BAB I PENDAHULUAN
1.5. manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai referensi penelitian berikutnya dalam pengaruh bentuk dan posisi rotor terhadap karakteristik generator magnet permanen fluks aksial dan dapat diaplikasikan dalam pembangkitan kecepatan rendah yang membutuhkan generator.
BAB II DASAR TEORI
2.1. Generator
Generator merupakan mesin yang mengonversikan energi mekanik (gerakan) menjadi energi elektrik (listrik) sesuai prinsip kerja berdasarkan Hukum Faraday dimana setiap perubahan medan magnet pada kumparan akan menyebabkan Gaya Gerak Listrik (GGL) yang sebanding dengan perubahan
fluks yang disebut Induksi elektromagnetik.
Dalam menentukan putaran generator ditentukan dari jumlah kutub dan frekuensi dari generator tersebut. Persamaan untuk menentukan
jumlah putaran generator pada Persamaan (2.1)[13] : n =120 π
π (2.1) dimana :
n = putaran (Rpm) f = frekuensi (Hertz) p = jumlah kutub (Pole)
Demikian juga dalam merancang bangun sebuah generator,
memperhitungkan tegangan yang akan dihasilkan ditentukan dari jumlah lilitan, fluks magnetik, jumlah kumparan dan jumlah fasanya.
2.2. Generator Magnet Permanen Fluks Aksial
Generator ini terdiri dari stator dan rotor dimana arah aliran fluksnya memotong secara aksial atau generator yang dimana arah fluksnya sejajar dengan arah putaran generator. Penggunaan generator diutamakan pada pembangkit yang memiliki daya pembangkitan kecil seperti angin dan aliran sungai kecil. Adapun generator MPFA memiliki kelebihan dibandingkan dengan generator konvensional diantaranya[2] :
1. Memiliki ukuran stator dan rotor yang lebih besar.
2. Konstruksi generator MPFA lebih sederhana.
3. Memiliki frekuensi tinggi pada putaran rendah terhadap rotor yang memiliki kutub magnet dalam jumlah lebih.
4. Tidak memerlukan arus eksitasi dan sikat karena rotor menggunakan magnet permanen.
5. Memiliki struktur yang lebih kuat karena stator dan rotor memiliki penyangga masing masing.
2.3. Rotor MPFA
Rotor generator MPFA saama hal dengan generator pada umumnya merupakan bagian yang berputar. Rotor terdiri dari piringan yang tersusun dari beberapa magnet permanen penghasil medan magnet dimana berfungsi untuk pembangkitan tegangan. Magnet permanen dipasang secara sejajar dengan kumparan stator untuk menghasilkan fluks magnet. Kontruksi rotor dapat dilihat pada Gambar 2.1[3].
Gambar 2.1 Konstruksi rotor magnet permanen.
Dalam menentukan luas area magnet dimana luas piringan rotor dan stator sama, agar kutub magnet permanen rotor dan kumparan stator sinkron. Perhitungan menentukan luas area magnet pada Persamaan (2.2)[8] :
π΄mag =Ο. (ro 2β r1 2) β Οf(r0β r1). πm
πm (2.2) Dimana:
ro = Radius luar magnet (m) ri = Radius dalam magnet (m) ΟΖ = Jarak antar magnet (m) Nm = Jumlah magnet
Amag = Luasan area Magnet (m2)
Dimana Persamaan 2.2 berlaku untuk magnet Arc type, untuk bentuk lingkaran dan petak menggunakan perhitungan luas bidang.
2.4. Stator MPFA
Pada generator MPFA, stator merupakan bagian yang tidak berputar/diam.
Stator terdapat kumparan kumparan yang disusun baik dalam jumlah lilitan, jarak antara lilitan (pitch factor) dan beda sudut antara fasa untuk menentukan jumlah
fasanya. Stator generator dapat menggunakan inti atau tanpa inti (coreless).
Penggunaan inti stator yang digunakan pada kumparan dipilih dari bahan permeabilitas magnetik tinggi berupa dari lapisan plat yang terlaminasi untuk mengurangi rugi rugi hysteresis. Lilitan tembaga juga dipilih dengan kualitas ketahanan akan panas hingga 150β° Celcius sehingga mampu dalam menahan panas pada generator. Bentuk bentuk kumpuran stator seperti Gambar 2.2[5].
Gambar 2.2 Konstruksi kumparan pada stator
Dalam menentukan jumlah lilitan kumparan pada stator untuk menghasilkan tegangan induksi yang diinginkan sesuai Persamaan (2.3)[8] :
πΈrms = πΈmaks
β2 = 2π
β2N. Ζ. Ξ¦maks. πs
πph (2.3) Dimana:
Erms = tegangan terinduksi (Volt) N = jumlah lilitan per kumparan Ζ = frekuensi (Hz)
Ξ¦maks = fluks magnet (Wb) Ns = jumlah kumparan Nph = jumlah fasa
2.5. Air Gap MPFA
Celah udara atau air gap adalah jarak antara permukaan stator dan rotor yang saling berhadapan. Lebar celah udara generator harus diperhatikan sebab celah udara menjadi tempat magnet permanen memotong kumparan stator terjadinya induksi yang menghasilkan tegangan, jarak ditentukan secara optimal dsan tidak berubah saat generator bekerja. Posisi Air Gap pada generator seperti Gambar 2.3[6].
Gambar 2.3 Celah udara (air gap)
Menentukan jarak antara stator dan rotor disesuaikan dengan densitas fluks dari magnet permanen.
2.6. Prinsip Kerja Generator MPFA
Prinsip kerja Generator Permanen Magnet Fluks Aksial sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan prinsip kerja generator konvensional pada umumnya.
Penggunaan magnet permanen menghasilkan medan magnet yang tetap sehingga tidak memerlukan pencatuan arus searah untuk menghasilkan medan magnet.
Sedangkan fluks aksial diperoleh dari magnet permanen yang telah diberikan perlakuan khusus sehingga arah garis-garis gaya magnet keluar dari kutub magnet secara aksial atau vertikal. Prinsip generator permanen magnet fluks aksial secara
Air Gap
apabila konduktor tersebut bergerak pada medan magnet sehingga memotong garis-garis gaya magnet.
Generator ini juga memiliki konstruksi umum yang diperlihatkan pada Gambar 2.4 yaitu terdapat rotor yang memiliki magnet permanen sebagai sumber medan magnet, kumparan stator sebagai tempat terjadinya pembangkitan GGL dan celah udara merupakan jarak antara rotor dan stator yang terjadi induksi elektromagnetik[7].
Gambar 2.4 Kontruksi umum generator magnet permanen fluks aksial
2.7. Tipe Generator MPFA
Generator Magnet Permanen Fluks Aksial (MPFA) dibagi menjadi beberapa tipe. Tipe tersebut berdasarkan jumlah tingkatan (stage), arah fluks, penempatan magnet permanen pada rotor, tipe stator dari generator ini memiliki banyak tipe dan bentuk sesuai dengan efisiensi dari aplikasi dan kegunaanya. Dengan melihat dari berbagai sudut pandang kegunaan dan efisiensi, generator ini dapat dibagi menjadi beberapa tipe yang diantaranya adalah meninjau dari banyaknya stage (banyaknya side dari fluks aksial), dapat juga ditinjau dari bentuk magnet pada rotornya, dan juga dapat ditinjau dari bentuk stator yang dapat dilihat dari ada tidaknya slot pada stator[8].
2.7.1. Generator berdasarkan Tingkatan
Generator berdasarkan Tingkatannya (Stage) adalah tipe generator yang dibedakan dari jumlah rotor dan statornya. Dari tipe ini memiliki Beberapa jenis generator yaitu [8]:
1. Satu Tingkat (Single Stage)
Generator ini terdiri dari sebuah stator dan sebuah rotor. Generator ini biasa digunakan pada torsi kecil. Sehingga sangat efektif, bila digunakan pada generator angin dengan kapasitas penggerak yang kecil. Bentuk dari generator ini dapat dilihat pada Gambar 2.5[8].
Gambar 2.5 Bentuk generator satu singkat 2. Dua Tingkat (Double Stage)
Generator ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu generator yang memiliki 2 rotor 1 stator atau 2 stator 1 buah rotor. Pada aplikasi generator dengan double stage ini biasanya digunakan pada torsi tinggi, sehingga dapat digunakan dengan tenaga berkapasitas besar. Bentuk dari generator ini dapat dilihat pada Gambar 2.6[8].
(a) 2 rotor 1 stator (b) 2 Stator 1 rotor
3. Banyak Tingkat (Multi Stage)
Generator Multi Stage memiliki lebih dari dua stator atau dua rotor. Generator ini dirancang untuk kebutuhan akan tenaga yang lebih besar (torsi), generator ini didesain. Hanya saja pada generator ini cukup besar jika dibandingkan pada dua tipe sebelumnya. Bentuk model dari generator Multi Stage dapat dilihat pada Gambar 2.7[8].
Gambar 2.7 Bentuk generator multi stage
2.7.2. Generator berdasarkan Rotor
Pada Generator Fluks Aksial Magnet Permanen dapat dibedakan berdasarkan tipe rotornya dimana ada 2 jenis yaitu[9] :
1. Berdasarkan Arah Fluks
Pada Generator ini rotor dipasangkan magnet permanen dengan arah fluks bertipe N-N (S-S) dan tipe N-S (S-N). Polaritas magnet permanen dimana N (North) dan S (South) pemasangannya dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Tipe N-N (S-S)
Generator dengan tipe rotor ini memiliki konstruksi posisi kutub magnet permanen antara rotor yang berdekatan sama. Arah Aliran fluks dari generator tipe ini dapat dilihat pada Gambar 2.8[9].
Gambar 2.8 Arah fluks pada tipe N-N (S-S)
Pada Gambar 2.8 memperlihatkan arah aliran fluks mengalir keluar dari kutub magnet N menuju stator. Kutub magnet pada rotor disebelahnya sama - sama N mengakibatkan arah fluks berbelok sejajar terhadap stator dan dibelokan menuju rotor akibat tarikan kutub S magnet. Dalam mengatasi aliran fluks ini dipasang inti besi penyangga kumparan stator untuk mengoptimalkan penggunaan fluks terhadap kumparan. Penggunaan inti besi memiliki kekurangan yaitu berat dan ukuran bertambah besar.
b. Tipe N-S (S-N)
Generator dengan tipe rotor ini memiliki konstruksi posisi kutub magnet permanen antara rotor yang berdekatan berbeda. Arah Aliran fluks dari generator tipe ini dapat dilihat pada Gambar 2.9[9].
Gambar 2.9 Arah fluks pada tipe N-S (S-N)
Pada Gambar 2.9 menunjukkan aliran fluks yang mengalir dari magnet permanen hingga menuju stator. Fluks keluar dari magnet utara bagian bawah menuju stator dan menembus stator hingga menuju magnet permanen pada
rotor bagian atas kemudian menuju horizontal dikarenakan beda polaritas antara magnet yang disampingnya.
2. Berdasarkan Penempatan Magnet
Generator FAMP dibedakan berdasarkan Penempatan Magnet Permanennya.
Peletakan magnet permanen pada piringan rotor ada 2 cara yaitu : a. Magnet di permukaan rotor
Pemasangan Magnet Permanen pada rotor dapat ditempatkan pada permukaan piringan rotor dimana salah satu bagian kutub ditempelkan.
Pemasangan jenis ini dapat dilihat pada Gambar 2.10[5].
Gambar 2.10 Magnet di permukaan rotor
Rotor jenis ini memiliki piringan yang lebih tipis menyebabkan rotor lebih ringan dan menimbulkan pendinginan pada stator karena adanya ruang antara magnet permanen.
b. Magnet di tanam pada rotor
Rotor jenis ini dimana seluruh bagian di tanam pada piringan rotor dan salah sisi kutub magnet telihat dipermukaan rotor. Penempatan jenis ini dapat dilihat pada Gambar 2.11[5].
Gambar 2.11 Magnet ditanam pada rotor
Pada tipe pemasangan ini piringan rotor yang digunakan lebih tebal dari pada tipe sebelumnya, akibatnya rotor lebih berat, akan tetapi
pemasangan ini lebih kokoh karena kemungkinan magnet permanen lebih stabil pada rotor pada saat generator berputar.
2.7.3. Generator berdasarkan Stator
Generator MPFA juga dapat dibedakan berdasarkan jenis statornya. Jenis stator dapat dibedakan menjadi dua, yaitu[9] :
1. Stator berinti (Torus)
Dalam perancangan stator generator MPFA dapat diberi peyangga yaitu inti besi. Penggunaan inti besi biasanya digunakan untuk
mengoptimalkan fluks generator khususnya pada generator dengan rotor tipe N-N (S-S). Tipe stator berinti juga ada terdiri dari dua macam yaitu :
a. Tipe slot
Tipe slot stator pada inti besinya terdapat kumparan yang membentuk barisβ
baris yang dihubungkan di dalam slot secara back-to-back.
b. Tipe nonsloted
Tipe non-slot stator pada kumparan lebar dengan kumparan celah udara AC fasa banyak yang dibungkus oleh inti stator yang dihubung secara
back-to-back. Kumparan biasa diisi resin untuk ketahanan kumparannya.
2. Stator tanpa Inti (Coreless)
Stator tanpa inti yaitu kumparan tanpa penyangga atau tidak menggunakan inti besi. Generator ini digunakan untuk putaran yang lebih rendah dan biaya
yang lebih murah. Stator jenis ini cocok dipasangkan dengan generator rotor tipe N-S (S-N). Stator tanpa inti ada 2 macam juga yaitu :
a. Tipe Menumpuk (Overlapping)
Tipe ini kumparan ditumpuk atau ditimpah dengan fasa kumparan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Bentuk tipe ini dapat dilihat pada Gambar 2.12[5].
Gambar 2.12 Kumparan stator ditumpukan/ditimpah b. Tipe tidak Menumpuk (non-Overlapping)
Tipe ini disusun dengan kumparan tidak ditumpuk atau ditimpah. Bentuk ini dapat dilihat pada Gambar 2.13[5].
Gambar 2.13 Kumparan stator tidak menumpuk
2.8. Magnet Permanen
Magnet merupakan benda yang menghasilkan medan magnet yang selalu memiliki dua kutub. Kutub utara dan kutub selatan dimana arah aliran fluksnya (garis garis gaya magnet) dari kutub utara ke kutub selatan. Magnet yang digunakan untuk penelitian ini adalah magnet permanen jenis Neodymium dimana jenis magnet langka yang terbuat dari bahan Neodymium Alloy, Iron, dan Boron.
Campuran bahan tersebut dibentuk menjadi Tetragonal Crystalline (Nd2Fe14B).
Garis garis Gaya magnet ditunjukkkan pada Gambar 2.14[12].
Gambar 2.14 Garis β garis gaya magnet
Magnet Permanen Neodymium sering disebut dengan magnet Neo atau magnet NdFeB. Magnet Neodymium menjadi magnet permanen terkuat yang memiliki koersivitas yang tinggi yaitu tahan dalam mengalami kerusakan Magnetik. Bentuk bentuk Magnet Neodynium dapat dilihat pada Gambar 2.15[12].
Gambar 2.15 Magnet neodymium
Pada generator, magnet permanen yang menghasilkan fluks magnet digunakan untuk membangkitan gaya gerak listrik (GGL) induksi terhadap kumparan dimana harus adanya perubahan fluks dari proses perputaran rotor terhadap stator. Semakin cepatnya perubahan fluks magnet daya yang dihasilkan pun semakin besar.
Kelebihan magnet permanen digunakan pada generator adalah[12] :
1. Tidak membutuhkan arus eksitasi yang menimbulkan rugi rugi eksitasi sehingga efisiensi lebih tinggi.
2. Kontruksi lebih sederhana sehingga perawatan lebih mudah.
2.9. Prinsip Induksi Elektromagnetik
Pada generator terjadi induksi elektro magnetik yang mengacu pada
hukum Faraday dan Lenz. Hukum Faraday menjelaskan bahwa Adanya perubahan fluks magnetik yang melingkupi suatu kumparan akan
menimbulkan ggl induksi pada ujung-ujung kumparan tersebut, hal tersebut sesuai dengan Persamaan 2.4[13] :
e = βππβ
ππ‘ (2.4) Keterangan :
e = Gaya gerak listrik N = Jumlah lilitan
dβ = Perubahan fluks magnetic dt = Perubahan waktu
Sedangkan hukum Lenz menjelaskan bahwa GGL induksi yang muncul berarah melawan perubahan fluks menyebabkannya arus yang mengalir atau dengan kata lain bahwa arus induksi menghasilkan medan magnet yang melawan perubahan fluks magnet yang menghasilkan arus induksi. Pada generator tipe axial, fluks magnet tidak akan banyak terjadi saat magnet tidak bergerak, tetapi saat piringan dua rotor digerakkan maka akan dihasilkan tegangan potensial. Perubahan kecepatan akan mempengaruhi
besar potensial tegangan yang dihasilkan.seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.16[4].
Gambar 2.16 Pergerakan fluks pada generator tipe aksial
Untuk menentukan Fluks magnet maksimal, ditentukan oleh Persamaan 2.5[12] : π΅maks = π΅r πΌm
πΌm+ πΏ (2.5) Dimana :
Br = Kerapatan fluks (T) lm = Tinggi magnet (m) Ξ΄ = Lebar celah udara (m) Bmaks = Fluks magnet maksimal (T)
Maka diperoleh fluks maksimum yang dihasilkan dengan Persamaan 2.6[12] :
β maks = π΄mag π₯ π΅maks (2.6) Dimana :
Amag = Luasan magnet (m2) Bmaks = Fluks magnet maksimal (T) Γmaks = Fluks maksimum (Wb)
Induksi elektromagnetik di pengaruhi oleh celah udara pada generator. Celah udara pada generator merupakan tempat berpindahnya fluks magnet pada magnet permanen dan menginduksikan ke kumparan stator. Pada celah udara ini terjadi mekanisme perpindahan atau konversi energi dari mekanik menjadi listrik. Besar atau lebarnya celah udara ini mempengaruhi penginduksian ke kumparan stator.
Pada generator fluks aksial celah udara bisa saja lebih dari satu tergantung banyaknya stator atau rotor yang digunakan pada generator tersebut tentunya berbeda dengan celah udara pada generator radial.
2.10. Rangkaian Tiga Fasa
Sistem tiga fasa merupakan sistem yang menggunakan sumber tegangan secara konvensional yang terdiri atas tiga buah tegangan dengan magnitude yang sama dan berbeda fasa sebesar 120 derajat. Karena mempunyai keuntungan ekonomi dan cara cara tertentu, sistem tiga fasa menjadi sistem yang umum digunakan. Masing masing tegangan dari sumber tiga fasa yang dihubungan pada rangkaian yang berlainan, maka sistem ini memiliki 3 sistem satu fasa yang terpisah.
Daya listrik pada sistem tenaga listrik 3 fasa, tegangan yang seimbang terdiri dari tegangan satu fasa yang mempunyai magnitude dan frekuensi sama akan tetapi mempunyai beda fasa sebesar 120Β°, sedangkan secara fisik mempunyai perbedaan sebesar 60Β°, dan dapat dihubungkan secara Bintang (Y) atau segitiga (Delta Ξ).
Gelombang tiga fasa ditunjukkan pada Gambar 2.17[7].
Gambar 2.17 Gelombang tiga fasa
Pada Gambar 2.17 terlihat gelombang tegangan fasa pada sistem tiga fasa.
Jika gelombang-gelombang tegangan berputar dengan kecepatan sudut dan dengan
arah berlawanan jarum jam (arah positif), maka nilai maksimum positif dari fasa terjadi berturut-turut untuk fasa Va, Vb dan Vc. sistem fasa 3 ini dikenal sebagai sistem yang mempunyai urutan fasa a β b β c . Sistem tegangan fasa 3 dibangkitkan oleh generator fasa 3. Rangkaian fasa 3 terhubung menjadi 2 bagian yaitu : berhubung Star dan berhubung Delta.
1. Hubungan Bintang / Star ( Y )
Pada hubungan bintang (Y), ujung ujung tiap fasa dihubungkan menjadi satu dan menjadi titik netral atau titik bintang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.18. Tegangan antara dua terminal dari tiga terminal a β b β c mempunyai besar magnitude dan beda fasa yang berbeda dengan tegangan tiap terminal terhadap titik netral. Tegangan Va,Vb dan Vc disebut tegangan fasa atau Vf. Hubungan bintang tiga fasa dapat dilihat pada Gambar 2.18[7].
Gambar 2.18 Hubungan Bintang / Star
Dengan adanya saluran atau titik netral maka besaran tegangan fasa
dihitung terhadap saluran atau titik netralnya, juga membentuk sistem
tegangan fasa 3 yang seimbang dengan magnitudenya (akar 3 dikali magnitude dari tegangan fasa). Vline = β3Vf = 1,73Vf. Sedangkan
untuk arus yang mengalir pada semua fasa mempunyai nilai yang sama per line = I fasa, Ia = Ib = Ic.
2. Hubungan Delta / Segitiga
Pada hubungan Delta/Segitiga ketiga fasa saling dihubungkan sehingga membentuk hubungan 3 fasa seperti Gambar 2.19[7].
Gambar 2.19 Hubungan delta
Dengan tidak adanya titik netral, maka besarnya tegangan saluran dihitung antar fasa, karena tegangan saluran dan tegangan fasa mempunyai besar magnitude yang sama, maka Vline = Vfasa, Tetapi arus saluran dan arus fasa tidak sama dan hubungan antara kedua arus tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan hukum kirchoff, sehingga : Iline =If . β3.
Dalam Menghitung Daya sebuah generator ada 3 jenis yaitu : 1. Daya Aktif
Daya Aktif adalah daya yang digunakan dalam melakukan energi sebenarnya, dimana satuan Daya Aktif adalah Watt. Perumusan dalam penghitung daya aktif seperti pada Persamaan 2.7 dan Persamaan 2.8.
π1Ξ¦ = π. I. cos
Ο
(2.7) π3Ξ¦ = 3πLπ. I. cosΟ
(2.8)Dimana :
P1Ξ¦ = daya satu fasa (Watt) P3Ξ¦ = daya tiga fasa (Watt) V = tegangan generator (Volt)
I = arus generator (Ampere) cos
Ο =
faktor daya2. Daya Reaktif
Daya Reaktif adalah Jumlah daya yang diperlukan untuk pembentukan medan magnet yang terbentuk fluks magnet. Contohnya pada Mesin Listrik, Lampu Pijar, Trafo dll. Satuan Daya Reaktif adalah Var. Perumusan dalam penghitung daya Reaktif seperti pada Persamaan 2.9 dan Persamaan 2.10.
π1Ξ¦ = π. I. sin
Ο
(2.9) π3Ξ¦ = 3πLπ. I. sinΟ
(2.10)3. Daya Semu
Daya Semu adalah Daya yang dihasilkan oleh perkalian antara tegangan rms dan arus rms yang merupakan penjumlahan trigonometri daya aktif dan daya reaktif. Satuan Daya Semu adalah VA. Perumusan dalam penghitung daya Reaktif seperti pada Persamaan 2.11 dan Persamaan 2.12.
π1Ξ¦ = π. I (2.11) π3Ξ¦ = 3πLπ. I (2.12)
2.11. Karakteristik Generator Sinkron
Pengujian karakteristik generator sinkron dilakukan pada umumnya dengan beberapa pengujian, diantaranya[12] :
1. Pengujian tanpa Beban (Beban Nol)
Pada pengujian tanpa adanya beban (Beban Nol) adalah dengan menguji generator dengan menaikan arus medan (If) secara bertahap pada kecepatan (N) tetap dan mengukur tegangan output.
πΈa = f (πΌf) , N = konstan (2.13) Dimana :
Ea = tegangan output beban Nol (V) If = arus medan (A)
2. Pengujian Berbeban
Pengujian Berbeban generator adalah pengujian dengan memberi beban bertahap pada kecepatan (N) tetap dengan arus medan (If) tetap dan mengukur tegangan dan arus yang dihasilkan generator.
π = f (πΌa) , N = konstan (2.14) Dimana :
V = tegangan output (V) Ia = arus jangkar (A)
Pengujian berbeban juga akan mempengaruhi tegangan sistem generator seiring bertambahnya jumlah tahanan beban dimana :
π = I. R (2.15) Dimana :
V = tegangan keluaran (Volt) I = arus keluaran (Ampere) R = Tahanan (Ohm)
3. Pengujian Hubung Singkat
Pengujian hubung singkat generator adalah menguji dengan keadaan generator berputar pada kecepatan (N) tetap dengan menaikan arus medan (If) secara bertahap dan mengukur arus jangkar (Isc) yang dihasilkan generator.
πΌsc= f (πΌf) , N = konstan (2.16)
Dimana :
Isc = arus jangkar (A) If = arus medan (A)
Dari ketiga pengujian karakteristik generator sinkron tersebut, karena generator dalam penelitian ini menggunakan generator yang sebagai berikut:
1. Rotor menggunakan magnet permanen Neodymium.
2. Tidak adanya arus medan, maka pengaturan arus medan tidak dapat dilakukan.
Maka dari ketiga pengujian karakteristik generator sinkron, pada generator FAMP hanya pengujian Berbeban yang dapat dilakukan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan di Laboratorium Konversi Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3.2. Perancangan Generator Magnet Permanen Fluks Aksial
Dalam penelitian ini menggunakan rancangan generator MPFA 3 fasa tanpa inti dengan jumlah stator 2 buah dipasang paralel dan rotor 3 buah dengan frekuensi 50 Hz pada kecepatan 500 rpm. Dalam menentukan spesifikasi generator sebagai berikut :
1. Menentukan jumlah kutub magnet dan kumparan
Rancangan generator dalam mengetahui jumlah kutub yang digunakan sesuai Persamaan 2.1 dapat hitung sebagai berikut :
P = 120π dibutuhkan jumlah magnet 12 kutub. Sesuai standard dalam perbandingan jumlah kutub magnet dan jumlah kumparan adalah 4 : 3, maka jumlah kumparan pada stator adalah 9 buah dan kutub magnet 12 buah.
2. Menghitung kerapatan medan magnet
Dalam rancangan generator ini, menggunakan magnet permanen dengan magnet yang digunakan jenis neodynium dengan Br = 0,23 T dan ketebalan magnet 2 mm, maka dapat dihitung Kerapatan Medan Magnet sesuai
Untuk nilai Ξ΄ yaitu jarak air gap diatur dan ditentukan dalam penelitian ini yaitu jarak 2 mm, 3 mm dan 4 mm. Maka untuk variasi air gap hasilnya
3. Menghitung luasan area magnet
Dalam penelitian ini menggunakan 4 jenis variable ukuran dan bentuk magnet permanen yaitu: (20x2) mm, (20x10x2) mm, (30x2) mm dan (30x10x2) mm dimana didesain untuk menjadi magnet rotor dengan ukuran:
untuk magnet (20x2) mm :
Gambar 3.1 Desain ukuran rotor dengan magnet permanen (20x2) mm.
untuk magnet (20x10x2) mm :
Gambar 3.2 Desain ukuran rotor dengan magnet permanen (20x10x2) mm.
untuk magnet (30x2) mm :
Gambar 3.3 Desain ukuran rotor dengan magent permanen (30x2) mm.
r
ountuk magnet (30x10x2) mm :
Gambar 3.4 Desain ukuran rotor dengan magent permanen (30x10x2) mm.
Dalam menghitung besar luasan area magnet ditentukan dari ukuran dan bentuk dari magnet. Melalui perhitungan luas bidang lingkaran dan persegi panjang, maka untuk masing masing magnet dapat dihitung sebagai berikut : untuk magnet (20x2) mm :
π΄mag= Ο π₯ π 2 = Ο π₯ 10 2 mm2 = 314,15 mm2 = 3,14 π₯ 10β4 m2
untuk magnet (20x10x2) mm : π΄mag = π π₯ π
untuk magnet (30x10x2) mm : π΄mag= π π₯ π
= (30 π₯ 10) mm2 = 300 mm2 = 3,00π₯ 10β4 m2
Dengan perhitungan di atas, maka nilai luasan area magnet berbanding lurus dengan nilai ukuran magnet serta jarak antara magnet dalam satu rotor.
4. Menghitung fluks maksimum magnet
Menghitung fluks maksimum magnet adalah hasil dari perkalian antara luasan area magnet (Amag) dan kerapatan medan magnet (Bmaks) sesuai Persamaan 2.6 :
β maks= π΄mag π₯ π΅maks
Maka akan didapat nilai fluks maksimum magnet per jarak air gap dan jenis magnetnya. Semakin besar luasan area magnet dan kerapatan medan magnet, maka semakin besar pula fluks maksimum magnet yang diterima pada koil di stator.
5. Menghitung tegangan terinduksi
Rancangan generator MPFA tanpa inti yang memiliki stator 2 buah yang sama dan dipasang secara paralel dimana tegangan terinduksinya dirumuskan
Rancangan generator MPFA tanpa inti yang memiliki stator 2 buah yang sama dan dipasang secara paralel dimana tegangan terinduksinya dirumuskan