2.2 Penerapan Isi Perjanjian Kerja di PT BKI Surabaya
2.2.4 Masalah Hak dan Kewajiban Masing-masing Pihak
Hak dan kewajiban antara para pihak yang satu dengan yang lainya merupakan suatu kebalikan, jika disatu pihak merupakan suatu hak maka dipihak lainnya adalah merupakan kewajiban.
a. Kewajiban dan Hak pihak Pekerja
Menurut Pasal 1603d KUHPerdata dikatakan bahwa pekerja yang baik adalah :
“Buruh yang menjalankan kewajiban-kewajtaiban dengan baik, yang dalam hal ini kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan segala
sesuatu dalam keadaan yang sama, seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan”
Selanjutnya dikatakan pada KUHperdata Pasal 1603 bahwa pekerja berkewajiban untuk:
- Melakukan pekerjaan yang dijanjikan menurut kemampuannya dengan sebaik-baiknya
- Melakukan sendiri pekerjaannya, hanya dengan seizin dari pengusaha ia dapat menyuruh orang ketiga untuk menggantikannya
- Taat terhadap peraturan mengenai hal melakukan pekerjaannya - Pekerja yang tinggal dengan pengusaha wajib berkelakuan baik
menurut tata tertib rumah tangga pengusaha. Sedangkan hak dari pihak pekeja yaitu antara lain:
- Atas upah setelah selesai melakukan pekerjaan sesuai dengan perjanjian.
- Atas fasilitas lain, dana bantuan dan lain-lain yang berlaku di perusahaan.
- Atas perlakuan yang tidak diskriminasi dari pihak pengusaha.
- Atas perlindungan keselamatan kerja, kesehatan, kematian, dan penghargaan.
- Atas kebebasan berserikat dan perlakuan HAM dalam hubungan kerja.43
b. Kewajiban dan Hak pihak pengusaha
Kewajiban umum dari pengusaha itu sendiri akan adanya hubungan kerja adalah memberikan upah. Namun jika dilihat dari regulasi yang ada yaitu Undang-undang No.13 Tahun 2003
43
Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009, cet 1, hal 53
kewajiban dari majikan ialah lebih dari membayar upah saja, melainkan memberi perlindungan kerja, memberi cuti, perluasan kesempatan kerja, dan lain-lain. Dalam perihal perlindungan, pengupahan dan kesejahteraan dalam Undang-undang ini diatur dalam bab tersendiri yaitu BAB X Undang-undang No.13 tahun 2003.
Sedangkan hak dari pengusaha meliputi sepenuhnya atas hasil kerja dari pekerja, mengatur dan menegakkan disiplin termasuk pemberian sanksi, dan atas tanggung jawab pekerja untuk kemajuan perusahaan.44
Menurut analisa penulis, kewajiban pekerja dan pengusaha dalam PT. Berau karya indah Surabaya pada umumnya sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan perjanjian yang sebelumnya disepakati oleh kedua belah pihak. Pihak pengusaha sudah melaksanakan kewajiban dengan menyediakan fasilitas yang di butuhkan pekerja seperti memberikan jaminan sosial tenaga kerja, makan siang, tunjangan- tunjangan dan lain-lain. Sedangkan pihak pekerja telah melaksanakan kewajibannya dengn baik, seperti mengikuti aturan- aturan yang telah dibuat oleh perusahaan dan melakukan pekerjaan yang dikerjakan dengan rasa tanggung jawab.
44
BAB III
UPAYA HUKUM YANG DILAKUKAN PEKERJ A APABILA PERUSAHAAN TIDAK MEMENUHI ISI DARI PERJ ANJ IAN KERJ A
3.1 Upaya Hukum yang dilakukan Di luar Pengadilan (Non Litigasi)
Prinsip Hubungan Industrial Pancasila yang dianut di Indonesia harus dipergunakan sebagai acuan dalam mengatasi berbagai persoalan yang timbul dalam bidang ketenagakerjaan. Di Indonesia hubungan industrial (industrial relation) merupakan hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam produksi barang dan atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja, yang didasarkan pada nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 (Pasal 1 angka 16 Undang-Undang No. 13 tahun 2003).
Hubungan Industrial, yang merupakan keterkaitan kepentingan antara pekerja/buruh dengan pengusaha, berpotensi menimbulkan perbedaan pendapat, bahkan perselisihan antara kedua belah pihak. Perselisihan di bidang hubungan industrial yang selama ini dikenal dapat terjadi mengenai hak yang telah ditetapkan, atau mengenal keadaan ketenagakerjaan yang belum ditetapkan baik dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama maupun peraturan perundang-undangan.
Hal ini disebabkan karena hubungan antara pekerja/buruh dan pengusaha merupakan hubungan yang didasari oleh kesepakatan para pihak untuk meningkatkan diri dalam suatu hubungan kerja. Dalam hal salah satu pihak tidak menghendaki lagi untuk terikat dalam hubungan kerja tersebut, maka sulit bagi
para pihak untuk tetap mempertahankan hubungan yang harmonis. Oleh karena itu perlu dicari jalan keluar yang terbaik bagi kedua belah pihak untuk menentukan bentuk penyelesaian.
a. Penyelesaian Melalui Bipar tit
Penyelesaian perselisihan yang terbaik adalah penyelesaian oleh para pihak yang berselisih secara musyawarah mufakat tanpa ikut campur pihak lain, sehingga dapat memperoleh hasil yang menguntungkan kedua belah pihak. Selain itu, musyawarah dapat menekan biaya serta menghemat waktu. Itulah sebabnya Undang-Undang No.2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial mengharuskan setiap perselisihan hubungan industrial yang terjadi diselesaikan terlebih dahulu melalui perundingan bipartit secara musyawarah untuk mufakat (Pasal 3 UU PPHI).
Perundingan bipartit adalah perundingan antara pekerja atau serikat pekerja dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial.45 Penyelesaian secara bipartit dalam kepustakaan mengenai Alternative Dispute Resultation (ADR) disebut sebagai penyelesaian secara negoisasi.46 Secara umum negoisasi berarti upaya penyelesaian sengketa oleh para pihak dengan tanpa melibatkan pihak lain dengan tujuan mencari kesepakatan bersama atas dasar kerja sama yang harmonis dan kreatif.
45
Lalu Husni, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial melalui pengadilan dan di luar pengadilan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal 53
46
Moch. Faisal Salam, Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Industrial di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 2009, Cet ke 1, hal 164
Tata cara penyelesaian secara bipartit (negoisasi) dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial diatur dalam Pasal 6 dan 7 yang intinya adalah:
1. Perundingan untuk mencari penyelesaian secara musyawarah untuk mencapai mufakat yang dilakukan oleh para pihak dan harus dibuatkan risalah yang ditandatangani oleh para pihak. Risalah yang dimaksud antara lain memuat:
e. nama lengkap dan alamat para pihak, f. tanggal dan tempat perundingan,
g. pokok masalah atau alas an perselisihan, h. pendapat para pihak,
i. kesimpulan atau hasil perundingan,
j. tanggal serta tanda tangan para pihak yang melakukan perundingan. 2. Jika musyawarah yang dilakukan mencapai kesepakatan penyelesaian, dibuat
perjanjian bersama yang ditanda tangani oleh para pihak.
3. Perjanjian bersama tersebut bersifat mengikat dan menjadi hukum serta wajib dilaksanakan oleh para pihak.
4. Perjanjian bersama itu wajib didaftarkan oleh para pihak yang melakukan perjanjian pada pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah para pihak mengadakan perjanjian bersama.
5. Apabila perjanjian itu tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak, pihak yang merasa dirugikan dapat mengajukan eksekusi kepada pengadilan hubungan
industrial pada pengadilan negeri di wilayah para pihak di wilayah perjanjian bersama didaftarkan untuk mendapat penetapan eksekusi.
Mencermati tata cara penyelesaian perselisihan hubungan industrial secara bipartit seperti tersebut, jelas bahwa kesepakatan yang dihasilkan oleh para pihak yang dibuat dalam bentuk perjanjian bersama mendapatkan jaminan hukum yang pasti dalam pelaksanaannya, yakni melalui upaya paksa. Dengan demikian, penyelesaian hubungan industrial segera mendapat kepastian hukum.
Penyelesaian perselisihan melalui Bipartit ini harus tuntas paling lama 30 hari sejak tanggal perundingan. Bilamana dalam jangka waktu 30 hari salah satu pihak yang beperkara menolak untuk berunding, maka perundingan bipartit dianggap gagal.47 Apabila dalam perundingan bipartit gagal, maka salah satu atau kedua belah pihak mencatatkan perselisihannya kepada Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) setempat dengan melampirkan bukti upaya penyelesaian bipartit. Selanjutnya, Disnaker menawarkan kepada para pihak beperkara untuk memilih penyelesaian melalui konsiliasi atau arbitrase. Namun apabila pihak yang beperkara tidak menetapkan pilihan melalui konsiliasi atau arbitrase, Disnaker melimpahkan penyelesaiannya melalui mediasi.
Namun pada umumnya perselisihan industrial yang terjadi pada suatu perusahaan yang menyangkut perselisihan mengenai perselisihan hak dan kepentingan dapat diselesaikan melalui proses negoisasi atau bipartit antara
47
Diana Putong, Penyelesaian Perselisihan Tenaga Kerja Kasus Adam Air Melalui Mediasi Pada Tahap Perundingan Tripatrit Berdasarkan Undang-Undang No.2 Tahun 2004, Jurnal Hukum,
pengusaha dan pekerja yang terkait atau yang sedang berselisih. Proses tawar menawar dilakukan oleh kedua belah pihak yang berselisih guna mencapai kesepakatan bersama mengenai penyelesaian suatu masalah yang terjadi di dalam suatu perusahaan. Begitu juga yang dilakukan oleh perusahaan PT. Berau Karya Indah Surabaya, yang melakukan negoisasi terhadap permasalahan yang ada di dalam perusahaan tersebut. Karena Proses negoisasi dapat menekan biaya dan menghemat waktu. Perusahaan tersebut memanggil para pihak yang bersengketa yaitu pihak pekerja dengan pihak ketiga atau penyedia tenaga kerja untuk melakukan proses negoisasi agar permasalahan terhadap pembayaran upah yang dirasa merugikan pihak pekerja tidak berkelanjutan yang menyebabkan merosotnya produktivitas pekerja. Sehingga pekerja semakin lebih bersemangat lagi untuk bekerja apabila hak-hak yang seharusnya mereka terima sesuai dengan apa yang dijanjikan sebelumnya.
Perusahaan memberikan solusi dengan melakukan pembayaran secara langsung ke pihak pekerja melalui jasa perbankan ( Pekerja masing-masing dibuatkan ATM dan pembayaran langsung ditranfer ke ATM masing-masing pekerja), dan Pihak perusahaan hanya membayar kepada penyedia tenaga kerja berupa fee atau upah atas jasa tenaga kerja yang dipekerjakan di perusahaan, dengan begitu perselisihan dan keresahan di dalam perusahaan dapat dihindari.
SKEMA PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI LUAR PENGADILAN
Sumber: HRD&GA PT. BKI Surabaya Gambar 2
Skema penyelesaian perselisihan H.I di Luar Pengadilan Pegawai Menawarkan Model Penyelesaian
PUTUSAN
ARBITRASE kONSILIASI
Ber hasil Damai
Pembatalan Oleh M.A MEDIASI
Mendamaikan
Par a Pihak Tidak Menetapkan PIlihan
Tidak Ber hasil Anjur an Ter tulis Per setujuan Par a
Pihak
Catat di pegawai Disnaker
Per selisihan H.I BIPARTIT
Tidak Ber hasil Damai Ber hasil Damai