjadi fokus utama selama informasi berhasil dikomunikasikan dan dimengerti. (b) Kedua

adalah kegiatan yang fokus utamanya adalah untuk memperoleh barang atau jasa, misalnya dalam percakapan seseorang yang memesan makanan di restoran.

2. Berbicara sebagai penampilan (talk as performance).

Berbicara sebagai penampilan mengacu pada kegiatan berbicara guna menyampaikan informasi di depan umum atau peserta. Berbicara model ini lebih kepada berbicara satu arah daripada dua arah (dialog) dan lebih terkesan seperti bahasa tulis daripada percakapan. Lebih jauh lagi Richard (1986: 21-28) dalam Sulfikar (2013) mengatakan, Ciri utama kegiatan berbicara sebagai penampilan adalah (a) focus pada pesan yang ingin disampaikan dan kepada peserta, (b) mementingkan bentuk dan ketepatan ucapan, (c) bahasa yang digunakan terkesan seperti bahasa tulis, (d) lebih sering monolog, dan (e) struktur dan urutannya dapat diprediksikan.

Ada beberapa alasan tentang dilakukannya latihan berbicara selama pelajaran berlangsung di kelas (Baker dan Westrup, 2003:5) antara lain:

1). Kegiatan berbicara akan menguatkan pemerolehan kosa kata baru, tata bahasa, dan bahasa secara fungsional

2) .Memberikan kesempatan Murid untuk menggunakan bahasa yang

dipelajarinya

3). Memberikan kesempatan kepada Murid yang lebih mahir untuk mencoba bahasa yang telah mereka ketahui dalam situasi dan topik

yang berbeda.

4) Memberikan kesempatan kepada Murid yang lebih mahir untuk mencoba bahasa yang telah mereka ketahui dalam situasi dan topic yang berbeda.

b. Manfaat Berbicara

Berbicara sebagai salah satu keterampilan berbahasa menurut Tarigan (dalam Ika sulfikar ,2013) mempunyai lima peranan sebagai berikut:

a. Menghibur

Berbicara untuk menghibur dilakukan dengan cara pembicaraan menarik perhatian pendengar dengan berbagai cara seperti humor, spontanitas,menggairahkan. Suasana pembicaraanya pun santai dan penuh canda.

b. Mengiformasikan

Berbicara untuk menginformasikan, melaporkan, dilaksanakan apabila seseorang ingin (1) menjelaskan suatu proses, (2) menguraikan, menafsirkan, atau menginterprestasikan sesuatu, (3) menyebarkan pengetahuan, (4) menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antar benda, hal atau peristiwa.

c. Menstimulasi

Berbicara untuk menstimulasi yaitu pembicara berupaya untuk membangkitkan inspirasi, kemauan, atau minat pendengarnya untuk melaksankan sesuatu.

d. Meyakinkan

Berbicara untuk meyakinkan menuntut pembicara untuk biasa meyakinkan pendengar tentang suatu hal. Diharapkan sikap menolak menjadi menerimah atau sebaliknya.

e. Mengerakkan

Berbicara untuk mengerkkan menuntut penyimak agar biasa berbuat, bertindak, atau berintraksi seperti yang dikehendaki pembicara untuk meyakinkan. Di sisi lain kemampuna keterampilan berbicara juga berpengaruh terhadap sikap murid. Mungkin saja selama ini sikap mereka terhad keteapilan berbicara belum besifat positif, namun melalui kegiatan pembelajaran ketempilan berbicara sikap itu di ubah menjadi sikap positif. Murid menjadi lebih memahami, menghayati, menyenangi, dan mencintai keterampilan berbicara, serta lebih gemar melaksanakan kegiatan dan pengajaran berbicara.

c. Unsur pokok keterampilan berbicara

Adapun menurut Daeng Nurjamal,dkk(2013:4)bahwa syarat mudah berbicara yakni memperbanyak aktifitas membaca dan menyimak. keterampilan berbicara memiliki empat unsur pokok, yaitu rasional yang baik, etika, dan moral, bahasa, dan pengetahuan ( dalam syafi’i,car1988;4-7). Untuk lebih jelasnya, keempat unsur pokok tersebut akan di uraikan secara rinci beikut ini :

a. Rasional yang baik

Unsur ini mengandung pengertian bahwa penyampaian pesan dalam peristiwa komunikasi harus didukung oleh rasional. Tanpa

ada rasional, pesan yang di sampiakan tidak mempunyai kekuatan atau dasar. Aristoteles ( dalam Syafi’I,1988:4) menyebutkan istilah good reason dan Wallance (dalam syafi’I,1988:4) menyebutkan istilah proof, pembuktian, alasan, atau argumen.

b. Etika dan nilai (Ethical and Moral Value).

Unsur ini mempunyai makna bahwa berbicara efektif merupakan suatu kreativitas komunikasi yang bertanggung jawab. Karena itulah, unsur ini menjadi sangat penting dalam berbicara kreatif.

Tanggung jawab itu hanya dapat di lakasanakan apabila manusia itu dibimbing oleh etika dan moral dalam semua prilaku, termasuk dalam berbahasa.

c. Bahasa

Unsur ini merupakan media yang paling efektif untuk membangun komunikasi. Kemampuan menggunakan bahasa yang baik dan benar oleh komunikator dan audience merupakan tuntutan yang harus di penuhi agar peristiwa komunikasi dapat berjalan dengan baik. Penggunaan bahasa yang baik adalah pemakain bahasa yang benar ini di laksanakan dengan memperhatikan aspek-aspek kejelasan, keutuhan, kesingkatan, dan hidup yang bersemangat.

d. Pengetahuan

Pengetahuan yang di makasud adalah pengetahuan yang relevan dengan pesan komunikasi yang di sampaikan. Komunikator harus mengetahui serta memahami pesan yang di sampikan. Oleh Karena

itu, harus memiliki sejumlah fakta yang relevan, idea tau gagasan yang jelas, wawasan yang luas mengenai pesan yang di sampaikan dalam komunikasi merupakan modal utama yang ikut menentukan keberhasilan komunikasi.

e. Evaluasi pembelajaran

Nurgiyantoro (2005:276) menyebutkan bahwa tes kemampuan berbicara perlu mempertimbangkan unsur ekstralinguistik, yaitu sesuatu yang di sampaikan di dalam bahasa. Penilain unsur eksterlinguistik diperlukan agar guru dapat mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan berbahasa murid. Dengan demikian, dalam penilain kemampuan berbicara murid di perlukan seperangkat instrument yang harus di persiapkan dengan baik.

Menurut Sarwiji Suwandi dan Budhi Setiawan (2003:33-34) dalam Sulfikar bahwa aspek penilaian berbicara yang dinilai dalam tes kemampuan berbicara meliputi aspek kebahasaan dan nonkebahsaan. Aspek kebahasaan tersebut antara antara lain: (1) pengucapan vocal ; (2) pengucapan konsonan; (3) penempatan tekanan ;(4) penemptan persendian ;(5) penggunaan nada/irama; (6) pilihan kata; (7) pilihan ungkapan; (8) variasi kata; (9) tata bentuakan; (10) struktur kalimat;(11) ragam kalimat. Sedankan non kebahasaan meliputi : (1) keberanian dan semangat yang di perlihatkan murid; ( kelancaran); (3) penyaringan suara; (4) pandangan mata; (5) gerak-gerik dan mimik; (6) keterbukaan; (7) penalaran ;(8) penguasaan topik.

Kesimpualan teori tersebut , bahwa penilaian berbicara memiliki aspek-aspek tertentu. Penilaian kemampuan berbicra dipilih sesuai dengan jenjang pendidikan murid sehingga aspek-aspek yang dinilai dalam berbicara yang sedang dipelajari murid. Penilaian berbicara juga harus mempertimbangkan kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir murid. Penilaian yang di gunakan untuk mengukur kemampuan berbicara adalah tes unjuk rasa ,unjuk kerja yang dilengkapi dengan lembar penilain observasi (pengamatan ) terhadap kemampuan berbicara murid.

d. Tujuan Berbicara

Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Menurut Tarigan, dkk (1997:37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan.

Berdasarkan uraian di `atas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang melakukan kegiatan berbicara selain untuk berkomunikasi juga bertujuan untuk mempengaruh orang lain dengana maksud apa yang dibicarakan dapat diterima

oleh lawan bicaranya dengan baik. Adanya hubungan timbal balik secara aktif dalam kegiatan berbicara antara pembicara dengan pendengar akan membentuk kegiatan berkomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.

Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebut juga audience atau majelis. Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada audience dengan baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang keefektifan berbicara. Kegiatan berbicara juga memerlukan hal-hal di luar kemampuan berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada saat berbicara diperlukan a) penguasaan bahasa, b) bahasa, c) keberanian dan ketenangan, d) kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar dan teratur.

e. Faktor Penghambat Kegiatan Berbicara

Ada kalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan yang diterima oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara. Tiga faktor penyebab gangguan dalam kegiatan berbicara, yaitu:

1) Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipasi sendiri dan faktor yang berasal dari luar.

2) Faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya lagu, irama, tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh, dan

3) Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan komunikasi, misalnya dalam keadaan marah, menangis, dan sakit.

f. Pembelajaran keterampilan berbicara di SD

pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk peserta didik di sekolah dasar yang dinyatakan oleh Farris (Lisdiana Kurniasih :2012) bahwa pembelajaran keterampilan penting di kuasai peserta didik agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir, menulis, membaca dan menyimak.kemampuan berpikir mereka akan terlatih ketika mereka mampu mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan dan ide kepada orang lain secara lisan. Pendapat tersebut juga didukung dari pernyataan yang diungkapkan Galda (dalam Lisdiana Kurniasih, 2012) keterampilan berbicara di SD merupakan inti dari proses pembelajaran bahasa di sekolah, karena dengan pembelajaran berbicara peserta didik dapat berkomunikasi di dalam maupun di luar kelas sesuai dengan perkembangan jiwanya.

Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh para peserta didik Sekolah Dasar karena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar peserta didik di Sekolah Dasar. Keberhasilan belajar peserta didik dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan berbicara mereka. Peserta didik yang tidak mampu berbicara dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran.

3. Pengertian Metode Ekstemporer a. pengertian metode ektemporer

Metode merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa metode adalah cara yang teratur dan terarah secarah baik untuk mencapai tujuan. Metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk mnciptakan situasi pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar mengajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. Selanjutnya Surakhmad mengatakan, “Metode adalah suatu cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan” (1985: 31).

Oleh karena itu, metode sangat relevan dengan suatu kegiatan yang akan menunjang keberhasilan suatu penelitian.

Disamping itu metode memiliki manfaat di antaranya :

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian murid sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih bermakna sehingga lebih mudah dipahami oleh murid serta memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan

b. Bahan pembelajaran akan lebih bermakna sehingga lebih mudah dipahami oleh murid serta memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan

Dokumen terkait