• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manusia dalam Pengaruh Motivasi Kerja Perspektif Islam

NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN DALAM KESEJAHTERAAN KARYAWAN

B. Manusia dalam Pengaruh Motivasi Kerja Perspektif Islam

Dalam pembahasan tentang motivasi kerja dalam perspektif Islam, sebagaimana dicatat dalam surat An-Nahl/16 ayat 97:

َ ف ٌنِمْؤُم َوُهَو ىَثْ نُأ ْوَأ ٍرَكَذ ْنِم اًِلْاَص َلِمَع ْنَم ِزْجَنَلَو ًةَبِِّيَط ًةاَيَح ُهَّنَ يِيْحُنَل

ِنَسْحَِبَ ْمُهَرْجَأ ْمُهَّ نَ ي

َنوُلَمْعَ ي اوُناَك اَم

Artinya:

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah

Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman. (Depag, 1971:417)

Ayat tersebut menerangkan bahwa setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan bila bekerja yang baik dan dalam keadaan beriman maka mereka akan mendapatkan yang nilainya lebih baik dari apa yang dikerjakannya. Padahal ini dapat memberikan motivasi dalam bekerja, sedangkan bekerja menurut karyawan adalah ibadah, baik untuk dunia maupun ibadah untuk akhirat.

Karyawan mengetahui bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dan penakdiran Allah SWT sehingga jiwanya selalu merasa puas terhadap segala apa yang diperuntukkan kepadanya. Jika hati mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan amal soleh yang diperintahkan itu betul-betul disyariatkan oleh Allah SWT, maka di dunia Allah akan memberikan kehidupan yang baik, sedangkan di akhirat Allah akan membalasnya dengan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Semua yang disebutkan di atas disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abdullah bin Amr, bahwa Rasulullah Saw bersabda:

َحَلْ فَأ ْدَق َّ نَ قَو اًفاَفَك َقِزُرَو َمَلْسَأ ْنَم

ُهَتآ اَِبِ َُّللَّا ُهَع

Artinya:

“Sungguh telah beruntung orang yang berserah diri kepada Allah SWT, dan lalu di berikan rezeki yang cukup (tidak berlebihan), sedang hatinya qana’ah (rela dan menerima) terhadap apa yang telah diberikan Allah.”(HR Muslim)

Hadis tersebut menjelaskan suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh kesenangan dan kedamaian berkat dia merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan merupakan kehidupan bahagia dalam dunia ini.

Jiwanya rela dan ikhlas menerima takdir karena penuh dengan kerinduan akan janji Allah. Jiwanya hanya tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari pada-Nya serta bebas dari perbudakan benda duniawi. Dengan demikian, maka seorang karyawan yang bekerja dengan benar, akan menerima dua imbalan, yaitu imbalan di dunia dan imbalan di akhirat.

Dalam menafsirkan surah An-Nahl/16 ayat 97 ini, Quraish Shihab menjelaskan dalam kitabnya Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa “Barang siapa yang mengerjakan amal soleh, apapun jenis kelaminnya, baik laki-laki maupun perempuan, sedang dia adalah mukmin, yakni amal yang dilakukannya lahir atas dorongan keimanan yang shahih, maka sesungguhnya pasti akan kami berikan kepadanya masing- masing yang baik di dunia ini dan sesungguhnya

akan kami berikan balasan kepada mereka semua, di dunia dan di akherat dengan pahala yang lebih baik dan berlipat ganda dari apa yang telah mereka kerjakan.”

Ayat 97 surah al-Nahl/16 ini menegaskan bahwa balasan atau imbalan bagi mereka yang beramal saleh adalah imbalan dunia dan imbalan akhirat. Amal saleh oleh syeikh Muhammad Abduh didefinisikan sebagai segala yang berguna bagi pribadi, keluarga, kelompok dan manusia keseluruhan.

Menurut definisi Muhammad Abduh dan Zamakhsari, maka seorang yang bekerja pada suatu badan usaha (perusahaan) dapat dikategorikan sebagai amal saleh, dengan syarat perusahaannya tidak memproduksi atau menjual atau mengusahakan barang-barang yang haram.

Berdasarkan uraian tentang fungsi manusia sebagai hamba Allah yang termotivasi dalam bekerja, maka penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam surah An- Nahl/16 ayat 97 oleh karyawan Bank Islam di Kalimantan Selatan sudah baik. Hal ini terbukti berdasar studi menunjukkan bahwa karyawan melaksanakan pekerjaan dengan baik berdasar motivasi ibadah kepada Allah SWT, Berkehidupan Untuk Akhirat, Bekerja dengan hati2 dan jujur, Bermanfaat, Jihad di Jalan Allah sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam. Hasil ini menunjukkan bahwa karyawan telah bekerja secara islami terutama telah mengamalkan nilai dalam surah An-Nahl/16 ayat 97.

Implementasi surah tersebut dapat terlihat dalam bekerja bahwa karyawan bekerja dengan hati- hati dan jujur, bekerja untuk mendapatkan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain serta di dunia dan akherat sehingga dalam bekerja selalu dapat memberikan sesuatu yang baik kepada diri sendiri maupun orang lain dalam rangka berjihad dijalan Allah.

Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan psikologis Allah SWT telah memberikan ciri-ciri khusus pada setiap makhluk sesuai dengan fungsi-fungsinya. Di antara ciri-ciri khusus terpenting dalam tabiat penciptaan manusia adalah motivasi fisiologis. Motivasi ini merupakan sisi penting kehidupan manusia yang mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan fisik, memenuhi atau menggantikan setiap kekurangan, dan meluruskan kegoncangan atau ketidakseimbangan (Darmawan, 2006:231).

Menurut Anshari (1993: 2) bahwa motivasi spiritual seorang muslim terbagi menjadi tiga yaitu motivasi tauhid, motivasi ibadah, dan motivasi mu'amalat. Motivasi tauhid adalah keyakinan hidup yaitu pengikraran yang bertolak dari hati, artinya bahwa motivasi dari dalam yang muncul akibat kekuatan akidah tersebut. sedangkan motovasi ibadah merupakan tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan ritual langsung antara hamba Allah dengan Tuhannya yang tata caranya ditentukan secara rinci dalam Alquran dan Sunnah.

Motivasi muamalat merupakan tata aturan Ilahi yang

mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan materi (Anshari, 1993:7). Motivasi diukur oleh nilai-nilai ilahiah, yaitu tingkat harap (roja’) dan ketakutan (khauf) di dalam diri terhadap sebuah cita-cita orang yang mempunyai nilai harap yang tinggi, melalui niat dengan disertai penuh harap bahwa kerja adalah suatu ibadah dalam kerangka mencari keridhoan Allah, kepedulian terhadap pekerjaan, pekerjaan menyenangkan dan menantang dan pekerjaan memberikan kesempatan untuk belajar (Anshari, 1993: 6).

Inti dari perspektif Islam tentang motivasi kerja adalah mencari keberuntungan di dunia maupun di akhirat, keberuntungan disini artinya selain manusia bekerja dan berusaha yang diperuntukan berhasil dan tidaknya adalah Allah yang maha kuasa adalah dalam bekerja manusia harus melihat baik buruknya suatu pekerjaan tidak berdasar duniawi saja tetapi juga balasan di akherat nanti. Sedangkan hasil pekerjaan orang kafir hanya dapat dinikmati di dunia saja (Zadjuli, 1999:16). Dengan demikian, maka motivasi merupakan usaha untuk menggerakkan para karyawan untuk melaksanakan pekerjaan organisasi/lembaga dengan penuh kesadaran pribadi bukan dengan paksaan

.