• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian inidilakukan pada bulan Oktober 2011 sampai bulan Maret 2012 di kandang percobaan laboratorium Ternak Ruminansia Kecil Kandang B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor untuk proses pengambilan isi rumen sedangkan untuk analisis dilakukan di BATAN (Balai Tenaga Nuklir Nasional) Jakarta, laboratorium Nutrisi Ternak Daging Kerja dan Olahraga, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Biokimia, Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada. Waktu penelitian diperkirakan selama 6 bulan.

Materi

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah isi rumen, ransum berbasis

Indigofera sp., ransum limbah tauge, gas CO2, aquades 40oC, saliva buatan, nylon, Na2CO3, 0,01 M H2SO4, dan larutan volatile acid standar mix (VSA) 0,5 mikroliter LB 15952 (46975-1).

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah termos, tali, gelas platik dengan ukuran 2L, alat RUSITEC, tabung gas CO2, baskom, sarung tangan, penjepit, cawan conway, titrasi, pipet, tabung film, gas bag, botol penampung effluent, timbangan, oven 60oC, oven 105oC, tanur, loyang, benang jahit, sentrifuge, injektor, detector, tabung gas pembawa, cawan porselen, eksikator, dan GC Simatzu DC 8A.

Ransum Penelitian

Ransum perlakuan terdiri dari Indigofera sp., limbah tauge, onggok, jagung, bungkil kelapa, CaCO3, molases, bungkil kedelai, premix, dan NaCl.Daun Indigofera

sp.dan limbah tauge dijemur dan dicampur dengan bahan pakan lainnya dalam

bentuk pelet. Kemudian pelet ditumbuk halus menjadi mash untuk proses Rusitec. Ransum disusun dengan imbangan hijauan dan konsentrat 30:70 dengan kandungan PK 16% dan TDN 72% untuk domba penggemukan (NRC, 2007).

17 Tabel 3. Komposisi Bahan Ransum Penelitian

Bahan Pakan (%) Perlakuan

R1 R2 Indigofera sp. 30 0 Limbah tauge 0 30 Onggok 12 10 Jagung 10 10 Bungkil kelapa 32 32 Bungkil kedelai Molases CaCO3 8 5 2,5 10 5 2,5 NaCl Premix 0,3 0,2 0,3 0,2 Jumlah 100 100

Keterangan : R1 = ransum yang mengandung Indigofera sp., R2 = ransum yang mengandung limbah tauge

Tabel 6. Kandungan Nutrient Ransum Penelitian

Komposisi Nutrient Ransum

R1 R2 Bahan Keringa (%) 87,32 87,65 Abua (%BK) 9,43 7,43 Protein Kasar a(%BK) 20,76 19,00 Serat Kasara (%BK) 17,62 27,96 Lemak Kasara (%BK) 3,60 4,23 Beta-N a(%BK) 48,60 41,37 Ca a(%) 1,75 1,39 P a(%) 0,26 0,23 TDNc (%) 73,82 72,22 NDFb (%) 44,80 38,35 ADFb (%) 29,20 30,09

Keterangan : (a) Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, IPB (2011). (b) Hasil analisis Laboratorium Penelitian Antar Universitas, IPB (2012). (c) Hasil perhitungan menurut Sutardi (1980), TDN : Total Digestibility Nutrient, NDF : Neutral Detergent Fiber, ADF : Acid Detergent Fiber.

18

Metode 1) Pengambilan isi rumen

Pengambilan rumen dilakukan di kandang B Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Rumen domba diambil dari rumen domba garut dan domba jonggol yang dipelihara selama 3 bulan pada kandang individu untuk diambil isi rumennya yang akan digunakan sebagai sumber mikroorganisme pada RUSITEC. Pada masa hidupnya domba diberi pakan yang mengandungIndigofera sp. dan limbah tauge. Pengambilan isi rumen dilakukan dengan cara memotong domba kemudian bagian perut domba dibuka. Bagian fundus dan pangkal esofagus diikat dengan menggunakan tali. Hal ini untuk meminimalisir terkontaminasinya isi rumen dengan gas O2.Isi rumen dipisahkan dengan saluran pencernaan kemudian segera ditampung kedalam gelas plastik ukur dengan ukuran 2 liter dan dibaca volume rumennya. Isi rumen dari gelas ukur tersebut dimasukkan ke dalam termos panas. Sebelum termos digunakan, termos diisi air yang bersuhu 40oC selama satu jam. Hal ini digunakan agar dinding dalam termos sesuai dengan suhu isi rumen. Aquades di dalam termos dibuang dan cairan rumen dimasukkan ke dalam termos. Selanjutnya isi rumen tersebut di bawa ke BATAN untuk dianalisis Rusitec.

2) Persiapan RUSITEC

Tutup termos dibuka kemudian isi rumen tersebut disaring dengan kain kasa berlapis 4 untuk dipindahkan pada gelas ukur plastik. Selama penyaringan sampai rumen digunakan untuk starter Rusitec dilakukan dibawah aliran gas CO2 agar tetap dalam kondisi anaerob. Cairan yang berada di gelas ukur plastik ditakar sebanyak 400 ml untuk diletakkan pada masing-masing vessel yang memiliki kapasitas 800 ml. Selain itu vessel yang terdapat cairan rumen sebanyak 400 ml dicampur dengan 400 ml saliva buatan. Padatan isi rumen yang terdapat pada kertas saring ditimbang kurang lebih 75 gram kemudian dimasukkan ke dalam nylon dan diikat dengan menggunakan benang jahit. Sebelum digunakan kantong nylon dilakukan pengeringan pada suhu 55oC. Sebanyak 20 gram ransum yang mengandung Indigofera sp. atau 20 gram

19 limbah tauge dimasukkan ke dalam kantong nylon dan diikat dengan benang jahit.

Pemberian pakan dilakukan sesuai dengan pakan yang dikonsumsi oleh domba ketika hidup. Padatan dan pakan yang telah terbungkus dengan kantong nylon dimasukkan ke dalam feed container. Feed container dimasukkan ke dalam vessel yang telah diberikan kode sebelumnya. Vessel dimasukkan kedalam wather bath yang bersuhu sekitar 380C-420C. Terdapat 2 selang pada vessel, satu selang dihubungkan pada botol penampung effluent, dan selang lainnya dihubungkan dengangas bag. Selang yang menghubungkan vessel dengan saliva buatan dipasang. Kemudian aliran saliva buatan dinyalakan dan alat Rusitec dinyalakan.

3) Proses RUSITEC

Sebanyak 8 vessel yang berisi masing-masing cairan rumen yang sesuai dengan perlakuan penelitian. Vessel A dan vessel E berisi cairan rumen domba garut yang diberi pakan berbasis Indigofera sp. Vessel B dan vessel F berisi cairan rumen domba jonggol yang diberi pakan berbasis limbah tauge. Vessel C dan vessel G berisi cairan rumen domba jonggol yang diberi pakan berbasis

Indigofera sp. Vessel D dan vessel H diisi dengan cairan rumen domba garut

yang diberi pakan limbah tauge. Proses running RUSITEC dilakukan selama 24 jam. Kemudian setelah 24 jam dilakukan penggantian pakan baru dan pengambilan pakan yang terdapat dalam vessel.

Penggantian pakan dilakukan dengan cara aliran saliva buatan dimatikan terlebih dahulu kemudian saluran RUSITEC dimatikan. Selama RUSITEC dimatikan wather bath tidak dimatikan. Gas bag dilepas dari selang dan segera ditutup. Botol yang berisi efluent dilepas dari selang dan segera ditutup dengan menggunakan plastik film. Produksi efluent dicatat untuk selanjutnya digunakan analisis NH3. Kemudian selang saliva buatan di lepas dan vessel dikeluarkan dari

wather bath dipindah dalam wadah yang berisi air hangat supaya kondisi thermal

tetap stabil. Feed container dilepas padatan yang posisinya diatas diambil, dan dicuci dengan menggunakan saliva buatan dan diperas. Padatan tersebut akan dianalisis kecernaan bahan kering dan bahan organiknya. Cairan hasil perasan tersebut dimasukkan kembali kedalam vessel. Pakan baru diambil untuk

20 diletakkan di bawah pakan lama, kemudian vessel ditutup. Dalam pengerjaan penggantian pakan cairan rumen yang berada di dalam vessel harus dialiri gas CO2 agar tetap dalam kondisi anaerob. Vessel ditutup dan dimasukkan ke dalam

wather bath dan proses RUSITEC berlanjut.

4) Analisis NH3

Efluent dari inkubasi 24 jam yang berasal dari tabung dianalisis NH3 dengan cara menggunakan cawan conway. Bibir cawan conway dan tutup diolesi dengan vaselin, effluent yang berasal dari proses fermentasi diambil 1.0 ml kemudian ditempatkan pada salah satu ujung alur cawan conway. Larutan Na2CO3 jenuh sebanyak 1.0 ml ditempatkan pada salah satu ujung cawan conway bersebelahan dengan supernatant. Larutan asam borat berindikator sebanyak 1.0 ml ditempatkan dalam cawan kecil yang terletak di tengah cawan conway. Cawan conway yang sudah diolesi vaselin ditutup rapat hingga kedap udara, larutan Na2CO3 dicampur dengan effluent hingga merata dengan cara menggoyang–goyangkan dan memiringkan cawan tersebut. Setelah itu dibiarkan selama 24 jam dalam suhu kamar. Setelah 24 jam suhu kamar dibuka, asam borat berindikator dititrasi dengan H2SO4 0.005 N sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah. Hasil titrasi dicatat.

N-NH3 (mM) = ml H2SO4 x N H2SO4 x 1000 g sampel x BK sampel

5) Analisis VFA Parsial (Gas Chromatografi)

Sebanyak10 mlsampelefluentdisentrifugasiselama 10menit. Hal tersebut untuk memisahkan supernatan dari padatan. Larutan standar yaitu 4% 2-metil valericdalamasam format(w/w) sebanyak 250ml dicampurdengan 5mlsupernatanmenggunakanvortex.Sekitar 1,5mlcampuran tersebut dimasukkan kedalam tabung effendorf dan disentrifugasi pada15000gram (Biofuge A,

Hereause Sepatech) selama 10menit. Sebanyak 1,4µlsampeldisentrifugasi yang

21 digunakan untuk mengukur VFA parsial adalah larutan volatile acid standar mix (VSA) sebanyak 0,5 mikroliter

VFA parsial dideteksi dengan menggunakangascromatograph(GC-14B, Simadzu DC 8A) dilengkapidengan tempat pengemas (10% carbowax20MTPASP1000dengan 1% H3PO4padacromosorbWAW80/100) dan nyala detektorionisasi terhubung kecromatro-integrator. H2dengan tekanangas 120kPa seperti gas perantara. Suhu oven sekitar 170oC, sedangkansuhukolomdetektor, dan injectormasing-masing 140oC, 230oC, dan 230oC.Sampel yang telah di sentrifuge disuntikkan sebanyak 0,5 Mliter dengan menggunakan syringe kedalam injektor. data ditampilkan dalam bentuk kromatogram. Garis kurva yang terbentuk diukursetelah minimal 1,565 menituntuk C2(asetat), 2,24untuk C3(propionat), 2,832untukIC4(iso-butirat), 3,42untuknC4(butirat), 4,575untukIC5(iso-valerat), 5,855untukNc5(valerat). Rumus yang digunakan dalam perhitungan VFA parsial adalah :

6) Pengukuran KCBK dan KCBO(Czerkawski & Breckenridge Methode)

Kantong nylon dimasukkan kedalam oven 55oC untuk mendapatkan bobot konstan. Kantong nylon diisi sampel pakan sebanyak 20 gram kemudian ditali dengan menggunakan benang jahit. Kantong nylon yang berisi sample pakan kemudian diinkubasi selama 48 jam. Setelah diinkubasi kantong nylon dicuci dengan saliva mengalir dan diperas kemudian dioven 55oC dengan menggunakan loyang sampai berat konstan dan ditimbang. Sample dimasukkan kedalam cawan porselin yang bersuhu oven 105oC selama 24 jam. Cawan porselin yang berisi sampel dimasukkan kedalam eksikator sekitar 10 menit. Bobot kehilangan kadar air dicatat. Cawan porselin beserta sampel dimasukkan ke dalam tanur yang bersuhu 450-600oC untuk menghitung bahan organik.

C2= x pengenceran x konsentrasi standard (10 Mmol) area sampel

22 KCBK = x 100

KCBO = x 100

Keterangan :

KCBK = Koefisien Cerna Bahan Kering (%) KCBO = Koefisien Cerna Bahan Organik (%)

Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 2x2 dengan 2 ulangan dengan faktor pertama adalahjenis ransum (Indigofera sp. dan limbah tauge), faktor kedua yaitu bangsa domba lokal (UP3 Jonggol dan Garut). Model yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + Ai + Bj + (AB)ij+ ɛij

Keterangan:

Yijk : nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ke-j µ : nilai tengah

Ai : pengaruh perlakuan bangsa domba (UP3 Jonggol dan Garut) ke-i Bj : pengaruh perlakuan jenis ransum (berbasis Indigofera sp.. dan limbah

tauge) ke-j

(AB)ij : interaksi antara bangsa dan jenis ransum ɛij : pengaruh galat percobaan

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (Analysis of Variance) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diukur diuji menggunakan uji lanjut Duncan untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan tersebut (Mattjik dan Sumertajaya, 2006).

BK sampel – BK residu

BK sampel

BO sampel – BO residu

23

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait