• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

3.2 Arahan Strategis Nasional

3.2.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.

Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI

dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan factor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama. KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut:

a. Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan

b. Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap KPI

c. Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentrasentra produksi di masing-masing KPI

d. Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, dampak ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah (Presiden RI)

Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk kedalam pengembangan koridor ekonomi wilayah jawa. Pengembangan Koridor Ekonomi Jawa mempunyai tema Pendorong Industri dan Jasa Nasional. Selain itu, strategi khusus Koridor Ekonomi Jawa adalah mengembangkan industri yang mendukung pelestarian daya dukung air dan lingkungan. Secara umum, Koridor Ekonomi Jawa memiliki kondisi yang lebih baik di bidang ekonomi dan sosial, sehingga Koridor Ekonomi Jawa berpotensi untuk berkembang dalam rantai nilai dari ekonomi berbasis manufaktur ke jasa. Koridor ini dapat menjadi benchmark perubahan ekonomi yang telah sukses berkembang dalam rantai nilai dari yang sebelumnya fokus di industri primer menjadi fokus di industri tersier, sebagaimana telah terjadi di Singapura, Shenzen dan Dubai. Koridor Ekonomi Jawa memiliki beberapa hal yang harus dibenahi, antara lain:

- Tingginya tingkat kesenjangan PDRB dan kesenjangan kesejahteraan di antara provinsi di dalam koridor;

- Pertumbuhan tidak merata sepanjang rantai nilai, kemajuan sektor manufaktur tidak diikuti kemajuan sektor-sektor yang lain;

- Kurangnya investasi domestik maupun asing; - Kurang memadainya infrastruktur dasar.

Sumber: MP3EI

Gambar 3. 11Tema Pembangunan Pusat ekonomi dan Kegiatan Ekonomi Utama Koridor Jawa

Selain kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus Koridor Ekonomi Jawa di atas, di koridor ini juga terdapat beberapa kegiatan yang dinilai mempunyai potensi pengembangan, seperti besi baja, tembaga, dan migas serta 10 Destinasi Pariwisata Nasional (DPN). Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat juga berkontribusi di dalam pengembangan Koridor Ekonomi Jawa secara menyeluruh. Selain itu, juga dikembangkan industry kreatif dan pariwisata yang berbasis UKM di Yogyakarta. Dalam rangka mendukung perkembangan SDM dan IPTEK, Bandung, Yogyakarta dan Malang diarahkan sebagai pusat-pusat pendidikan.

Terkait dengan Pembangunan Koridor Ekonomi Jawa teridentifikasi rencana investasi baru untuk kegiatan ekonomi utama Makanan-Minuman, Tekstil, Peralatan Transportasi, Jabodetabek Area, Perkapalan, Alutsista, serta infrastruktur pendukung dengan total IDR 1.290 Triliun. Di samping investasi di atas, ada pula beberapa investasi untuk kegiatan yang bukan menjadi kegiatan ekonomi utama di Koridor Ekonomi Jawa, tetapi menjadi bagian dari

22 kegiatan ekonomi utama seperti, besi baja, tembaga, pariwisata yang difokuskan pada 10 Destinasi Pariwisata Nasional serta migas dengan jumlah

investasi sebesar IDR 168,58 Triliun. Selain itu, ada pula investasi dari beberapa kegiatan di luar 22 kegiatan ekonomi utama yang dikembangkan di MP3EI seperti petrokimia sebesar IDR 18,00 Triliun.

Sumber: MP3EI

Gambar 3. 12 Peta Investasi Koridor Ekonomi Jawa

Pengembangan sejumlah kegiatan ekonomi utama serta pengembangan konektivitas di Koridor Ekonomi Jawa, diharapkan dapat mengatasi permasalahan utama yang dihadapi oleh koridor yaitu kesenjangan PDRB antar daerah. Percepatan dan perluasan perekonomian di Koridor Ekonomi Jawa diharapkan dapat memperkuat posisi Koridor Ekonomi Jawa sebagai “Pusat Pengembangan Industri dan Jasa Nasional” dan memberikan efek positif bagi pengembangan Koridor lainnya. Sedangkan daftar invetasi infrastruktur yang teridentifikasi di Koridor Jawa menurut MP3EI dijelaskan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3. 11 Daftar Investasi Infrastruktur yang Teridentifikasi di Koridor Jawa

Sumber: MP3EI

Berdasarkan ulasan MP3I di atas, Kota Yogyakarta dan sekitarnya termasuk ke dalam pusat ekonomi koridor jawa disamping Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya. Sebagai pusat ekonomi perkembangan ekonomi yang diharapkan dari Kota Yogyakarta adalah sebagai Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) sehingga memerlukan investasi infrastruktur bandara internasional untuk mendukung pengembangan ekonomi tersebut. Rencana pengembangan bandara internasional baru berada di lokasi Kabupaten Kulon Progo. Oleh karena itu Kabupaten Kulon Progo termasuk kedalam kabupaten/kota yang memiliki Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang diprioritaskan mendapatkan fasilitasi pengembangan infrastruktur dari Direktorat Jenderal Cipta Karya.

3.2.5 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Sesuai dengan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK terdiri atas satu atau beberapa zona, antara lain pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi, dan ekonomi lainnya. Pembentukan KEK tersebut dapat melalui usulan dari Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan Nasional. Selain itu, Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang dilakukan berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian.

Sedangkan lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area baru maupun perluasan dari KEK yang sudah ada. Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :

a. sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung;

b. adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan;

c. terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan;

d. mempunyai batas yang jelas.

Contents

3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Sebagai Arahan Spasial RPI2-JM ... 1

3.1.1 RTRW Nasional ... 1

3.1.2 RTR Kawasan Strategis Nasional ... 4

3.1.3 RTR Pulau Jawa-Bali ... 6

3.1.3.1 Arahan Struktur Ruang RTR Pulau Jawa-Bali ... 6

3.1.3.2 Pola Ruang DIY Berdasarkan RTR Pulau Jawa-Bali ... 9

3.1.4 RTRW Provinsi D.I. Yogyakarta ... 14

3.1.4.1 Rencana Struktur Ruang DIY ... 14

3.1.4.2 Rencana Pola Ruang DIY ... 18

3.1.4.3 Kawasan Strategis DIY ... 21

3.1.5 RTRW Kabupaten Gunungkidul ... 25

3.1.5.1 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Gunungkidul ... 25

3.1.5.2 Rencana Pola Ruang Kabupaten Gunungkidul ... 33

3.1.5.3 Kawasan Strategis Kabupaten Gunungkidul ... 44

3.2 Arahan Strategis Nasional ... 46

3.2.1 Kawasan Strategis Nasional (KSN) ... 46

3.2.2 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) ... 46

3.2.3 Pusat Kegiatan Nasional (PKN) ... 47

3.2.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 47 3.2.5 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) ... 51

Dokumen terkait