• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masalah dalam pemberian ASI

BAB II Proses laktasi dan menyusui

K. Masalah dalam pemberian ASI

a. Kurang atau salah informasi b. Puting susu datar atau terbenam 2. Masalah menyusui pada masa nifas dini

a. Puting susu nyeri b. Puting susu lecet

26 Dewi Nopitasari, S. Tr. Keb., M. Kes (ASKEB III)

c. Payudara bengkak

d. Mastitis atau abses payudara

3. Masalah menyusui pada masa nifas lanjut a. Sindrom ASI kurang

b. Ibu yang bekerja

4. Masalah menyusui pada keadaan khusus a. Ibu melahirkan dengan bedah sesar b. Ibu sakit

c. Ibu yang memerlukan pengobatan d. Ibu hamil

5. Masalah menyusui pada bayi a. Bayi sering menangis b. Bayi bingung puting

c. Bayi prematur dan bayi kecil (BBLR) d. Bayi kuning (ikterik)

e. Bayi kembar f. Bayi sakit g. Bayi sumbing

h. Bayi dengan lidah pendek

i. Bayi yang memerlukan perawatan Ambarwati danWulandari (2009).

Evaluasi

1. Jelaskan Dukungan bidan dalam pemberian ASI ! 2. Sebutkan Langkah- langkah menyusui yang benar!

27 Dewi Nopitasari, S. Tr. Keb., M. Kes (ASKEB III)

BAB III

RESPON ORANG TUA TERHADAP BAYI BARU LAHIR (BBL)

A. Bounding attachment

1. Pengertian Bounding Attachment menurut bebrapa ahli adalah sebagai berikut :

a. Interaksi orang tua dan bayi secara nyata baik fisik, emosi dan sensori pada menit dan jam pertama setelah bayi lahir (Klause dan Kennel, 1983)

b. Bounding adalah Dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir (Nelson , 1986)

c. Attachment adalah ikatan yang terjalin diantara individu meliputi pencurahan perhatian hubungan emosi dan fisik yang akrab (Nelson, 1986)

d. Bounding adalah terjadinya hubungan orang tua dan bayi sejak awal kehidupan sedangkan attachment adalah pencurahan kasih sayang diantara individu (Bennet and Brown, 1999)

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bounding attachment adalah suatu ikatan yang terjadi antara orang tua dan bayi baru lahir meliputi pemberian kasih saying, pencurahan perhatian yang saling tarik menarik. Perkembangan bayi yang normal sangat ditentukan oleh respon kasih sayang antara ibu dengan bayi yang dilahirkan . Ikatan ibu dan anak dimulai sejak anak belum dilahirkan dengan suatu perencanaan dan konfirmasi kehamilan serta menerima janin yang tumbuh sebagai individu.

Interaksi yang pertama kali ditunjukkan orang tua saat kelahiran bayi adalah : 1) Sentuhan pada muka dan tungkai bayi secara halus dengan tangan ibu 2) Sentuhan pada pipi

3) Tatapan mata antara ibu dan bayi

28 Dewi Nopitasari, S. Tr. Keb., M. Kes (ASKEB III)

4) Tangis bayi

B. Respon ayah dan keluarga

Respon terhadap bayi baru lahir berbeda antara ayah yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh : jumlah anak, ekonomi dll.

Respon ini bisa positif dan bisa juga negatif.

1. Respon Positif

a. Ayah dan keluarga menyambut kehadiran bayi dengan sangat sukacita karena dianggap kehadirannya sebagai anugrah

b. Ayah bertambah giat dalam mencari nafkah c. Terlibat dalam perawatan bayi sehari-hari

d. Lebih mencintai ibu yang melahirkan anak yang telah di idam-idamkan e. Kontak mata, berbicara, memberi senyuman, bernyanyi

f. Menatap dan mencari ciri khas anak g. Menunjukkan kebanggaan pada anak h. Mengajak anak pada acara keluarga 2. Respon Negatif

a. Tidak menginginkan kelahiran bayi karena jenis kelaminnya tidak sesuai dengan yang diharapkan

b. Kurang bahagia karena kegagalan KB

c. Ayah merasa kurang diperhatikan karena perhatian ibu lebih tercurah ke bayinya secara berlebihan

d. Faktor ekonomi mempengaruhi terhadap kecemasan dalam biaya hidup sehari-hari e. Melahirkan anak yang cacat sehingga menimbulkan rasa malu dan aib keluarga f. Anak yang dilahirkan dari hasil hubungan haram (anak haram)

29 Dewi Nopitasari, S. Tr. Keb., M. Kes (ASKEB III)

C. Sibling Rivally

1. Pengertian Sibling rivalry

Merupakan kecemburuan dan kemarahan yang lazim terjadi pada anak karena kehadiran anggota keluarga baru dalam keluarga yang dalam hal ini adalah saudara kandungnya (Bahiyatun, 2009).

Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara sekandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu atau kedua orang tuanya atau untuk mendapatkan pengakuan atau sesuatu yang lebih. Sibling biasanya terjadi pada usia antara 5-11 tahun, bahkan diusia yang kurang dari 5 tahun.

2. Penyebab Sibling Rivalry :

a. Kompetensi (kemampuan) kaitannya dengan kecemburuan

b. Ciri emosional yakni temperamen seperti halnya mudah bosan, mudah frustasi atau sebaliknya

c. Sifat perasaan anak seusia sampai dengan usia 2-3 tahun yaitu apa yang disenangi adalah miliknya

d. Kelemahan perkembangan seperti lemahnya kemampuan bahasa, kurang bisanya dalam interaksi sosial

3. Peran Bidan dalam sibling Rivalry :

a. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayinya dalam jam pertama sesudah kelahiran

b. Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang bayinya baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.

4. Respon yang ditunjukkan oleh anak : a. Memukul bayi (adiknya)

b. Mendorong bayi dari pangkuan ibunya

30 Dewi Nopitasari, S. Tr. Keb., M. Kes (ASKEB III)

c. Menjauhkan puting susu dari mulut bayi

d. Secara verbal menginginkan bayi kembali ke perut ibu e. Ngompol lagi

f. Kembali bergantung pada susu botol g. Bertingkah agresif

5. Cara mengatasi perubahan sikap dan perlaku anak :

a. Mulai memperkenalkan pada organ reproduksi dan seksual

b. Beri penjelasan yang konkret tentang pertumbuhan bayi dalam rahimdengan menunjukkan gambar sederhana tentang uterus dan perkembangan janin

c. Beri kesempatan anak untuk ikut merasakan gerakan bayi d. Libatkan anak dalam perawatan bayi

e. Beri pengertian mendasar tentang perubahan suasana rumah seperti alasan pindah kamar

f. Lakukan aktifitas seperti biasa dan lakukan bersama dengan anak seperti mendongeng sebelum tidur atau piknik bersama.

g. Bila terjadi konflik antara anak – anak yang menjurus pada kekerasan fisik orang tua harus memisah dan tidak boleh menyalahkan salah satu tapi keduanya dihargai.

Cara memberikan nasehat melalui contoh contoh tetapi tidak langsung saat itu.

h. Jangan memberi tuduhan/cap tertentu tentang negatifnya sifat anak

i. Jika anak memperebutkan benda yang sama orang tua harus memberikan teknik pengajaran agar keduanya dapat menggunakan secara bergantian yang adil dan menggembirakan.

j. Orang tua tidak perlu campur tangan kecuali saat terdapat tanda-tanda akan terjadi kekerasan fisik.

31 Dewi Nopitasari, S. Tr. Keb., M. Kes (ASKEB III)

D. Rooming In

1. Pengertian Rooming In

Rooming in (rawat gabung) berarti menempatkan bayi sekamar/seruangan dengan ibunya, meski tetap berada di tempat tidur yang berbeda, jarak ibu dan bayinya jadi berdekatan, sehingga memungkinkan ibu memperhatikan bayinya. Sebagian besar bayi baru lahir normal hanya membutuhkan ruangan hangat, bersih dan diobservasi ketat, segera diberikan kepada ibu untuk dihangatkan tubuhnya dan mendapatkan ASI

2. Tujuan Rooming In (rawat gabung)

a. Agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan saja dibutuhkan.

b. Agar ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas.

c. Agar ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu masih di rumah sakit.

d. Dalam rawat gabung, suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar.

e. Ibu mendapatkan kehangatan emosional karena ibu dapat selalu kontak dengan bayinya.

3. Syarat-syarat rooming in (rawat gabung) Bayi dan ibu yang dirawat gabung harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong.

b. Bila lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat , reflek menghisap baik, tidak ada tanda infeksi dsb.

32 Dewi Nopitasari, S. Tr. Keb., M. Kes (ASKEB III)

c. Bayi yang dilahirkan dengan secsio cesarea dengan anastesia umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak ngantuk), misalnya 4-6 jam setelah operasi selesai. Bayi tetap disusukan meskipun mungkin ibu masih terpasang infus.

d. Bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (nilai apgar minimal 7) e. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.

f. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih.

g. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.

h. Bayi dan ibu sehat.

4. Kontra indikasi rooming in (rawat gabung) Rawat gabung tidak boleh diberikan pada ibu dan bayi yang mengalami :

a. Bayi yang premature

b. Bayi berat lahir kurang dari 2000-2500 gram c. Bayi dengan sepsis.

d. Bayi dengan cacat bawaan berat, misalnya : hidrosephalus, maningokel, anansefali, atresia ani, omfalokel, dsb.

e. Bayi dengan gangguan napas.

f. Ibu dengan infeksi berat, misalnya : sepsis, dsb.

Evaluasi

1. Jelaskan Pengertian Bounding Attachment menurut bebrapa ahli ! 2. Sebutkan Penyebab Sibling Rivalry!

33 Dewi Nopitasari, S. Tr. Keb., M. Kes (ASKEB III)

BAB IV

PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS

Secara Fisiologis, seorang wanita yang telah melahirkan akan perlahan-lahan kembali seperti semula. Seperti Alat reproduksi sendiri akan pulih setelah enam minggu. Pada kondisi ini, ibu dapat hamil kembali. Yang perlu diketahui ibu hamil, keluarnya menstruasi bukanlah pertanda kembalinya kesuburan, karena sebelum mens datang, pada saat habis masa nifas, orang bisa saja hamil. Adapun perubahan-perubahan dalam masa nifas adalah sebagai berikut:

A. Perubahan system reproduksi 1. Uterus

Involusio atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

Involusi uterus melibatkan reorganisasi dan penanggalan desidua/ endometrium dan pengelupasan lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat serta perubahan tempat uterus, warna, dan jumlah lochia. Proses involusi uterus ini diantaranya:

1) Iskemia Miometrium. Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat oto atrofi.

2) Atrofi Jaringan. Terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen saat pelepasan plasenta.

3) Autolysis. Proses penghancura diri sendiri yang terjadi didalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur

34 Dewi Nopitasari, S. Tr. Keb., M. Kes (ASKEB III)

hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan Yang disebabkan karena penurunan hormon esterogen dan progesteron.

4) Efek Oksitosin. Menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan kerangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

Segera setelah kelahiran, uterus harus berkontraksi secara baik dengan fundus sekitar 4 cm dibawah umbilikus atau 12 cm diatas simfisis pubis. Dalam 2 minggu, uterus tidak lagi dapat dipalpasi diatas simfisis.

Tabel 1.1 Perubahan Uterus Masa Nifas

NO Waktu Sumber: (Kumalasari, Intan, 2015: 156)

Involusi uterus dari luar dapat diamati dengan memeriksa fundus uteri dengan cara sebagai berikut;

a) Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari,

35 Dewi Nopitasari, S. Tr. Keb., M. Kes (ASKEB III)

b) Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm di bawah pusat.

Pada hari ke- 3-4 tinggi fundus yteri 2 cm dibawah pusat.

c) Pada hari ke- 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat simfisis. Pada hari ke-10 tinggi fundus uteri tidak teraba (Kumalasari, 2015: 156).

Gambar 2.12

Involusi Uterus Pascapersalinan (Sumber: Kumalasari, Intan, 2015: 157).

Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta/ perdarahan lanjut (postpartum haemorrhage). Selain itu, beberapa faktor lain yang menyebabkan kelambatan uetrus berinvolusi diantaranya:

a) Kandung kemih penuh, b) Rektum berisi,

c) Infeksi uterus,

d) Retensi hasil konsepsi, e) Fibroid,

f) Hematoma ligamentum latum uteri.

36 Dewi Nopitasari, S. Tr. Keb., M. Kes (ASKEB III)

2. Vagina dan perineum

Segera setelah post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks uteri tidak berkontraksi, sehingga seolaholah pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin. Serviks mengalami involusio bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap kendur. Setelah 3 minggu akan kembali kepada keadaan tidak hamil, rugae berangsurangsur muncul dan labia menjadi lebih menonjol.

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.

B. Perubahan system pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan, dikarenakan waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Untuk mengatasi hal tersebut dapat diberikan makanan mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.

Pasca melahirkan, kadar progesteron menurun, namun faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal, sehingga hal ini akan mempengaruhi pola nafsu makan

37 Dewi Nopitasari, S. Tr. Keb., M. Kes (ASKEB III)

ibu. Biasanya ibu akan mengalami obstipasi (konstipasi) pasca persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan pada waktu persalinan (dehidrasi), hemoroid, dan laserasi jalan lahir.

C. Perubahan system perkemihan

Terkadang ibu mengalami sulit buang air kecil karena tertekannya spingter uretra oleh kepala janin dan spasme (kejang otot) oleh iritasi muskulus spingter ani selama proses persalinan, atau karena edema kandung kemih selama persalinan. Saat hamil, perubahan sistem hormonal yaitu kadar steroid mengalami peningkatan. Namun setelah melahirkan kadarnya menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal.

Umumnya urin banyak dikeluarkan dalam waktu 12-36 jam pascapersalinan. Fungsi ginjal ini akan kembali normal selang waktu satu bulan pascapersalinan.

D. Perubahan sistem muskuloskeletal / diastasis rectieabdominis

Perubahan ini terjadi pada saat umur kehamilan semakin bertambah. Adaptasi muskuloskeletal mencakup peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun, pada saat postpartum sistem muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih dan normal kembali. Ambulasi dini dilakukan segera pascapersalinan, untuk membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri.

E. Perubahan system endokrin

Hormon-hormon yang berperan terkait perubahan sistem endokrin diantaranya:

1) Hormon Plasenta

38 Dewi Nopitasari, S. Tr. Keb., M. Kes (ASKEB III)

Human Chorionic Gonadotropin (HCG) mengalami penurunan sejak plasenta lepas

dari dinding uterus dan lahir, dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum. Hormon ini akan kembali normal setelah hari ke7.

2) Hormon Pituitary

Hormon pituitary diantaranya: Prolaktin, FSH dan LH. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi ASI. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi. FSH dan LH meningkat pada minggu ke-3 (fase konsentrasi folikuler) dan LH akan turun dan tetap rendah hingga menjelang ovulasi.

3) Hormon Oksitosin

Hormon oksitosin disekresi oleh kelenjar otak belakang (Glandula Pituitary Posterior ) yang bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Hormon ini berperan dalam pelepasan plasenta, dan mempertahankan kontraksi untuk mencegah perdarahan saat persalinan berlangsung. Selain itu, isapan bayi saat menyusu pada ibunya juga dapat merangsang produksi ASI lebih banyak dan sekresi oksitosin yang tinggi, sehingga mempercepat proses involusi uteri.

4) Hipotalamik Pituitary Ovarium

Hormon ini mempengaruhi proses menstruasi pada wanita yang menyusui ataupun tidak menyusui. Wanita yang menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pascamelahirkan kisaran 16% dan 45% setelah 12 minggu pascamelahirkan.

Sedangkan wanita yang tidak menyusui, mendapatkan menstruasi kisaran 40% setelah 6 minggu pascamelahirkan dan 90% setelah 24 minggu (Heryani, 2010: 41).

5) Hormon Estrogen dan Progesteron

Estrogen yang tinggi akan memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan progesteron akan mempengaruhi

39 Dewi Nopitasari, S. Tr. Keb., M. Kes (ASKEB III)

perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum, vulva dan vagina.

F. Perubahan tanda-tanda vital

Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas diantanya:

1. Suhu.

Suhu badan pasca persalinan dapat naik lebih dari 0,5°C dari keadaan normal, namun tidak lebih dari 39°C setelah 2 jam pertama melahirkan, umumnya suhu badan kembali normal. Bila lebih dari 38°C waspadai ada infeksi.

2. Nadi.

Umumnya nadi normal 60-80 denyut per menit dan segera setelah partus dapat terjadi bradiikardi (penurunan denyut nadi). Bila terdapat takikardi (peningkatan denyut jantung) diatas 100 kali permenit perlu diwaspadai terjadi infeksi atau perdarahan postpartum berlebihan.

3. Tekanan Darah.

Tekanan darah normalnya sistolik 90-12- mmHG dan diastolik 60-80 mmHG. Tekanan darah biasanya tidak berubah biasanya akan lebih rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan atau ayang lainnya. Tekanan darah akan tinggi apabila terjadi pre-eklampsi.

4. Pernapasan.

Frekuensi normal pernapasan orang dewasa yaitu 16-24 kali per menit. Pada ibu postpartum umumnya lambat/ normal dikarenakan masih dalam fase pemulihan.

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran cerna.

40 Dewi Nopitasari, S. Tr. Keb., M. Kes (ASKEB III)

G. Perubahan sistem kardiovaskuler

Cardiac Output meningkat selama persalinan dan berlanjut setelah kala III saat besar

volume darah dari uterus terjepit di dalam sirkulasi. Namun mengalami penurunan setelah hari pertama masa nifas dan normal kembali diakhir minggu ke-3. Penurunan ini terjadi karena darah lebih banyak mengalir ke payudara untuk persiapan laktasi. Hal ini membuat darah lebih mampu melakukan koagulasi dengan peningkatan viskositas yang dapat meningkatkan risiko thrombosis

H. Perubahan sistem hematology

Pada awal postpartum, junlah hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit bervariasi, hal ini dikarenakan tingkat volume darah dan volume darah yang berubah-ubah. Penurunan volume dan peningkatan sel darah merah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemaglobin pada hari ke-3 hingga ke-7 postpartum dan normal kembali pada minggu ke-4 hingga ke-5 postpartum. Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama postpartum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.

Evaluasi

1. Jelaskan Proses involusi uterus!

2. Jelaskan Perubahan system pencernaan !

41 Dewi Nopitasari, S. Tr. Keb., M. Kes (ASKEB III)

BAB V

PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU MASA NIFAS

A. Adaptasi psikologis ibu masa nifas

Tahapan adaptasi psokologis masa nifas menurut Reva Rubin yaitu:

1. Periode Taking In (hari ke 1-2 setelah melahirkan) a. Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain,

b. Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya, c. Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu melahirkan,

d. Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh ke kondisi normal,

e. Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi.

Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.

2. Periode Taking On/ Taking Hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)

a. Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan tanggung jawab akan bayinya,

b. Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB, dan daya tahan tubuhnya,

c. Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggendong, menyusui, memandikan, dan mengganti popok,

d. Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan krikan pribadi,

e. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu membesarkan bayinya.

42 Dewi Nopitasari, S. Tr. Keb., M. Kes (ASKEB III)

3. Periode Letting Go (berlangsung 10 hari setelah melahirkan).

a. Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga,

b. Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami kebutuhan bayi sehingga akan

c. mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan sosial, d. Deprsei postpartum sering terjadi pada masa ini.

B. Post partum Blues

Periode emosional stress yang terjadi antara hari ke tiga dan ke 10 setelah persalinan.

1. 80% pada ibu post partum

2. Karakteristik: iritbilitas meningkat, perubahan mood, cemas, pusing dan perasan sedih dan kesendirian

3. Penyebab: ada beberapa faktor yang berperan:

4. Perubahan level hormon yang terjadi secara cepat

5. Ketidaknyamanan yang tidak diharapkan (payudara bengkak, nyeripersalinan) 6. Kecemasan setelah pulang dari RS/ tempat bersalin

7. Brest feeding

8. Perubahan pola tidur Manajemen:

5. Tidak ada perawatan khusus pada post partum blues jika tidak ada gejala yang signifikan

6. Empathy dan support dari keluarga dan staf

7. Jika gejala tetap ada lebih dari 2 minggu ---- bantuan profesional

43 Dewi Nopitasari, S. Tr. Keb., M. Kes (ASKEB III)

C. Kesedihan dan masa duka 1. Terjadi antara 10% - 20%

2. Yang sering terjadi pada ibu post partum 3. Bisa terjadi ringan sampai berat

4. Bisa terjadi pada primi atau multi

5. Gejala bisa muncul pada 1 tahun pertama, lebih sering pada 4 bulan pertama setelah persalinan

6. Gejala ada selama 2 minggu atau lebih

7. Jika depresi parah, akan mengganggu kegiatan seperti makan, tidur dan berpikir Gejala bisa meliputi :

1. Fisik

a. Gangguan tidur (insomnia, banyak tidur, bangun tengah malam) b. Perubahan rasa (tidak mau makan, banyak makan) dan berat badan c. Menarik diri dari lingkungan

d. Kurang energi dan tidak ada motivasi e. Kehilangan keinginan sexual

f. Kelelahan g. Sakit kepala h. Psikis

i. Perasaan seperti tidak mampu, tidak berharga, persaan kosong dan merasa gagal menjadi ibu

j. Perasaan marah, bersalah, malu k. Iritabel

l. Mood yang rendah yang berlangsung lama m. Percaya diri yang rendah

44 Dewi Nopitasari, S. Tr. Keb., M. Kes (ASKEB III)

n. Sedih

o. Cemas (tanda cemas termasuk : keluar keringat, pusing, nadi meningkat, kesulitan bernapas dan peningkatan TD)

p. Serangan panik dan phobia q. Takut yang tidak beralasan

r. Perasaan bingung, tidak konsentrasi, daya ingat buruk s. Apatis

t. Menolak atau terlalu dekat dengan bayinya u. Berpikiran untuk bunuh diri

Faktor Resiko Depresi Post Natal :

Tidak ada faktor tunggal yang menyebabkan depresi post natal 1. Faktor Biologis

a. Sensitif terhadap peningkatan hormon selama kehamilan (pregesteron, estrogen, b. kortisol dan prolaktin)

c. Penyakit post natal lain 2. Faktor Psykologis

a. Riwayat depresi

b. Keluarga punya riwayat depresi c. Depresi selama kehamilan d. Harga diri rendah

e. Hubungan antara ibu dan anak yang kurang baik

f. Trauma hidup (kehilangan anggota keluarga, kehilangan pekerjaan) 3. Social Kultural

a. Hubungan yang tidak harmonis dengan pasangan/suami

a. Hubungan yang tidak harmonis dengan pasangan/suami

Dokumen terkait