BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
B. Mata Pelajaran Fiqih
1. Pengertian Mata Pelajaran Fiqih
Pada tingkatan Madrasah Tsanawiyah (MTs) mata pelajaran fiqih merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar mereka bisa mengenal, memahami dan mengamalkan syariat Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya dalam bermasyarakat.
Secara etimologi, fiqih berarti paham yang mendalam.42 Dengan definisi lain dalam buku zakiah, fiqih artinya faham atau tahu.43 Dan dalam firman Allah SWT surah At-Taubah ayat 122 dijelaskan:
”Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.44
Tahu dan paham yang dimaksud di atas adalah tahu dan paham tentang masalah-masalah agama. Pengertian fiqih seperti tergambar pada ayat di atas merupakan pengertian yang sebenarnya. Pengertian tersebut pada perkembangan selanjutnya mengalami penyempitan makna. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Quraisy Shihab bahwa ”fiqih yang pada mulanya dimaksudkan sebagai pengetahuan yang menyeluruh tentang
42
Amir syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 2 43
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, … h. 78
44
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran Dan Terjemahan, (Semarang:CV. Adi Grafika,1994), h. 301
agama, mencakup hukum, keimanan, akhlak, al-qur’an, dan hadits”.45 Tetapi istilah itu kemudian dipakai khusus menyangkut pengetahuan tentang hukum agama saja.
Sedangkan menurut istilah yang digunakan para ahli fiqih (fuqaha), fiqih itu ialah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syariat islam yang di ambil dari dalil-dalilnya yang terperinci. Dilihat dari segi ilmu pengetahuan yang berkembang dalam kalangan ulama islam, fiqih itu ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan/membahas/memuat hukum-hukum islam yang bersumber pada al-qur’an, sunah dan dalil-dalil syar’i yang lain, setelah diformulasikan oleh para ulama dengan mempergunakan kaedah-kaedah ushul fiqih.46 Sementara itu menurut pengikut As-Syafi’i mengatakan bahwa
fiqih itu adalah:
”Ilmu yang menerangkan segala hukum agama yang berhubungan dengan pekerjaan para mukallaf, yang dikeluarkan (istinbatkan) dari dali-dalil yang jelas (tafshili)”.47
Senada dengan As-Syafi’i, ulama Hanafiyah memberikan batasan
bahwa fiqih adalah ilmu yang menerangkan segala hak dan kewajiban yang berhubungan dengan amalan para mukallaf.
Dari definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud fiqih yaitu ilmu yang menerangkan segala hukum-hukum yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci.
45
M. Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994), h. 383 46
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 78
47
Hasbi Ash-Siddieqy, Pengantar Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), cet. VI, h. 25-26
Adapun pengertian mata pelajaran fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah: 48
a. Mata pelajaran fiqih adalah bimbingan untuk mengetahui ketentuan-ketentuan syariat islam. Materi yang sifatnya memahami, menghayati dan mengamalkan pelaksanaan syariat tersebut yang kemudian menjadi dasar pandangan dalam kehidupannya, keluarga dan masyarakat lingkungannya. b. Bentuk bimbingan tersebut tidak terbatas pada pemberian pengetahuan,
tetapi lebih jauh seorang guru dapat menjadi contoh dan tauladan bagi siswa dan masyarakat lingkungannya. Dengan keteladanan guru diharapkan para orang tua dan masyarakat membantu secara aktif pelaksanaan fiqh di dalam rumah tangga dan masyarakat lingkungannya.
Dari penjelasan di atas, dapat penulis pahami tentang pengertian mata pelajaran fiqh dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah yaitu mata pelajaran yang diarahkan untuk memberikan pengetahuan, pemahaman dan bimbingan kepada siswa mengenai ketentuan-ketentuan syariat islam untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Mata Pelajaran Fiqih
Pembelajaran fiqih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik agar dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaffah (sempurna). Pengembangan Isi kurikulum Fiqih di Madrasah Tsanawiyah (MTs) merupakan kelanjutan dari kurikulum di MI, beberapa isi kurikulum merupakan perluasan dan pendalaman dari kurikulum sebelumnya. Sehingga pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat :49
48
Depag RI, GBPP Mts Mata Pelajaran Fiqih, (Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1993), cet ke-1, h. 1
49
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No:2 Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah , (Jakarta: Bp. Mediatama Pustaka Mandiri, 2009), Cet Ke-1, h. 90.
1) Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam fiqih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam fiqih muamalah.
2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih
Ruang lingkup mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi ketentuan pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan sesama manusia. Adapun ruang lingkup mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi:50
a. Aspek fiqih ibadah meliputi: ketentuan dan tata cara taharah, shalat fardu, salat sunnah dan salat dalam keadaan darurat, sujud, azan dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah salat, puasa, zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah, makanan, perawatan jenazah, dan ziarah kubur.
b. Aspek fiqih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual beli, qirad, riba, pinjam-meminjam, utang piutang, gadai, dan upah.
Seluruh hukum syariah yang berkaitan dengan berbagai tindakan manusia, ucapan ataupun tindakan seluruhnya diambil dari nash-nash yang telah ada, di samping istimbat dalil-dalil syariah islam yang tidak terdapat nashnya, yang kemudian digolongkan di dalam ilmu fiqih.
50
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No:2 Tahun 2008 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah…,
Para penulis kitab-kitab Fiqih Syafi’iyah membagi pembahasan fiqih kepada empat bagian, yaitu:51
a. Aspek Ibadah meliputi masalah-masalah yang dapat dikelompokan kedalam kelompok thaharah, shalat, puasa, zakat, haji, qurban, jenazah serta aqiqah.
b. Aspek Mu’amalat meliputi masalah-masalah yang dikelompokan kedalam kelompok persoalan harta kekayaan, harta milik, harta kebutuhan, cara mendapatkan dan menggunakannya seperti dalam permasalahan jual beli, khiyar, gadai, jaminan, dan lain-lain.
c. Aspek Munakahat meliputi masalah-masalah yang di kelompokan kedalam kelompok persoalan pernikahan.
d. Aspek Jinayat meliputi masalah-masalah yang di kelompokan kedalam kelompok persoalan pelanggaran, kejahatan, bembalasan, hukuman dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk sosial dalam bertindak, berpikir selalu dipengaruhi oleh jiwa dan lingkungannya, untuk membimbing manusia bertindak, berucap dan berpikir dibutuhkan sekali peranan fiqih sehingga manusia itu selamat dalam kedudukan sekarang dan akan datang. Jadi peranan dan kedudukan fiqih adalah menerapkan hukum islam terhadap seluruh tindakan manusia baik perkataan maupun perbuatan berdasarkan
al-qur’an dan sunah.
Selanjutnya ilmu fiqih juga membicarakan tentang berbagai hal diantaranya yakni mengenai hubungan-hubungan seperti:52
a. Hubungan manusia dengan Allah, tuhannya dan para rasulnya b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
c. Hubungan manusia dengan keluarga dan tetangganya
d. Hubungan manusia dengan orang lain yang seagama dengan dia e. Hubungan manusia dengan orang lain yang tidak seagama dengan dia
51
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,…h. 80
52
f. Hubungan manusia dengan makhluk hidup yang lain seperti binatang dan lain-lain
g. Hubungan manusia dengan benda mati dan alam semesta h. Hubungan manusia dengan masyarakat dan lingkungannya i. Hubungan manusia dengan akal pikiran dan ilmu pengetahuan
j. Hubungan manusia dengan alam ghaib seperti setan, iblis, surga, neraka, alam barzah, yaumil hisab dan sebagainya.