• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Pembahasan

3. Masalah yang dihadapi orang tua yang menikah pada usia

Segala kebutuhan hidup dalam berumah tangga akan semakin bertambah terus menerus setelah berkeluarga sampai kemudian mereka memiliki anak, padahal dalam perkawinan itu memiliki tujuan yang diantaranya adalah mendidik dan mengasuh anak-anak mereka sampai

beranjak dewasa. Pasangan suami istri dituntut untuk matang dalam segala hal, sehingga perkawinan pada akhirnya akan membuahkan kesejahteraan dan kebahagian keluarga.

Mendidik dan mengasuh anak sudah seharusnya menjadi tanggung jawab orang tua. Pengasuhan orang tua pada hakekatnya adalah proses sosialisasi antara orang tua dengan anak-anaknya dan proses sosialisasi keluarga dalam lingkungan masyarakat. Dalam bersosialisasi terdapat kegiatan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar dan untuk menyesuaikan diri tersebut perlu adanya kontak sosial yang berupa komunikasi sehingga saling interaksi. Hal tersebut mutlak perlu dalam proses sosialisasi. Jika hal tersebut telah dilakukan, maka telah terjadi proses sosialisasi dalam keluarga. Secara bersama-sama atau sendiri-sendiri kemudian anak akan melakukan proses sosialisasi dengan lingkungan masyarakat.

Cara mengasuh dan mendidik anak sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua. Pada penelitian ini, beberapa orang tua tidak mengalami kesulitan dalam mendidik dan mengasuh anak usia remajanya, masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Masalah dalam memenuhi kebutuhan ekonomi anak

Kesulitan yang paling dirasakan oleh sebagian besar informan adalah masalah ekonomi. Lima informan yang telah diwawacarai mengaku mendapat kesulitan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan anak-anak mereka. Hal tersebut dikemukakan oleh Ibu Pai, Sum, Si,

92

Ne dan Mah. Mereka merasakan betapa sulitnya memenuhi kebutuhan ekonomi di keluarga mereka, apalagi pekerjaan mereka bukanlah pekerjaan yang memiliki gaji tetap dan dua orang dari mereka hanya sebagai ibu rumah tangga saja.

Kebutuhan sekolah yang semakin mahal, kebutuhan anak akan sandang pangan serta kebutuhan sekunder lain kerap menjadi suatu permasalahan yang harus diselesaikan oleh orang tua. Tuntutan anak akan uang mutlak perlu bagi perkembangan anak ke depannya, contohnya kebutuhan akan sekolah, hal tersebut sangat penting bagi masa depan anak.

Seperti yang dialami oleh Ibu Si dan Ibu Ne, mereka memiliki anak usia remaja yang sedang melanjutkan pendidikan jenjang S1. Mereka membutuhkan uang yang banyak untuk membiayai kuliah anak-ananknya. Ibu pai juga demikian, pekerjaan yang hanya petani membuat ia tidak bisa menguliahkan anak remajanya, hal tersebut membuat Fa memilih menjadi TKI. Ibu Sum dan Ibu Mah juga sering kali kewalahan menghadapi anak-anaknya yang terlalu banyak, apalagi anak-anak yang kecil sering kali meminta uang jajan lebih.

b. Masalah mengajari anak-anak mereka dalam hal pendidikan atau belajar

Remaja SMP bahkan SMA kerap kali memiliki kesulitan belajar entah itu tentang pekerjaan rumah ataupun materi yang diterangkan oleh gurunya di sekolah. Kesulitan tersebut membuat anak ingin tahu lebih banyak tentang materi yang diterangkan oleh gurunya.

Orang pertama yang sering dimintai pendapat atau masukan adalah orang tua, ketika orang tua tidak dapat mengajari anak-anaknya dalam hal pendidikan itu merupakan masalah bagi seorang anak. Orang tua yang dulunya menikah pada usia dini kebanyakan memiliki pendidikan yang rendah dan paling tinggi hanya lulusan SMA.

Pendidikan yang rendah menyebabkan mereka tidak banyak membantu anak dalam perkembangan intelegensinya. Orang tua mendidik anak didasarkan pada pengalaman yang diperoleh dari orang tuanya. Orang tua kebanyakan berperan mengontrol kegiatan belajar anaknya saja. Hal ini dialami oleh Fa dan Tin, pendidikan yang rendah dari orang tuanya membuat mereka harus mampu belajar sendiri tentang materi-materi yang sulit. Kesulitan yang dialami oleh mereka mempengaruhi tingkat intelegensinya. Mereka sering kali memperoleh nilai merah ketika ujian dan pernah sekali Tin tidak naik kelas dan akhirnya mengulang selama satu tahun.

Keluarga yang tidak bisa memberikan fungsi pendidikan (mengajari anak-anaknya belajar), sering kali menyerahkan fungsinya itu kepada guru. Anak mempelajari sesuatu yang baru yang jarang dipelajari dalam keluarga maupun kelompok bermain, seperti kemampuan membaca, menulis, dan berhitung semuanya dilakukan di lingkungan sekolah. Sekolah juga memiliki fungsi mengenali dan mengembangkan karakteristik diri (bakat, minat dan kemampuan), pengembangan kemampuan berfikir kritis, analistis, rasional dan objektif, dan lain sebagainya.

94

c. Kurangnya perhatian dan waktu orang tua untuk anak

Sebagian besar orang tua yang menikah dini memiliki jumlah anak banyak sehingga kurangnya perhatian ke anak dirasakan oleh beberapa remaja dari keluarga pernikahan dini. Ibu Sum misalnya, ia memiliki lima orang anak dan perhatian untuk kelima anak-anaknya sering kali dianggap tidak adil oleh beberapa anaknya yang sudah remaja. Anak pertama dari Ibu Sum merasa bahwa ia kurang mendapat perhatian lebih dari orang tuanya. Ang beranggapan kalau ibu akan lebih menyayangi anak terakhir daripada anak pertama. Menurut pendapat Ibu Sum, ia sudah adil dalam mengurus anak namun sering kali anak usia remajanya kurang mengerti hal tersebut.

Kecemburuan kasih sayang sering kali dirasakan oleh anak pertama terhadap anak terakhirnya. Ibu Ul juga demikian, ia memiliki empat orang anak dan tiga diantara mereka adalah remaja. Ditambah lagi pekerjaan Ibu Ul yang sebagian besar waktunya di pasar, menyebabkan ia tidak mampu memantau ketiga anak usia remajanya. Anak pertama, kedua dan ketiga Ibu Ul kerap kali merasa ibunya lebih memperhatikan anak terakhirnya. Hal tersebut kerap yang membuat mereka melakukan hal-hal yang negatif.

Kurangnya kasih sayang dan waktu dari orang tua

menyebabkan timbulnya kenakalan-kenakalan di kalangan remaja. Kenakalan remaja kerap dialami oleh remaja yang duduk di bangku SMA. Bisanya sifatnya yang masih labil membuat anak mudah

terpengaruh oleh lingkungan sekitar apalagi teman sepermainannya. Pergaulan yang kurang baik menyebabkan anak menjadi ikut-ikutan arus pergaulan yang negatif. Hasil wawancara menunjukan bahwa tiga orang dari keluarga pernikahan dini merasakan bahwa anak mereka pernah melakukan hal tersebut. Ibu Ul misalnya, anak keduanya sering membolos pada saat pelajaran berlangsung, pernah juga minum-minuman keras, dan anak pertamanya pacaran secara diam-diam.

Kenakalan-kenakalan yang dibuat oleh anak usia remaja

membuat orang tua menjadi marah. Kemarahan orang tua

menyebabkan beberapa informan memberikan hukuman terhadap anak-anaknya. Ibu Ne, Ibu Si dan Ibu Mah, ketiga ibu ini pernah memberikan hukuman fisik kepada anak-anaknya seperti mencubit dan menjewer. Hukuman yang diberikan oleh mereka bertujuan agar anak usia remajanya jera terhadap kenakalan yang telah di buat, namun namanya remaja pasti tidak dapat luput dari kenakalan.

Dokumen terkait