• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Permainan Snake and Ladder dalam Pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI

C. Media Snake and Ladder

5. Manfaat Permainan Snake and Ladder dalam Pembelajaran

48

a. Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak melalui proses pembelajaran bermain sambil belajar.

b. Merangsang pengembangan daya pikir, daya cipta, dan bahasa agar mampu menumbuhkan sikap, mental, serta akhlak yang baik.

c. Menciptakan lingkungan bermain yang menarik, memberikan rasa nyaman, dan menyenangkan.

d. Meningkatkan kualitas pembelajaran anak dalam perkembangan fisik-motorik, bahasa, intelektual, moral, sosial, maupun emosional. (Andang Ismail dalam Iva Rifa, 2012: 12)

Selain terkait dengan pembelajaran, permainan juga terkait dengan perkembangan siswa, anatara lain :

a. Melatih kemampuan motorik b. Melatih konsentrasi

c. Kemampuan sosialisasi meningkat (termasuk berkompetisi) d. Melatih keterampilan berbahasa

e. Menambah wawasan

f. Mengembangkan kemampuan untuk problem sloving g. Mengembangkan jiwa kepemimpinan

h. Mengembangkan pengetahuan tentang norma dan nilai i. Meningkatkan rasa percaya diri (Iva Riva, 2012: 15)

Berkaitan dengan hal tersebut tujuan dari permainan ular tangga sebagai media pembelajaran adalah agar siswa belajar secara menyenangkan. Selain itu dapat melatih siswa tentang sikap jujur dan

49

mengerti peraturan (Iva Riva, 2012: 95). Menurut pendapat Ahmad Susanto (2011: 4) mengemukakan bahwa manfaat dari permainan ular tangga antara lain : a) anak belajar keteraturan, peraturan, dan latihan menjalani komitmen dari yang dibangun dalam permainan, b) anak akan belajar memecahkan masalah, c) anak berlatih sabar menunggu giliran.

Menurut Imam Malik Ralibi (2008: 23), permainan yang diselenggarakan dalam pembelajaran dapat meningkatkan kompetensi khususnya kompetensi perkembangan anak. Kompetensi dari hasil permainan yaitu :

a) Self Awareness, yaitu kemampuan menyadari emosi dan pikiran di dalam diri sendiri serta menyadari tindakan apa yang harus dilakukan atau emosi apa yang sedang disadarinya.

b) Self Direction, yaitu kemampuan menggunakan pilihan-pilihan dalam menghadapi persoalan.

c) Self Management, yaitu kemampuan mengelola atau mengorganisasi persoalan atau tugas.

d) Empathy, yaitu kemampuan menyadari emosi yang dirasakan oleh orang lain.

e) Assertive, yaitu kemampuan mengkondisikan diri diantara perilaku submisif (cenderung mengikuti) dan agresif.

f) Folloership, yaitu kemampuan menposisikan diri untuk dipimpin orang lain.

50

g) Creative Thinking, yaitu kemampuan berpikir dengan cara memadukan pengalaman pikiran dan tindakannya dalam menghadapi persoalan.

h) Tema Work, yaitu kemampuan bekerjasama dalam sebuah tim. i) Problem Solving, yaitu kemampuan memecahkan persoalan. j) Oppeness, yaitu kemampuan membuka diri terhadap orang lain. k) Tema Spirit, yaitu kemampuan menghidupakn semangat secara

kolektif.

l) Effective Comunication, yaitu kemampuan berinteraksi satu sama lain baik secara verbal maupun nonverbal.

m) Self Communication, yaitu kemampuan berinteraksi satu sama lain baik secara verbal maupun nonverbal.

n) Self Motivation, yaitu kemampuan memacu motivasi dari dalam diri. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat permainan ular tangga yaitu : a) dapat meningkatkan perkembangan fisik-motorik, bahasa, intelektual, moral, sosial, maupuan emosional siswa, b) dapat melatih siswa dalam memecahkan masalah, c) dapat melatih anak belajar aturan dan komitmen dalam sebuah permainan, d) melatih percaya diri dan tanggung jawab. Dari manfaat tersebut diharapkan permainan ular tangga dapat menjadi media pembelajaran yang menyenangkan dan mengembangkan sikap siswa mengenai peraturan.

51 D. KARAKTERISTIK SISWA SD

Usia anak sekolah dasar berada di antara umur 6-12 tahun. Siswa sekolah dasar adalah meraka yang mengalami tahap perkembangan dari masa kanak-kanak memasuki masa remaja awal. Di masa ini anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang dalam perubahan fisik maupun mental kearah yang lebih baik. Guru atau pendidik memiliki peran penting sehingga tidak mungkin mengabaikan kehadiran dan kepentingan mereka. Pendidik selalu dituntut untuk memahami betul setiap karakteristik anak didik serta tujuan kegiatan belajar mengajarnya.

Menurut Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003, menerangkan bahwa peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Istilah peserta didik pada pendidikan formal/sekolah jenjang dasar dan menengah dikenal dengan nama anak didik atau siswa, pada pendidikan pondok pesantren disebut santri, dan pada pendidikan keluarga disebut anak.

Menurut Dwi Siswoyo (2007: 87) menyatakan bahwa peserta didik merupakan anak-anak yang membutuhkan bantuan orang lain untuk berkembang. Setiap anak memiliki potensi dan bakat yang mungkin tumbuh dan berkembang melalui pendidikan, oleh karena itu peserta didik sangat membutuhkan bantuan dari orang dewasa. Peserta didik sangat bergantung dan membutuhkan bantuan dari orang lain yang memiliki kewibawaan dan kedewasaan.

52

Peserta didik memiliki keunikan masing-masing dan ini yang membedakan antar dirinya dengan makhluk hidup lain. Menurut Dwi Siswoyo (2007: 87) menerangkan bahwa sebagai makhluk hidup peserta didik akan mengalami perkembangan sejak lahir sampai meninggal dengan perubahan yang terjadi secara wajar. Pendidik atau guru harus memperhatikan tugas perkembangan anak usia dasar. Menurut Havighurst (dalam Desmita, 2009: 35), tugas perkembangan anak usia dasar meliputi:

a. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik.

b. Membina hidup sehat.

c. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok.

d. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin

e. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat

f. Memperoleh konsep untuk berpikir efektif g. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai h. Mencapai kemandirian pribadi

Masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi 2 fase menurut Rita Eka, dkk (2008: 116), yaitu anak masa kelas rendah sekolah dasar yang berusia enam atau tujuh tahun sampai sembilan atau sepuluh tahun, biasanya duduk di kelas I, II, dan III dan anak masa kelas tinggi sekolah dasar yang berusia sembilan atau sepuluh tahun sampai dua belas atau tiga belas tahun, biasanya duduk di kelas IV, V, dan VI. Ciri-ciri kelas rendah meliputi :

53

a. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah. b. Suka memuji diri sendiri.

c. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, maka tugas atau pekerjaan itu tidak penting.

d. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu yang menguntungkannya.

e. Suka meremehkan orang lain.

Berdasarkan ciri-ciri di atas Hurlock (2008: 146) menyatakan bahwa terdapat beberapa label yang diberikan kepada peserta didik dengan sebutan masa kanak-kanak. Label tersebut mencerminkan ciri-ciri yang ada pada peserta didik, yaitu :

a. Label yang digunakan oleh orang tua

Hurlock menjelaskan bahwa orang tua memiliki label tersediri untuk anaknya, antara lain jika usia anak-anak merupakan usia yang menyulitkan karena pada usia ini mereka sulit diatur, usia yang suka bertengkar, usia yang suka ceroboh, dan lain-lainnya.

b. Label yang diberikan oleh pendidik

Pendidik memberikan label pada usia sekolah dasar. Pada usia ini diharapakan mereka memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang penting untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan dewasanya dan masa usia kritis, dimana anak memiliki dorongan berprestasi dan membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses.

54

c. Label yang diberikan oleh ahli psikologis

Ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak merupakan masa usia yang suka berkelompok, yaitu perhatian pertama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman sebayanya sebagai anggota kelompok. Pada masa ini disebut sebagai usia penyesuaian diri, karena ingin bergabung dengan kelompok teman sebayanya maka mereka akan menyesuaikan dengan standar yang disetujui dalam kelompoknya.

Sesuai dengan beberapa karakteristik di atas, siswa memiliki kebutuhan dalam rentang usianya, seprti :

1) Anak SD senang bermain

Pada karakteristik ini menuntut guru untuk melaksanakan pembelajaran yang bermuatan permainan, lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru merancang cara pembelajaran yang didalamnya terdapat unsur permainannya.

2) Anak SD senang bergerak

Anak SD dalam masa tumbuh kembang oleh karena mereka sangat aktif apalagi dari segi fisiknya. Sulit untuk membuat anak-anak usi SD apalagi kelas rendah dapat duduk diam selama berjam-jam. Mereka paling lama dapat duduk dengan diam adalah 30 menit. Oleh karena itu guru harus dapat merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak aktif bergerah namun terarahkan.

55

Anak SD dalam pergaulannya dengan kelompok sebayanya sangat diperhatikan, mereka belajar berbagai aspek dalam proses sosialisasinya, seperti belajar memenuhi peraturan kelompok, belajar setia kawan, belajar bertanggung jawab dan lain sebagainya. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang pembelajaran yang memungkinkan anak-anak bekerja kelompok atau belajar kelompok. 4) Anak SD senang melakukan atau memperagakan sesuatu secara

langsung

Ditinjau dari teori perkembangan kognitifnya Piaget, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah ia balajar menghubungkan konsep-konsep lama. Pada pembelajarannya siswa akan lebih paham ketika mereka melaksanakan sendiri dan mengalami sendiri dari materi tersebut.

Hurlock (2008: 158) menyebutkan bahwa anak-anak juga disebut sebagai usia kreatif, berdasarkan tingkat kreatifitasnya yang dimiliki anak menunjukkan apakah anak menjadi konformis atau pencipta karya yang baru. Akhir masa kanak-kanak seringkali disebut sebagai usia bermain, hal ini karena luasnya minat dan kegiatan bermain serta bukan kerana banyaknya waktu untuk bermain. Pada usia sekolah mereka bermain dengan dimensi. Mereka tidak hanya senang dengan permainan fisik tetapi juga keterampilan intelektual, fantasi, dan terlibat dalam kelompok sudah mulai terlihat. Anak mulai belajar sendiri dan perilakunya sudah dapat diterima serta anak mulai menyesuaikan diri. Permainan tim atau kelompok akan melatih tanggung

56

jawabnya. Pada perkembangan kognitifnya, aktivitas bermainnya berfungsi untuk belajar berhubungan dengan lingkungannya, belajar mengenai objek dan bagaimana menggunakannya. Anak mulai dapat mengatasi masalah, berpikir abstrak, dapat meningkatkan kemampuan berbahasanya, dan menolong anak untuk membedakan fantasi dan realita.

Anak usia sekolah dasar ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak usia yang yang lebih muda. Mereka masih senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.bermain merupakan aspek yang paling penting untuk membantu perkembangan kognitif pada kelas awal-awal sekolah dasar (Veale dalam K.Eileen Allen, 2010: 162). Hal ini juga diterangkan oleh pendapat Hurlock (2008: 159) menerangkan bahwa bermain dianggap sangat penting untuk perkembangan fisik dan psikologis anak, karena anak sudah menghabiskan waktu untuk sekolah dan menyelesaikan pekerjaan, sehingga anak harus diberi waktu dan kesempatan untuk bermain, dan dirdorong untuk bermain.

Berdasarkan uraian karakteristik siswa di atas, makan dapat disimpulkan bahwa setiap siswa itu unik, dan membutuhkan bantuan orang dewasa dalam menjalankan tugas perkembangannya, agar siswa dapat mencapai perkembangannya baik di sekolah maupun lingkungannya. Pada tahap usia sekolah dasar khususnya kelas 3 atau kelas rendah masuk ke dalam tahap dimana mereka masih senang bermain, senang bergerak, bekerja dalam kelompok dan senang mempraktikkan secara langsung. Usia kelas 3 SD

57

banyak dihabiskan anak untuk bermain degan teman sebayanya untuk menunjang perkembangan fisik dan psikologisnya. Selain itu berkaitan dengan perkembangan sosialnya mereka mulai bekerja sama dengan temannya.

Dokumen terkait