• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Masa Dewasa Dini

Hurlock (1991: 246) menjelaskan bahwa masa dewasa dini dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40 tahun. Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola kehidupan baru dan harapan sosial baru. Masa ini dianggap sangat sulit karena individu diharapkan mampu menyesuaikan diri secara mandiri tanpa bantuan orang lain, sedangkan individu seringkali mengalami kesulitan. Hal ini mengakibatkan individu ragu-ragu untuk meminta bantuan kepada orang lain karena takut dianggap belum dewasa.

1. Ciri-Ciri Masa Dewasa Dini

Hurlock (1991: 246-252) menyebutkan ciri-ciri khusus masa dewasa dini yang membedakan masa sebelum dan sesudahnya sebagai berikut:

29

a. Masa dewasa dini sebagai “masa pengaturan”, artinya pada masa

dewasa dini setiap individu memilih pola pola hidup dan bertanggungjawab atas pilihan tersebut.

b. Masa dewasa dini sebagai “usia reproduktif”. Apabila individu sudah

menyelesaikan pendidikan dan memulai kehidupan karir, maka individu akan memilih untuk menikah dan memiliki anak. Oleh karena itu, masa dewasa dini sering disebut sebagai usia reproduktif. c. Masa dewasa dini sebagai “masa bermasalah”. Pada masa dewasa

dini, individu harus menyesuaiakan diri dengan masalah-masalah orang dewasa yang berbeda dengan masalah yang dialaminya pada masa anak-anak maupun remaja. Permasalahan yang lain, individu pada masa dewasa dini seringkali malu meminta nasehat maupun bantuan kepada orang lain karena takut dianggap belum dewasa. Sebaliknya, orang tua maupun orang-orang yang di sekitarnya tidak bertanya mengenai permasalahan yang dihadapi karena dianggap mampu menyelesaikan masalah secara mandiri. Hal ini mengakibatkan masa dewasa muda dianggap sebagai suatu masa yang benar-benar sulit.

d. Masa dewasa dini sebagai masa ketegangan emosional. Pada masa dewasa dini, individu harus menyesuaikan diri dengan permasalhan orang dewasa. Selain itu individu dituntut mampu menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi. Apabila individu merasa tidak

30

mampu menyelesaikan masalah secara mandiri, maka akan timbul keresahan dan sering terganggu secara emosional.

e. Masa dewasa dini sebagai masa keterasingan sosial. Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya individu pada dunia pekerjaan, maka hubungan dengan teman-teman sebaya pada masa remaja menjadi renggang. Oleh karena itu, pada masa dewasa dini individu akan mengalami keterpencilan sosial atau yang disebut Erikson sebagai krisis keterasingan.

f. Masa dewasa dini sebagai masa komitmen. Pada masa dewasa dini individu akan lebih mandiri dan mengalami perubahan pola hidup baru yang memikul tanggung jawab baru sehingga individu akan membuat komitmen-komitmen yang baru.

g. Masa dewasa dini sering menjadi masa ketergantungan. Ada beberapa individu yang meragukan kemampuannya sehingga individu sering menggantungkan diri kepada orang tua.

h. Masa dewasa dini sebagai masa perubahan nilai. Seiring dengan pengalaman dan hubungan sosial individu, maka perubahan nilaipun akan terjadi. Hal tersebut dikarenakan individu memandang setiap nilai-nilai yang ada dengan kacamata orang dewasa.

i. Masa dewasa dini sebagai masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru. Masa dewasa dini merupakan masa penyesuaian diri. Seperti yang telah dijelaskan di atas, setiap individu akan memilih pola

31

hidupnya masing-masing sehingga individu dituntut untuk menyesuaikan diri dengan pola hidup yang baru.

j. Masa dewasa dini sebagai masa kreatif. Pada masa dewasa dini, individu terlepas dari peraturan-peraturan yang ada. Individu bebas mengembangkan kreatifitasnya. Oleh karena itu masa dewasa dini dianggap sebagai masa kreatif.

2. Minat Keagamaan pada Masa Dewasa Dini

Pada umumnya, di masa dewasa dini inidividu mampu mengatasi keraguan terhadap agama. Individu biasanya memiliki pandangan hidup yang didasarkan pada agama, yang mampu memberikan kepuasan. Seringkali individu meninggalkan agama yang dianut oleh keluarganya karena dianggap tidak memberikan kepuasan. Pada masa ini, individu kurang memperhatikan masalah mengenai agama dibandingkan pada waktu remaja dulu. Oleh sebab itu, Peacock menyebut periode usia dua puluh tahun sebagai periode dalam kehidupan yang paling tidak religius. Hal ini terlihat dari jarangnya individu pergi ke masjid, gereja atau tempat beribadah lainnya.

Namun, minat individu terhadap agama juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hurlock (1991: 258) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat keagamaan individu pada masa dewasa dini, yaitu:

32 a. Seks

Wanita cenderung lebih berminat pada agama dibandingkan pria. Selain itu, wanita juga akan lebih aktif dalam beribadah dan mengikuti organisasi keagamaan.

b. Kelas sosial

Golongan kelas menengan akan memiliki minat yang lebih tinggi pada agama dibandingkan golongan atas. Individu pada masa dewasa dini pada kelas menengan akan memiliki keinginan untuk terpandang dan sukses sehingga mereka akan lebih aktif dalam kegiatan keagaman.

c. Lokasi tempat tinggal

Individu yang tinggal di desa dan pinggiran kota akan menunjukkan minat yang lebih besar pada agama dibandingkan dengan individu yang tinggal di kota.

d. Latar belakang keluarga

Individu yang dibesarkan di keluarga yang rajin beribadah akan memiliki minat yang lebih tinggi pada agama dibandingkan dengan individu yang dibesarkan oleh keluarga yang kurang peduli pada agama.

e. Minat religius teman-teman

Individu yang sering bergaul dengan taman-teman maupun tetangga yang peduli pada agama akan memiliki minat yang lebih besar pada

33

agama dibandingkan individu yang bergaul dengan orang-orang yang kurang peduli pada agama.

f. Pasangan dari iman yang berbeda

Pasangan yang berbeda agama cenderung kurang aktif dalam urusan agama dibandingkan suami istri yang memiliki agama yang sama. g. Kecemasan akan kematian

Individu yang sangat memikirkan kematian akan memiliki minat yang lebih besar pada agama.

h. Pola kepribadian

Individu yang memiliki pola kepribadian otoriter akan memiliki sikap yang kaku terhadap agama lain. Sebaliknya, individu yang berpandangan seimbang akan lebih luwes terhadap agama lain dan biasanya lebih aktif dalam kegiatan keagamaan.

C. Perkawinan Beda Agama

Dokumen terkait