• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masa Perkembangan (1998 Sampai Sekarang)

BAB III : SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM LIBERAL DI

B. Tahap Perkembangan dan Tokoh Islam Liberal di Indonesia

2. Masa Perkembangan (1998 Sampai Sekarang)

tokoh Islam modern membuktikan bahwa umat Islam telah menghadirkan Islam yang lebih dinamis untuk menghadapi perkembangan zaman.73

Kemudian setelah umat Islam mulai berhasil merapatkan diri dengan pemerintah orde baru, terjadi banyak perubahan yang

menyebabkan pemerintah orde baru mengalami krisis dan

permasalahan. Puncaknya terjadi ketika presiden Soeharto dipaksa turun dari jabatannya oleh para mahasiswa dan masyarakat Indonesia. Masa ini umum dikenal dengan sebutan era reformasi. Era ini menjadi tanda mulainya kebebasan bagi masyarakat Indonesia. Pada era ini masyarakat menjadi lebih bebas dalam bertindak. Sudah tidak ada lagi batasan dan intervensi yang dilakukan oleh pemerintah.74

Adanya era ini mengakibatkan banyak bermunculan pemikiran-pemikiran dan gerakan baru yang mengatasnamakan pembaharuan Islam. salah satu gerakan yang menjadi gerakan pembaharuan Islam terdahulu adalah keberadaan Islam Liberal.

2. Masa Perkembangan (1998 Sampai Sekarang)

Sejak reformasi digulirkan oleh mahasiswa dan masyarakat pada tahun 1998, peristiwa tersebut memberikan perubahan besar dalam kehidupan sosial masyarakat sehingga mendorong lahirnya kebebasan

73 Samsudin dan Nina Herlina Lubis, “Sejarah Munculnya Pemikiran Islam Liberal di Indonesia 1970-2015”, 490.

74 Yogki Gigih Prasisko, “Gerakan Sosial Baru Indonesia: Reformasi 1998 dan Proses Demokratisasi Indonesia”, Pemikiran Sosiologi 3 (2016), 12.

dalam menyampaikan aspirasi politik di berbagai kalangan masyarakat. Bentuk apresiasi masyarakat terhadap reformasi dibuktikan dengan munculnya partai politik, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan gerakan masyarakat untuk menumbuhkan demokratisasi yang dimulai dari tingkat Desa.75

Situasi di era Reformasi ini juga berdampak bagi kalangan Islam. kelompok-kelompok Islam yang pada awalnya hanya memfokuskan diri pada pemikiran Islam, kini merubah cara pandang mereka dengan membuat gerakan-gerakan keislaman. Berbagai macam gerakan keagamaan mulai muncul dengan membawa misi, tujuan dan model gerakan masing-masing.

Beberapa gerakan keagamaan tersebut adalah Komite Indonesia Untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI) yang diketuai Ahmad Sumargono dengan Sekjen Adian Husaini, Persatuan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI), Hizbut Tahrir, Laskar Jundullah, Forum Komunikasi Ahl Sunnah Wal Jamaah, Forum Pembela Islam, Ikhwanul Muslimin, Hammasa, dan Majelis Mujahiddin Indonesia. 76

Peristiwa reformasi ini membawa dampak yang sangat besar terhadap perkembangan pemikiran Islam di Indonesia. Masyarakat diberikan kebebasan untuk berpendapat, mengadakan diskusi publik, penerbitan buku dan pembentukan gerakan-gerakan baru dapat dilakukan oleh masyarakat. Sejumlah tokoh Islam yang pada mulanya

75 Zuly Qodir, Islam Liberal: Paradigma Baru Wacana dan Aksi Islam Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 4.

berjuang secara kultural kemudian berubah menjadi berjuang secara struktural seperti yang dilakukan Nurcholish Madjid.

Pada era reformasi ini, Nurchlolis Madjid dan kawan-kawannya dinilai sudah tidak dinamis lagi. Setelah era reformasi, ia cenderung aktif mendukung Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ini menyebabkan gagasan pembaharuan tidak berjalan dengan baik. Sehingga menurut Ulil AbsharAbdalla diperlukan terobosan baru untuk melanjutkan gagasan pembaharuan yang sebelumnya dibawakan oleh Nurcholish Madjid.77

Terobosan baru untuk mengembangkan ide Islam liberal kemudian dilanjutkan oleh sejumah tokoh, diantaranya Azyumardi Azra, Bahtiar Effendy, Komaruddin Hidayat, Masdar F. Masud, Moesim Abdurrahman, Nasarudin Umar, Said Aqil Sirajd, Zainul Kamal, M Syadi’i Anwar, Ulil Abshar Abdalla, Budi Munawar Rachman, Abdul Muqsith Ghazali, Ahmad Sahal, Hamid Basyaid, Husein Muhammad, Ikhsan Ali Fauzi, Luthfi Assyaukanie, Maman Imanul Haq Faqieh, Nong Darol Mahmada, Siti Musdah Mulia, Taupik Adnan Amal, Zuhairi Misraqi dan Zuly Qadir. Sejumlah tokoh tersebut banyak mengungkapkan pemikiran mereka tentang Islam Liberal.78

Kemudian pada tahun 2001 terbentuk organisasi Jaringan Islam Liberal atau JIL. Jaringan Islam Liberal atau JIL merupakan organisasi yang didirikan oleh Ulil Abshar Abdalah bersama Lutfi Assyaukanie

77 Samsudin dan Nina Herlina Lubis, “Sejarah Munculnya Pemikiran Islam Liberal di Indonesia 1970 – 2015”, 492.

dan Nong Darol Mahmada. Jaringan Islam Liberal atau JIL ini muncul karena adanya kecemasan terhadap keberadaan kelompok Islam militan. Kelompok Islam militan ini diartikan sebagai kelompok yang menolak pengaruh Barat dalam Islam dan cenderung menenkankan untuk kembali kepada ajaran yang tekrkandung di dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi. Hal ini oleh kelompok yang mendukung Islam liberal dianggap sebagai ancaman karena dengan adanya pemahaman yang dimiliki oleh kelompokIslam militan ini menyebabkan Islam mengalami kejumudan dan tidak dapat mengikuti perkembangan zaman. Untuk mengimbangi hal tersebut maka sejumlah orang yang menolak pemahaman tersebut kemudian melakukan beberapa upaya untuk mencegah agar pemahaman kelompok Islam militan tersebut tidak meluas di kalangan masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan menyebarkan gagasan Islam liberal yang mengedepankan kebebasan berpikir dan modernitas.

Pada mulanya, JIL ini adalah forum intelektual terbuka yang beranggotakan sekelompok pemuda yang membawa semangat revivalisme dan diwujudkan melalui gagasan dan ide pembaharuan seperti revitalisasi jihad, pluralisme, relativitas agama, kebebasan agama, kebebasan ekspresi hingga sekularisasi.79 Para pemuda ini mendirikan kantor kesekretariatannya di Teater Utan Kayu Jalan Utan Kayu no. 69 H Jakarta, di sebidang tanah milik Goenawan

79 Hamdiah A Latif, “Mengkritisi Jaringan Islam Liberal (JIL): Antara Spirit Revivalisme, Liberalisme dan Bahaya Sekularise”, Islam Futura 10 (2011), 2.

Muhammad.Diskusi yang mereka lakukan pada awalnya dilakukan dengan diskusi maya di Mailing List dan kemudian berkembang menjadi forum mailing grub via internet yang beralamat di islamliberal@yahoogrub.com yang dibuat pada 8 Maret 2001.80 Secara kelembagaan, pada awalnya JIL dibawah institute studi arus informasi atau ISAI. Eksistensi jaringan Islam liberal atau JIL semakin kuat ketika Ulil Abshar Abdalla menulis artikel di koran harian Kompas pada tanggal 18 November 2002 yang berjudul “Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam”.81

Dalam perkembangannya, JIL memiliki sejumlah agenda aktivitas pokok Islam liberal. Adapun aktivitas yang dilakukan oleh Jaringan Islam Liberal yaitu mengumpulkan sejumlah tulisan dari sejumlah penulis yang dikenal sebagai pembela pluralisme dan inklusivisme, melakukan kegiatan talkshow di kantor berita Radio 68 H. Dalam talkshow ini kelompok Jaringan Islam Liberal menghadirkan tokoh-tokoh yang dikenal sebagai orang yang mendukung pluralisme untuk membicarakan tentang berbagai isu sosial keagamaan di Indonesia. Melalui jaringan informasi ini dapat membuat pemikiran liberal dapat tersebar dengan sendirinya. Selain itu, JIL juga menerbitkan booklet dan website resmi. Dalam booklet dan website tersebut berisi tulisan-tulisan tentang gagasan-gagasan pembaharuan Islam yang ingin disampaikan oleh kelompok JIL. Selain itu, di dalam

80 Tasmuji, “Teologi Informatif Jaringan Islam Liberal”, Teosofi 1 (2011), 256.

81 Uswatun Hasanah, “Jaringan Islam Liberal: Sejarah dan Perkembangan 2001-2010”, (Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013), 29.

website tersebut juga berisi berita, artikel, yang berkaitan dengan misi jaringan Islam liberal.82

Kehadiran Jaringan Islam Liberal atau JIL ini menjadi fenomena yang menarik jika ditinjau dari segi sosial dan agama. Kehadiran JIL ini menimbulkan pro kontra diantara umat muslim di Indonesia karena sejumlah pendapat yang dikeluarkan oleh kelompok JIL ini menjadi pendapat yang kontriversial dikalangan umat muslim.

Dalam perkembangannya, Jaringan Islam Liberal atau JIL memiliki sejumlah karakteristik. Sejumlah karakteristik tersebut sesuai dengan konsep Islam liberal yaitu membuka pintu ijtihad pada semua aspek keagamaan. Membuka pintu ijtihad menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh JIL agar Islam dapat terus berjalan mengikuti perkembangan zaman. Sebaliknya apabila pintu ijtihad ditutup maka Islam akan mengalami kejumudan sehingga tidak dapat mengikuti perkembangan zaman.83

Jaringan Islam Liberal juga mengutamakan kebebasan berfikir, mempercayai kebenaran yang bersifat terbuka, memihak minoritas tertinggal, meyakini kebebasan beragama, dan memisahkan urusan dunia dan akhirat. Hal ini sesuai dengan konsep Islam liberal, sehingga dapat dikatakan bahwa Islam liberal mulai muncul di publik ketika JIL didirikan. Akan tetapi, meski memiliki sistem organisasi yang cukup baik, kehadiran Jaringan Islam Liberal atau JIL sering menuai pro dan

82 Muh Idris, “Potret Pemikiran Radikal Jaringan Islam Liberal (JIL) Indonesia”, Kalam 8, (2014), 372.

kontra dikalangan umat Islam. Sebagian mendukung pendapat yang dikeluarkan JIL dan sebagian lainnya menolak karena dianggap bertentangan syariat Islam yang ada.84 Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pandangan antara umat Islam di Indonesia dengan kelompok JIL yang cenderung untuk berupaya agar Islam menjadi lebih maju dan modern lagi agar tidak hanya berhenti pada ranah yang bersifat tradisi saja yang membuat umat Islam menjadi tidak maju.

Dokumen terkait