• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

4. Maqashid Syariah

a) Definisi dan Konsep Maqashid Syariah

Menurut bahasa Maqasid Syariah terdiri dua kata, maqashid dan syariah. Maqashid merupakan bentuk kata jamak dari maqshad yang berarti maksud, sedangkan syariah merupakan pengertian dari hukum-hukum Allah yang ditetapkan untuk segenap umat manusia sebagai panduan hidup didunia maupun diakhirat. Sehingga dari dua istilah tersebut, maqasid syariah berarti kandungan nilai yang menjadi tujuan persyariatan hukum. Secara literal, Maqashid Syariah memiliki arti tujuan-tujuan syariah yang digunakan untuk mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat.69Imam Al-Ghazali memaknai Maqashid al-Syariah sebagai “penjagaan terhadap maksud dan tujuan syariah adalah upaya mendasar untuk bertahan hidup, menahan faktor-faktor kerusakan dan mendorong terjadinya kesejahteraan”.

Para ulama sepakat bahwa setiap hukum syariah pasti memiliki

illah (pedorong utama munculnya suatu hukum) dan maqashid (tujuan

69 Mingka, Agustianto.2014. Maqashid Syariah dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

58

yang untuknya hukum tersebut dibuat)70. Ide sentral dari perlindungan terhadap tujuan-tujuan syariah atau maqashid al-Syariah adalah terciptanya maslahah. Maslahah adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia yang dapat diraih oleh manusia dengan cara memperoleh maupun menghindarinya. Jadi, untuk menghindari terjadinya kerusakan (mafsadah) juga merupakan wujud mencapai maslahah.

Kesepakatan ulama ini di dukung oleh suatu pemikiran yang dirumuskan oleh Imam Syatibi, yang mana menurutnya Allah menurunkan syariat (aturan hukum) untuk memperoleh kemaslahatan dan menghindari kemudhorotan (jalbul mashalih wa dar’ul mafasid)71.

Dengan kata lain, aturan-aturan hukum Allah ini hanyalah semata-mata demi kemaslahatan umat manusia itu sendiri. Melalui pemikiran ini lah, Imam Syatibi kemudian membagi maslahat menjadi tiga bagian penting yaitu, dharuriyat (primer), hajiyyat (sekunder) dan tahsinat (tersier)72, berikut penjelasannya:

(1) Daruriyyah (primer), penegakan kemaslahatan agama dan dunia. Jika daruriyah hilang maka kemaslahatan dunia dan akhirat juga

70 Badruzaman, Abad. 2014. Dari ‘illah ke maqasid: Formula Dinamisasi Hukum Islam di Era Kekinian Melalui Pengembangan Maqasid. Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan: Ijtihad. Volume 14, No 1, Hal 65-80

71 Kasdi, Abdul. 2014 Maqasid Syari’ah Perspektif Imam Syatibi dalam Kitab Al- Muwafaqat. Yudisia, Vol.5, No.1 Juni 2014

59

hilang (terjadi kerusakan). Lima poin yang perlu dijaga agar kebutuhan dasar manusia tercapai: Dien, Nafs, ‘Aql, Nasl, dan Maal. (2) Hajiyyah (sekunder), hal-hal yang dibutuhkan untuk mewujudkan

kemudahan dan menghilangkan kesulitan yang dapat menyebabkan bahaya dan ancaman. Jika hajjiyah tidak ada maka tidak berdampak kepada kemaslahatan umum.

(3) Tahsiniyyah (tersier), kebiasaan-kebiasaan yang baik dan menghindari yang buruk sesuai dengan apa yang telah diketahui oleh akal sehat.

b) Aspek Maqashid Syariah

Dalam focus kajian dalam maqshid Syariah terdapat 3 pembagain klasifikasi berdasarkan kepentingan masing-masing tingkatan, daintaranya adalah Dharuriyat, Hajiyat dan Tahsiniyat. Berikut penjabarannya:73

(1) Menjaga al-Dharurriyat

Yaitu sesuatu yang sangat perlu dipelihara atau diperhatikan, seandainya tidak atau terabaikan akan membawa kepada tidak ada atau tidak berartinya kehidupan. Di sini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

(a) Menjaga Agama (hifdz ad-din)

73 Zainil, Gulam. 2016. Implementasi Maqashid Syariah dalam Koperasi Syariah. Jurnal Iqtishoduna Vol 17 No. 1

60

Aspek ini sangat lah penting, mengingat agama menjadi hal mutlak dijaga sebagai dasar penting pedoman dan tujuan hidup manusia, seperti menjaga ibadah, sholat, puasa, zakat, sertamenjauhi larangannya dan menyeru pada kebaikan. Sebagaimana firman Allah swt:

ِنوُدُب ۡعَيِل َّلاِإ َسنِ ۡلإٱَو َّنِجۡلٱ ُتۡقَلَخ اَمَو ٥٦

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku74

(b) Menjaga Jiwa (hifdz nafs)

Pemeliharaan ini merupakan tujuan kedua hukum Islam, karena itu hukum Islam wajib memelihara hakmanusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Untuk itu hukum islam melarang pembunuhan sebagaiupaya menghilangkan jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana yang dipergunakan oleh manusia danmempertahankan kemaslahatan hidupnya. Sebagaimana firman Allah swt, pada Surat Al-Furqan Ayat 68:

ۡفَّنلٱ َنوُلُت ۡقَي َلاَو َرَخاَء ا هََٰلِإ ِ َّللَّٱ َعَم َنوُع ۡدَي َلا َنيِذَّلٱَو َُۚنوُن ۡزَي َلاَو ِّقَحۡلٱِب َّلاِإ ُ َّللَّٱ َمَّرَح يِتَّلٱَس

ا ٗماَثَأ َقۡلَي َكِل ََٰذ ۡلَعۡفَي نَمَو ٦٨

Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya)75

74QS. Ad-Dhariat: 56 75QS. Al-Furqan: 68

61 (c) Menjaga Akal (hifdz ‘aql)

Akal merupakan sumber hikmah (pengetahuan), sinar hidayah, cahaya matahari, dan media kebahagianmanusia di dunia dan akhirat. Dengan akal, surat perintah dari Allah disampaikan, dengannya pula manusia berhak menjadi pemimpin di muka bumi, dan dengannya manusia menjadi sempurna, mulia, dan berbeda dengan makhluk lainnya. Maka dengan menjaga salah satu kelebihan yang Allah berikan kepada manusia berupa akal ini dapat diterapkan dengan senantiasa mau belajar, memperdalam keilmuan agama dan umum, serta gemar mentadabburi alam untuk dapat merasakan ilmu yang alam sekitar berikan. Allah swt berfirman dalam Surat Al- Isra’ ayat 70:

ُهََٰنۡلَّضَفَو ِتََٰبِّيَّطلٱ َنِّم مُهََٰنۡقَزَرَو ِر ۡحَبۡلٱَو ِّرَبۡلٱ يِف ۡمُهََٰنۡلَمَحَو َمَداَء يِنَب اَن ۡمَّرَك ۡدَقَلَو۞ َٰىَلَع ۡم

ٗلايِضۡفَت اَنۡقَلَخ ۡنَّمِّم ٖريِثَك ٧٠

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”76

(d) Menjaga Keturunan (hifdz an-nasl)

Aspek menjaga keturunan ini mensyariatkan adanya larangan perzinaan, munuduh zina, terhadap perempuan muhsonat,

62

danmenjatuhkan pidana bagi setiap orang yang melakukannya Agar kemurnian darah dapat dijaga dan kelanjutanumat manusia dapat diteruskan. Hal ini tercermin dalam hubungan darah yang menjadi syarat untuk dapat saling mewarisi, dan larangan berzina yang terdapat dalam surat Al-Isra’ ayat 32:

ٗلايِبَس َء اَسَو ٗةَشِحََٰف َناَك ۥُهَّنِإ َۖ َٰىَنِّزلٱ ْاوُبَرۡقَت َلاَو ٣٢

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk77

(e) Menjaga Harta (hifdz maal)

Menjaga harta untuk senantiasa bersumber dari jalan yang di ridhoiNya adalah menjadi hal mutlak untuk ditegakkan, mengingat dari rizki yang kita peroleh jika tidak berasal dari jalan yang halal maka dapat dipastikan setiap sesuap makanan yang kita konsumsi dari hasil harta non-halal tersebut akan menjadi darah api kelak diakhirat, serta akan menghambat diterimanya amal ibadah dan perbuatan manusia oleh sebab ketidak halalan harta tersebut. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah swt dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 29:

َء َنيِذَّلٱاَهُّيَأ ََٰي ُۚۡمُكنِّم ٖضاَرَت نَع ةَر ََٰجِت َنوُكَت نَأ َّلاِإ ِلِطََٰبۡلٱِب مُكَنۡيَب مُكَل ََٰو ۡمَأ ْا وُلُكۡأَت َلا ْاوُنَما

ا ٗميِحَر ۡمُكِب َناَك َ َّللَّٱ َّنِإ ُۚۡمُكَسُفنَأ ْا وُلُتۡقَت َلاَو ٢٩

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah

63

kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu78

(2) Menjaga al-Hajiyat

Maslahah Hajiyat ini ialah persoalan-persoalan yang dibutuhkan manusia untuk menghilangkan kesulitan dankesusahan yang dihadapi. Dengan kata lain, dilihat dari segi kepentingannya, maka maslahat ini lebih rendah tingkatannya dari maslahat daruriyat. Diantara ketentuan hukum yang disyariatkan untuk meringankan dan memudahkan kepentingan manusia ialah semua keringanan yang dibawa oleh ajaran Islam, seperti boleh berbukapuasa bagi musafir, dan orang yang sedang sakit, dan mengqasar shalat ketika dalam perjalanan. Contoh yang disebutkan ini merupakan kemaslahatan yang dibutuhkan manusia. sekiranya tidak dapat diwujudkan dalamkehidupan tidaklah akan mengakibatkan kegoncangan dan kerusakan, tetapi hanya akan menimbulkan kesulitan saja.

(3) Menjaga Tahsiniyah

Yang dimaksud dengan maslahat jenis ini ialah sifatnya untuk memelihara kebagusan dan kebaikan budi pekerti serta keindahan saja. Sekiranya kemaslahatan ini tidak dapat diwujudkan dalam kehidupan tidaklah menimbulkan kesulitan dan kegoncangan serta rusaknya

64

tatanan manusia. Dengan kata lain, kemaslahatan ini lebih mengacu kepada keindahan saja.

Dokumen terkait