• Tidak ada hasil yang ditemukan

DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Masa Awal Mengajar (Periode 3 Bulan Pertama)

Masa awal mengajar merupakan periode masa observasi setelah subjek resmi diterima bekerja di SLB-B Karnnamanohara. Periode masa awal adalah 3 bulan pertama subjek mengajar di sekolah. Di masa awal mengajar, subjek mendapatkan kelas di kelas taman. Pada masa awal mengajar, subjek masih didampingi oleh guru senior. Tugas dari guru senior tersebut adalah memberikan contoh cara mengajar di kelas dan sekaligus melakukan observasi terhadap cara

mengajar subjek. Observasi ini digunakan sebagai bahan untuk evaluasi dalam penempatan guru baru di SLB-B Karnnamanohara.

Ditinjau dari aspek yang ada dalam penyesuaian diri, berikut ini adalah pembahasan hasil penelitian terhadap subjek berdasarkan aspek penyesuaian diri di masa awal mengajar.

a.Aspek Pribadi

1) Tanda fisiologis

Berdasarkan hasil wawancara, subjek menyatakan bahwa selama proses awal mengajar tidak mengalami sakit atau terjangkit suatu penyakit (sht.76). Sakit yang dimaksud bisa berupa pusing, sakit perut, kejang hingga penyakit membahayakan lainnya. Selama menjalani masa masa-masa awal, subjek merasa tidak mengalami gangguan terkait dengan kondisi tubuhnya. Tidak adanya keluhan terkait dengan kesehatan menjadi salah satu faktor yang membantu subjek melewati masa observasinya dengan lancar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Lazarus (1961) bahwa tubuh manusia juga bisa menjadi salah satu tanda bagi perkembangan diri. Hal tersebut juga berlaku ketika seseorang menyesuaikan diri, dimana penyesuaian diri yang baik akan membentuk fisik yang sehat.

Saat masa observasi, subjek sempat menangis melihat kondisi anak-anak yang berada di kelas (mng.21). Reaksi spontan

subjek ini muncul ketika melihat kondisi anak di dalam kelasnya. Pemikiran subjek yang membuatnya menangis adalah saat melihat anak dalam satu kelas tersebut hampir semuanya tidak dapat berbicara (kbs.22).

Di sisi lain, subjek yang merasakan tubuhnya sehat mengalami gejala fisik lainnya. Subjek menjelaskan bahwa pada saat awal masa mengajar, subjek sempat mengalami keringat dingin dan jantung berdebar kencang (kdj.65-67). Gejala fisik ini muncul beberapa kali ketika masa observasi berlangsung.

2) Gejala psikis

Subjek sempat mengalami penurunan rasa percaya diri. Pernyataan subjek yang mengungkapkan hal tersebut adalah subjek sempat berpikir tidak bisa dan ini diungkapkan beberapa kali (kpd.22, kpd.33, kpd.60). Pemikiran subjek didasari oleh munculnya rasa keraguan dalam dirinya (kpd23, kpd.60-63).

Rasa percaya diri subjek yang menurun akhirnya mempengaruhi respon mental secara keseluruhan. Subjek mengatakan bahwa dirinya merasa “down” ketika pertama kali masuk dan bergabung dengan rekan kerja di kelas (kpd.20). Persiapan mental yang subjek katakan menjadi bukti bahwa dirinya merasa kesulitan untuk menjalani masa observasi. Hal ini diperkuat dengan kebingungan subjek ketika harus mengajar. Pertanyaan mulai muncul dalam diri subjek yaitu tentang

bagaimana cara mengajar, cara penyampaian (ct.23-24), semua membuat subjek semakin merasa cemas dan takut.

Berbagai gejala psikis tersebut mempengaruhi kepuasan diri subjek secara menyeluruh. Masa awal mengajar bagi subjek merupakan masa yang cukup sulit hingga menimbulkan rasa cemas dan takut. Namun, subjek juga merasakan bahwa apa yang dihadapinya adalah sebuah tantangan.

b. Aspek Sosial

1) Relasi interpersonal yang masih kaku

Lingkungan sekolah menjadi ruang lingkup yang diteliti oleh peneliti. Subjek menjadi guru sejak tahun 2005 sampai dengan saat ini. Subjek sebagai guru memiliki peran ganda di dalam sekolah, sebagai guru bagi siswa dan sebagai karyawan untuk sekolah. Selama masa awal mengajar, subjek merasa banyak sekali bantuan yang diperoleh dari rekan kerja yang senior meskipun belum terlalu mengenal karateristik mereka (rik.31-32). Namun, di awal masa mengajar ini subjek juga melihat rekan kerja tersebut sebagai senior dan observer. Hal ini berpengaruh pada cara subjek berelasi, cenderung kaku karena adanya batasan antara observer dan yang diawasi (rik.65-66).

Selain dengan rekan kerja, relasi interpersonal subjek juga dibangun dengan siswa. Relasi yang terjalin diantara

keduanya juga menunjukkan adanya kekakuan, terutama dalam berkomunikasi. Subjek yang merupakan warga baru sekolah tersebut belum begitu terampil dan terbiasa dalam berkomunikasi dengan siswa yang kondisinya tidak bisa mendengar.

2) Kesulitan berkomunikasi dengan siswa

Berbahasa dengan siswa menjadi salah satu aspek yang menurut subjek cukup sulit dilakukan di masa awal mengajar ini (kks.244). Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman subjek yang masih nol atau sama sekali belum pernah berelasi dengan anak tunarungu. Kesulitan ini juga menjadi salah satu pemicu rasa cemas yang muncul dalam diri subjek. Rasa cemas yang muncul tersebut dikarenakan pemikiran subjek akan penerimaan siswanya di kelas. Subjek merasa takut jika tidak bisa menyampaikan dengan baik. Selain itu, ada kecemasan dari diri subjek jika maksud dari pembicaraannya tidak dapat dimengerti oleh anak (kks.61-62).

3) Keraguan keluarga akan karir subjek

Relasi dengan keluarga merupakan salah satu relasi yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses penyesuaian diri individu. Begitu pula dengan subjek, dimana relasi yang terjalin diantara keduanya cukup baik. Namun, subjek sempat merasakan bahwa ada semacam keraguan akan karirnya sebagai pengajar di SLB-B dari pihak keluarga. Hal ini nampak pada sikap keluarga

subjek dengan menunjukkan reaksi terkejut ketika mendengar subjek memutuskan untuk bekerja di SLB-B sebagai pengajar (krk.127). Subjek menuturkan juga bahwa dirinya tidak memiliki rencana sama sekali untuk menjadi seorang guru, terlebih guru anak tunarungu. Hal inilah yang mungkin membuat keluarga menjadi ragu dengan karir subjek ke depan. Dalam hal ini, subjek menjelaskan kepada keluarganya bahwa pilihannya tersebut akan dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab (krk.127-130).

c.Tugas Sekolah (Pemenuhan Tugas Sekolah Belum Maksimal)

Sekolah adalah sebuah lembaga. Jadi bagaimanapun, subjek termasuk ke dalam sebuah lembaga dengan segala peraturan dan tanggungjawabnya. Salah satu tanggungjawab ketika subjek menjalani tugas sebagai guru adalah menjaga kelas agar tetap terkondisi sehingga memudahkan guru untuk mengajar (ptbm.89). Di awal masa mengajar, subjek sempat mengalami kesulitan atas banyaknya tuntutan yang harus dilaksanakan, khususnya terkait dengan pengajaran di kelas, dimana pengetahuan subjek belum banyak. Salah satu contohnya adalah keutamaan guru untuk bisa menulis latin dan menggambar (ptbm.68-69). Hal ini juga menjadi salah satu pemicu munculnya ketakutan subjek dalam menjalani masa awal mengajar. Kemampuan menulis latin menjadi sangat

penting karena cara penulisan ini adalah sebagai sarana untuk memudahkan anak dalam pengenalan kata dan bahasa.