Di dunia ini telah terbentuk ratusan strain hewan percobaan yang telah memiliki sifat genetik yang khas. Sifat ini
terusdikembangkan sehingga hewan tersebut telah menjadi modelyang baik untuk kepentingan kesejahteraan manusia. Bagistrain hewan yang mempunyai kemampuan
pertumbuhan yangcepat, sangat baik untuk pemeriksaan yang tolok ukurnyaadalah pertambahan berat badan. Berat badan tidak cukupdipakai sebagai kriteria bahwa hewan tersebut bisa digunakanuntuk pemeriksaan bahan biologis, tetapi juga pertambahanberat setiap harinya. Pertambahan berat badan suatu hewanpercobaan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain faktorstrainhewan dan
makanan. Pertambahan berat badan sendirisecara sempit dapat digunakan sebagai indikator bagi hewanyang sehat. Apabila pola pertumbuhan berat badan sudahdapat
diketahui untuk suatu strain hewan, maka dengan sendirinya perubahan pola oleh suatu perlakuan menunjukkanbesarnya pengaruh perlakuan. Bagi hewan yang tidak mendapat
perlakuan (hewan kontrol), pertumbuhannya tidakseperti yang diharapkan (menyimpang dari pola populasinya). Di sini harus dicari sebab-sebabnya, misalnya apakah ada perbedaan antara faktor lingkungan hewan tempat
diproduksikan. Untukmengatasi ini biasanya pemakai hewan paling tidak harus membuat lingkungan yang sama atau lebih baik dari keadaan semula, yaitu antara keadaan di tempat percobaan dan tempatasal hewan.
Membuat lingkungan dan manajemen yang baik di tempatpercobaan, lebih sederhana sifatnya daripada
memaksakanhewan untuk menyesuaikan lagi dengan kondisi yang kurangbaik.
Perlakuan teradap hewan coba sesuai dengan animal walfare a.Manajemen Pemeliharaan Hewan Coba (mencit,tikus,kelinci)
Ruang Hewan Laboratorium
1)Persyaratan ruang
Standar ruang hewan percobaan adalah luas lantai ± 20 m2 berbentuk segiempat siku-siku, dengan
tinggi 2,5-3,0 m. Ruang ini memberi kemudahan pemeliharaan lingkungan, pengawasan hewan dan tidak mengganggu hewan yang dipiara di dalamnya (Mangkoewidjojo, 2006).
2)Persyaratan kandang
Hewan laboratorium harus dikandangkan dengan kondisi secara biologis optimal dan keperluan hidupnya memadai (nyaman fisik, fisiologis dan biologis).
Ada 2 sistem hygiene untuk perkandangan HL, yaitu:
§Sistem terbuka
Tidak memerlukan persyararatan dan hygiene yang ketat untuk mencegah masuknya agen infeksius.
§Sistem tertutup
Dalam system Barier/SPF (Spesific Pathogen Free) hewan diisolasi secara “Kedap udara luar” untuk mencegah agen infeksius (Mangkoewidjojo, 2006).
Ukuran panjang dan lebar kandang sebaiknya lebih panjang dari panjang tubuh hewan termasuk ekornya. Agar tidak berdesakan, pengisian kandang hendaknya tidak lebih dari 20 ekor hewan coba berukuran kecil(Kusumawati,2004).
Lokasi kandang hendaknya tidak mengganggu kehidupan masyarakat sekitar sehingga limbahnya tidak menimbulkan polusi.selain itu perlu dipertimbangkan pula kenyamanan hidup hewan agar kandang bebas dari kebisingan , polusi, air yang menggenang dan banjir. Konatruksi bangunan harus memiliki ventilasi yang baik sehingga suhu dan kelembabannya sesuai dengan kebutuhan hewan (Kusumawati,2004).
Bisa dipelihara secara individual atau kelompok. Sebaiknya kandang dibuat dari logam tahan karat, logam divalganisasi atau plastik.
Hewan Berat badan(g) Luas lantai/ekor(cm2) Tinggi kandang(cm)
Mencit <10 10-15 15-20 >25 39 52 77 97 12,7 12,7 12,7 12,7 Tikus <100 100-200 200-300 300-400 400-500 >500 110 148 187 258 387 452 17,8 17,8 17,8 17,8 17,8 17,8 Kelinci (kg) <2 2-4 4-5,4 >5,4 (m2) 0,14 0,28 0,37 0,46 (cm) 35,6 35,6 35,6 35,6 (Mangkoewidjojo, 2006) 3)Faktor lingkungan
Suhu, kelembaban relatif, kualitas udara harus dipertahankan stabil. Harus diperhitungkan daya tampung maksimal ruang.
Hewan Suhu Kelembapan relatif
Mencit 18-260C 40-70℅
Tikus 18-260C 40-70℅
Kelinci 16-260C 60℅
Ventilasi ruang mampu mengalirkan udara 15-20 kali setiap menit. Penerangan bisa diatur terang gelap 12 jam bergantian. Hewan harus terhindar dari suara bising baik yang terdengar ataupun tidak (ultrasonik) (Mangkoewidjojo, 2006).
Pakan dan air minum
1)Pakan
Pakan bervariasi tergantung hewan itu. Hewan briding, hewan muda atau hewan yang lebih tua. Pakan berbentuk pelet sering digunakan daripada tepung untuk mengurangi perubahan komposisi dan diperlukan untuk membuat aus gigi.Pakan sebaiknya disimpan pada suhu 15-160C dan dihabiskan paling lama 4-6 minggu.
Hewan g/hewan/hari Mencit 3-4 Tikus 15-20 Kelinci 30-300(40g/kg bb) (Mangkoewidjojo, 2006) 2)Air minum
Air minum tersedia tanpa dibatasi dan dapat diberikan dalam botol dengan pipa yang dilengkapi ”klep” peluru bulat yang terletak di ujung pipa. Untuk mencegah pertumbuhan kuman, air minum dapat diasamkan atau dikhlorisasi (Mangkoewidjojo, 2006).
Alas tidur dan kebersihan
1)Alas tidur
Alas tidur harus dapat menyerap kebasahan dan bau dengan baik, serta bebas dari bahan kimia pencemar. Meskipun alas tidur harus bersifat higroskopis, tetapi tidak boleh sampai menimbulkan dehidrasi terutama pada anak mencit/tikus. Alas tidur harus lunak, tidak tajam, murah, mudah diganti, dan dapat digunakan untuk sarang. Bahan-bahan alas tidur yang bermanfaat misalnya kayu pasahan, sekam, tongkol jagung yang digerus. Untuk hewan SPF harus disterilkan dengan autoklaf (Mangkoewidjojo, 2006).
2)Pembersihan dan disinfeksi
Disinfektan yang dapat bekerja baik misalnya:
Na hipochlorid 0,1 ℅, Larutan etanol 25 ℅, Larutan Na hidroksida 30 mM, Larutan glutaraldehid 0,01 ℅.
Kandang, rak kandang, botol, dan alat lain harus dibersihkan paling sedikit sekali seminggu. Alas tidur harus diganti kurang lebih dua kali seminggu (Mangkoewidjojo, 2006).
a.Manajemen pemeliharaan (Mangkoewidjojo,1988) hewan coba: ayam&itik
1)KANDANG
§Jika dipelihara di dalam laboratorium dalam jumlah sedikit ditempatkan dalam kandang kecil atau dalam “batere”.
§Kandang batere mempunyai lantai dari anyaman kawat dan miring sehingga setiap telur yang keluar menggelinding menjauhi ayam.
§Terdapat tempat air pada satu sisi dan tempat makan di sisi lain.
§Kandang dapat menampung sampai 6 ekor dewasa, tergantung pada besarnya.
§Di daerah tropis dengan kelembaban tinggi, lebih baik menggunakan kandang dari kayu atau bambu. §Jika ayam dikandangkan di dalam suatu bangunan, tinja dikumpulkan di baki yang digantungkan di
bawah kandang.
§Teknik pengandangan menggunakan deep litter dengan atap dan ventilasi merupakan suatu cara yang kurang cocok untuk itik karena itik menghasilkan tinja yang sangat encer.
§Untuk kandang deep litter yang sering menggunakan kawat sebaiknya jangan sampai menonjol sehingga dapat melukai ayam/ itik.
§Untuk pemeliharaan ayam dan itik yang di laboratorium jangan sampai ada hewan liar yang dapat masuk.
CARA MEMBERSIHKAN KANDANG
§Baki yang digantungkan di bawah harus dibersihkan dan disikat setiap hari atau setiap tinja yang terkumpul pada kawat harus segera disikat supaya tidak terbentu kerak yang keras.
§Kandang harus steril, dengan memasaknya dalam bak besar sesudah dipakai dan sebelum ditempati ayam ataupun itik baru.
§Jika itik dipelihara di laboratorium, cairan tinja tersebut harus disemprot setiap hari untuk menghilangkan tinja sebelum kering dan membentuk kerak keras. Sehingga lantai perlu pembuangan air yang sangat baik agar lantai cepat kering dan kotoran mudah dibersihkan.
2)ALAT-ALAT MAKAN DAN MINUM
§Itik menggunakan air untuk mencelupkan makanannya sehingga air cepat kotor dan tempat air harus dibersihkan tiap hari lalu diisi dengan air bersih.
§Ayam yang dikandangkan dalam kandang kawat “batere” untuk tempat makan dan minumnya harus cukup besar untuk keperluan ayam, dan mudah dilepas untuk dibersihkan. Air harus disediakan terus-menerus.
3)PAKAN
Makanan yang harus diberikan untuk mempertahankan kondisi fisik ayam dan itik yang baik, produksi telur, dan daya tetas normal, ransum makanan harus mengandung semua zat makanan esensial. Umumnya lebih murah membeli makanan daripada membeli alat untuk membuat pellet dan berbagai bahan makanan, serta menghabiskan waktu untuk membuat ransum di bagian penelitian. Kandungan protein dalam makanan ayam dan itik yang diinginkan sangat erat hubungannya dengan kandungan energi. Keperluan protein untuk unggas naik jika kandungan energi makanan meningkat. Itik dan anak itik dapat hidup baik dengan makanan mengandung protein 2-3% lebih rendah dibanding dengan kadar yang diperlukan untuk ayam dan anak ayam. Seekor ayam dan itik dewasa makan 85-115 gram tiap hari.
4)CARA MENTERNAKKAN (Mangkoewidjojo,1988)
§Biasanya tidak perlu menternakkan ayam atau itik di laboratorium, kecuali ada persyaratan untuk memperoleh kualitas tinggi, misalnya telur fertil hamper SPF atau SPF.
§Jika perlu menternakkan unggas di laboratorium, lebih baik memelihara kelompok kecil. Satu kelompok terdiri dari satu jantan dan 9-15 betina tergantung besarnya bangsa unggas yang dipakai makin kecil jumlahnya.
§Telur untuk ayam yang ditetaskan secara alami, baik bangsa besar maupun ayam kate mudah mengeram. Sedangkan untuk telur itik biasanya dierami oleh entok.
§Telur ayam menetas pada hari ke-21, telur itik pada hari ke-28, dan telur entok pada hari ke-35 pengeraman.
5)PENGENDALIAN PENYAKIT
Prinsip yang membantu kesehatan dan efisiensi tubuh, yaitu : keseimbangan badan, dan kekuatan dan ketegapan biakan, cukup makanan, lingkungan yang cocok, pemberantasan dan pengendalian penyakit menular (Mangkoewidjojo,1988).
b.Sebelum atau selama penelitian
Hewan laboratorium yang akan digunakan untuk penelitian harus yang memiliki kualitas standart agar hasil penelitian valid. Oleh karena itu harus diperhatikan dan dipenuhi persyaratan standar meliputi fasilitas hewan laboratorium, ransum makanan, perkembangbiakan dan reproduksi, pemeliharaan dan lingkungan penelitian juga harus disebutkan secara khusus kondisi suhu, cahaya, kelembapan udara ruang penelitian
Sebelum memulai eksperimen, hewan laboratorium harus diamati, dicatat penampilan hewan sehari-hari pada umumnya catatan ini mencakup
§Berat badan, umur, kelamin, konsumsi makanan, kondisi waktu dtang dan tanggal kedatangan
§Kesehatan hewan
§Pengobatan yang pernah diberikan (jika ada)
§Pemasok hewan
Hewan harus diamati dengan teratur selama penelitian berlangsung. Sewaktu hewan dapat mengalami peubahan fisik, fisiologik atau metabolika, kebiasaan sehari-hari bahkan kematian. Semua data harus dicatat. Data yang penting meliputi:
§Kelainan umum, fisik, tingkah laku, konsumsi makan dan minum
§Kelainan mata baik diperiksa dengan atau tanpa alat
§Kulit dan rambut
§Mulut, gigi, tenggorkan (pada hewan besar)
§Adanya lesi dan benjolan §Adanya infeksi, abses
§Kesakitan,dare, batuk, muntah
§Leleran dari mata hidung atau dari bagian badan yang lain
Lebih baik jika diambil sampel darah, urin, tinja untuk mengevaluasi pengaruh prosedur uji. Pengambilan sampel lebih baik dilakukan pada siang hari untuk menghindari perubahan karena ritme diurnal (Mangkoewidjojo, 2006).
Apabila hewan mati atau sekarat sebalum penelitian berakhir maka harus dinekropsi dan diambil sampel jaringannya untuk pemeriksaan lebih lanjut sesuai dengan protokol penelitian, termasuk pemeriksaan histopatologik(Mangkoewidjojo, 2006).
Pada akhir eksperimen, dokter hewan atau orang berkompeten harus memutuskan hewan dibiarkan hidup atau harus dieutanasi. Tidak boleh ada hewan dibiarkan hidup jika sekiranya menunjukkan nyeri permanen atau menderita, hewan tidak dibenarkan digunakan lebih dari satu kali eksperimen yang dapat menimbulkan nyeri atau menderita (Mangkoewidjojo, 2006).
Cara handling dan restraint
§Mencit: Pertama-tama tempatkan pada
permukaan kasar agar mencit dapat berpegangan, lalu untuk mengambilnya, tarik
mundur ekornya dengan pelan dan lembut. Pegang bagian kulit longgar di belakang leher dengan ibu jari dan telunjuk, sementara jari kelingking membelit ekor, seperti ditunjukkan oleh gambar di samping (Nichols, 2006).
§Tikus: Genggam bagian bahu, dengan ibu jari dan telunjuk pada leher sehingga kepala tikus menghadap
atas.
§Marmut: Dengan tangan kanan, senggam daerah bahu sehingga jemari mengelilingi dada. Sementara
tangan kiri mensupport bagian bawah tubuh marmut.
§Kelinci Jangan pernah membawa kelinici dengan memegang telinganya. Pegang bagian kulit longgar pada belakang leher dan tangan kiri mensupport bagian bawah tubuh kelinci. Atau cara menggendongnya dengan menempatkan kepala kelinci diantara siku dan bagian tubuh kita, sementara tangan hingga pergelangan menjaga tubuhnya, dan dengan tangan kiri memegang bagian kaki. Cara ini membuat kelinci diam dan tidak meronta.
·Ayam dan itik: Anak ayam dan itik harus dipegang erat tetapi hati-hati dengan meletakkan tangan dipunggung dan melingkari badan. Jika unggas dewasa atau sedang tumbuh ada di dalam kandang, harus ditangkap dengan menggunakan kedua tangan. Untuk menangkap tangan ditempatkan di kedua sisi ungas dengan ibu jari di atas sayapuntuk menekan sayap dan mencegah kibasan dari sayap. Unggas harus dipegan erat tetapi hati-hati. Unggas yang dipelihara di dalam kandang harus digiring perlahan-lahan ke satu sisi dengan membuat sekat di satu sudut. Dengan unggas menghadap ke arah pemegang, satu tangan ditempatkan di bawah dada dan memegang kaki erat-erat. Tangan lain diletakkan di atas punggung untuk mencegah unggas berkibas-kibas (Mangkoewidjojo,1988)
§Kucing: Pegang kaki depan kucing dengan tangan kanan sementara tubuhnya “dikunci” dengan menempatkan diantara siku dan bagian tubuh kita. Tangan kiri emngontrol kepala denga memegang mandibula (Sonsthagen, 1991).
Penandaan (identifikasi) hewan laboratorium
Beberapa cara penandaan hewan lab. Dilakukan untuk mengetahui kelompok hewan yang diperlakukan berbeda dengan kelompok lain. Penandaan ini dapat dilakukan secara permanen untuk penelitian jangka panjang (kronis), sehingga tanda tersebut tidak mudah hilang. Yaitu : dengan ear tag (anting bernomor), tatoo pada ekor, melubangi daun telinga dan elektronik transponder.
Pengambilan darah
Pada umumnya pengambilan darah terlalu banyak pada hewan kecil dapat menyebabkan shok hipovolemik, stress dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Tetapi bila dilakukan pengambilan sedikit darah tetapi sering, juga dapat menyebabkan anemia. Pada umumnya pengambilan darah dilakukan sekitar 10% dari total volume darah dalam tubuh dan dalam selang waktu 2-4 minggu. Atau sekitar 1% dengan interval 24 jam. Total darah yang diambil sekitar 7,5% dari bobot badan. Diperkirakan pemberian darah tambahan (exsanguination) sekitar setengah dari total volume darah. Contohnya: Bobot 25g, total volume darah 1,875 ml, maksimum pengambilan darah 0,1875 ml, maka pemberian exsanguination 0,9375 ml.
Pengambilan darah dapat dilakukan pada lokasi tertentu dari tubuh, yaitu: - vena lateral dari ekor
-sinus orbitalis mata
-vena saphena
-langsung dari jantung
-vena pectoralis externa yang ada di bagian ventral sayap (unggas)
Apabila hewan mati atau sekarat sebalum penelitian berakhir maka harus dinekropsi dan diambil sampel jaringannya untuk pemeriksaan lebih lanjut sesuai dengan protokol penelitian, termasuk pemeriksaan histopatologik(Mangkoewidjojo, 2006).
Pada akhir eksperimen, dokter hewan atau orang berkompeten harus memutuskan hewan dibiarkan hidup atau harus dieutanasi. Tidak boleh ada hewan dibiarkan hidup jika sekiranya menunjukkan nyeri permanen atau menderita, hewan tidak dibenarkan digunakan lebih dari satu kali eksperimen yang dapat menimbulkan nyeri atau menderita (Mangkoewidjojo, 2006).
c.Euthanasi
1.Metode yang digunakan harus berperikemanusiaan
2.Tidak berpengaruh pada pemeriksaan organ atau jaringan yang memang tertulis dalam protokol eksperimen
3.Metode harus terpecaya, efektif, ekonomis, mudah dilaksanakan dan harus aman bagi petugas laboratorium
4.Harus dilakukan oleh petugas yang mendapat perlatihan yang memadai
5.Hewan harus ditangani dengan hati-hati untuk meminimalkan penderitaan “berteriak” atau teramon
Metode yang dipakai pada euthnasi adalah metode fisik-mekanik atau metode farmako-kimia termasuk inhalasi. Sesudah hewan mati dilakukan mikropsi jika eksperimen perlu pemeriksaan lebih lanjut, sampel jaringan diambil dan dofiksas dalam formalin bufer 10% untuk pemeriksaan histopatologik. Pemeriksaan histopatologik sangat penting dalam ekspentasi mengevaluasi uji keamanan suatu obat/uji toksikologik, karena bukti morfologik jaringan dalam proses patologik merupakan perubahan paling konsisten yang dapat diidentifikasi akibat prosestoksik jaringan untuk pemeriksaan lain non-histopatologik, disiapkan sesuai prosedur yang diperlukan tanpa disfiksasi dalam formalin (Mangkoewidjojo, 2006).
3.Legislasi yang mengatur Laboratory Animal Walfare
a.Pasal 66 UU No. 18 Tahun 2009:
Bagian Kedua: Kesejahteraan Hewan Pasal 66
(1)Untuk kepentingan kesejahteraan hewan dilakukan tindakan yang berkaitan dengan penangkapan dan
penanganan; penempatan dan pengandangan; pemeliharaan dan perawatan; pengangkutan; pemotongan dan pembunuhan; serta perlakuan dan pengayoman yang wajar terhadap hewan.
(2)Ketentuan mengenai kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara manusiawi yang meliputi:
a.penangkapan dan penanganan satwa dari habitatnya harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan di bidang konservasi;
b.penempatan dan pengandangan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga memungkinkan hewan
dapat mengekspresikan perilaku alaminya;
c.pemeliharaan, pengamanan, perawatan, dan pengayoman hewan dilakukan dengan sebaikbaiknya
d.sehingga hewan bebas dari rasa lapar dan haus, rasa sakit, penganiayaan dan penyalahgunaan, serta rasa takut dan tertekan;
e.pengangkutan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari rasa takut dan
tertekan serta bebas dari penganiayaan;
f.penggunaan dan pemanfaatan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari
penganiayaan dan penyalahgunaan;
g.pemotongan dan pembunuhan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari
rasa sakit, rasa takut dan tertekan, penganiyaan, dan penyalahgunaan; dan
h.perlakuan terhadap hewan harus dihindari dari tindakan penganiayaan dan penyalahgunaan.
(3)Ketentuan yang berkaitan dengan penyelenggaraan kesejahteraan hewan diberlakukan bagi semua jenis hewan bertulang belakang dan sebagian dari hewan yang tidak bertulang belakang yang dapat merasa sakit.
(4)Ketentuan lebih lanjut mengenai kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri. Penjelasan Pasal 66 ayat 4:
Ayat (4)
Termasuk dalam ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri, antara lain, adalah pengembangan KomiteKesejahteraan Hewan Nasional untuk membina komisi kesejahteraan hewan laboratorium di berbagai instansi dalamrangka pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan.
7. Alasan dan tujuan dilakukan uji pre klinik ?
- untuk mengidentifikasi potensi terjadinya toksisitas pada manusia;
- merancang berbagai uji untuk menetapkan mekanisme toksis lebih jauh;
- dan memperkirakan toksisitas yang spesifik dan paling relevan untuk dipantau dalam uji-uji klinis.
- Uji toksisitas akut: menetapkan potensi toksisitas akut (LD50), menilai gejala klinis, spektrum efek toksik dan mekanisme kematian.
Legislasi yang mengatur Laboratory Animal Walfare
a.Pasal 66 UU No. 18 Tahun 2009:
Bagian Kedua: Kesejahteraan Hewan Pasal 66
(1)Untuk kepentingan kesejahteraan hewan dilakukan tindakan yang berkaitan dengan penangkapan dan penanganan; penempatan dan pengandangan; pemeliharaan dan perawatan; pengangkutan; pemotongan dan pembunuhan; serta perlakuan dan pengayoman yang wajar terhadap hewan.
(2)Ketentuan mengenai kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara manusiawi yang meliputi:
a.penangkapan dan penanganan satwa dari habitatnya harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan di bidang konservasi;
b.penempatan dan pengandangan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga memungkinkan hewan
dapat mengekspresikan perilaku alaminya;
c.pemeliharaan, pengamanan, perawatan, dan pengayoman hewan dilakukan dengan sebaikbaiknya
d.sehingga hewan bebas dari rasa lapar dan haus, rasa sakit, penganiayaan dan penyalahgunaan, serta rasa takut dan tertekan;
e.pengangkutan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari rasa takut dan
tertekan serta bebas dari penganiayaan;
f.penggunaan dan pemanfaatan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari
penganiayaan dan penyalahgunaan;
g.pemotongan dan pembunuhan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari
rasa sakit, rasa takut dan tertekan, penganiyaan, dan penyalahgunaan; dan
h.perlakuan terhadap hewan harus dihindari dari tindakan penganiayaan dan penyalahgunaan.
(3)Ketentuan yang berkaitan dengan penyelenggaraan kesejahteraan hewan diberlakukan bagi semua jenis hewan bertulang belakang dan sebagian dari hewan yang tidak bertulang belakang yang dapat merasa sakit.
(4)Ketentuan lebih lanjut mengenai kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri. Penjelasan Pasal 66 ayat 4:
Ayat (4)
Termasuk dalam ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri, antara lain, adalah pengembangan KomiteKesejahteraan Hewan Nasional untuk membina komisi kesejahteraan hewan laboratorium di berbagai instansi dalamrangka pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan.
10. Hewan apa saja yang digunakan utk uji pre klinik ?
Hewan yang baku digunakan adalah galur tertentu dari mencit, tikus, kelinci, marmot, hamster, anjing atau beberapa uji menggunakan primate
11. Bgmn prosedur utk melakukan uji pre klinik ? rancangan percobaan, pengamatan dan evaluasi
12. mengapa data dr hewan tdk dapat diekstrapolasikan begitu saja ke manusia ?
Ekstrapolasi adalah metode yang dipergunakan dalam memprediksi nilai dari suatu data atau fungsi yang berada di luar interval (data awal yang telah diperoleh).
Ekstrapolasi data dari hewan kemanusia dengan demikian diperlukan untukmengkaji fisiko efek genetik. Hal ini dilakukankarena tidak ada populasi manusia yang adaselain korban born atom yang dapatmemberikan sebuah dasar substansial untuksturn epidemiologi genetik. Dengan demikiandasar ilmiah dari ekstrapolasi harus bergantungpada basil penelitian tingkat seluler danmolekuler. Diketahui bahwa sensitifitasmanusia dalam hal induksi mutasi pada sel germinal oleh radiasi, lebih rendah dibandingkan mencit.
Ekstrapolasi indeks terapeutik dan data toksisitas dari hewan ke manusia dapat
memberikan perkiraan untuk sebagian besar toksisitas tetapi tidak seluruhnya. Untuk menemukan suatu proses yang lebih maju, dibentuklah Predictive Safety
Testing Consortium, yakni suatu badan yang merupakan gabungan lima
perusahaan farmasi terbesar di Amerika Serikat dengan Food and Drug
Administration (FDA) sebagai badan penasehat, untuk memperkirakan keamanan
suatu pengobatan sebelum diujikan pada manusia. Hal ini dicapai dengan cara menggabungkan berbagai metode laboratorium yang dikembangkan secara internal dalam tiap perusahaan farmasi.
Perbedaan:
- dosis
- genetik
- struktur anatomi dan fisiologi
REFERENSI
Hau, J., & Hoosier Jr., G. L. (2003). Handbook of Laboratory Animal Science Second Edition. Boca Raton: CRC Press.
Sulaksono, M. E. (1987). Dilema Pada Hewan Percobaan Untuk Pemeriksaan Produk Biologis. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI.
Kusumawati, Diah.2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogyakarta. UGM Press.
Mangkoewidjojo, Soesanto. 1988. Bioetik dan Kesejahteraan Hewan Dalam Penelitian Biomedik Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Hewan UGM
______________. 2006. Hewan Laboratorium Dalam Penelitian Biomedik. Yogyakarta
Nichols, J.B. 2006.The Laboratory Mouse.
www.fau.edu/research/ovs/VetData/mouse.php . Diakses tanggal 25 November 2009.
Salasia, SIO. 2007. Etik dan Kesejahteraan Hewan. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada
Sonsthagen, T.F. 1991. Restraint. California: American Veterinary Publication.
Sulaksono, M.E. 1987. Dilema Pada Hewan Percobaan Untuk Pemeriksaan Produk Biologis. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126098-FAR.040-08-Uji%20toksisitas-Literatur.pdf http://fatchiyah.lecture.ub.ac.id/files/2013/03/Lect-2-Laik-Ethik-riset-dengan-Hewan-Coba-FAT.pdf http://books.google.co.id/books? id=9vnO9z5CxK0C&pg=PA191&lpg=PA191&dq=prinsip+dasar+penelitian+dengan +hewan+coba&source=bl&ots=KDFPe5X603&sig=MvtciGYzbue2FYFy6vOH5Oo6LcA