Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Bagian Bedah dan Radiologi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi, Bagian Fisiologi Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi IPB, dan Rumah Sakit Hewan Pendidikan Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor. Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 11 bulan, dari bulan Februari sampai dengan bulan Desember 2010.
Materi Penelitian
Anjing yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 24 ekor dengan kisaran umur sama (20±2 bulan), berjenis kelamin jantan, dan dengan berat rata- rata 10±2 kilogram (kg). Anjing yang dipergunakan adalah anjing lokal yang diperoleh di sekitar kampus IPB Darmaga, Bogor. Anjing dikandangkan sebagai proses adaptasi. Selama proses adaptasi anjing diberikan pakan dog food serta dilakukan pemeriksaan kesehatan secara klinis dan anjing dilatih dalam hal handling dan adaptasi terhadap ruangan tempat pengambilan data. Pemeriksaan fisik meliputi signalemen, respirasi, kardiovaskuler, status dehidrasi, refleks- refleks (refleks pedal dan palpebral). Hewan (anjing) yang digunakan untuk perlakuan anestesi adalah anjing yang memiliki klasifikasi status klas I (Lampiran I), yang mengacu pada American Society of Anaesthesiologist (ASA). Dalam proses adaptasi, semua anjing dibebaskan dari parasit eksterna dan interna dengan pemberian obat cacing dan antiektoparasit (Lumb dan Jones 1996; Muir et al. 2000; McKelvey dan Hollingshead 2003).
Sebelum diberi perlakuan, anjing dipuasakan selama 12 jam dan tidak diberikan air minum 3 jam sebelum perlakuan. Penelitian dilakukan dengan dua metode, yaitu metode penelitian pertama adalah untuk mendapatkan sadapan elektrokardiogram (EKG) anjing saat preanestesi dengan kombinasi atropin sulfat–xylazin HCl yang pemberiannya secara intramuskular (IM) dan terinduksi anestesi dengan ketamin HCl, propofol, dan kombinasi ketamin HCl–propofol secara intravena (IV). Metode penelitian kedua adalah untuk mendapatkan sadapan EKG anjing saat preanestesi dengan kombinasi atropin sulfat–xylazin
HCl secara IM, diinduksi anestesi menggunakan kombinasi ketamin HCl-propofol secara IV, dan pemeliharaan anestesi yang pemberiannya dengan tetes infus IV secara gravimetrik dengan ketamin HCl, propofol, dan kombinasinya.
Pada penelitian pertama, 18 ekor anjing dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan yaitu kelompok I, II, dan III. Masing-masing kelompok terdiri atas enam ekor anjing sebagai ulangan pada tiap perlakuan. Metode penelitian pertama untuk kelompok perlakuan preanestesi dan induksi anestesi pada anjing dibagi menjadi:
1. Kelompok I, yaitu perlakuan preanestesi dengan kombinasi atropin sulfat (0,03 mg/kg berat badan (BB))–xylazin HCl (2 mg/kgBB), disuntikkan secara intramuskular (IM) dan 10 menit kemudian dilakukan induksi anestesi secara intravena (IV) dengan ketamin HCl (4 mg/kgBB).
2. Kelompok II, yaitu perlakuan preanestesi dengan kombinasi atropin sulfat (0,03 mg/kgBB)–xylazin HCl (2 mg/kgBB), disuntikkan secara IM dan 10 menit kemudian dilakukan induksi anestesi secara IV dengan propofol (4 mg/kgBB).
3. Kelompok III, yaitu perlakuan preanestesi dengan kombinasi atropin sulfat (0,03 mg/kgBB–xylazin HCl (2 mg/kgBB), disuntikkan secara IM dan 10 menit kemudian dilakukan induksi anestesi secara IV dengan ketamin HCl (4 mg/kg BB)–propofol (4 mg/kgBB).
Pada metode penelitian kedua, 18 ekor anjing dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Kelompok I, II, dan III. Masing-masing kelompok terdiri dari enam ekor anjing sebagai ulangan tiap perlakuan. Masing-masing anjing diberikan perlakuan preanestesi dengan kombinasi atopin sulfat (0,03 mg/kgBB)–xylazin HCl (2 mg/kgBB) secara IM dan dianestesi dengan kombinasi ketamin HCl (4 mg/kgBB) – propofol (4 mg/kgBB) secara IV. Kemudian dilakukan pemeliharaan anestesi dengan tetes infus secara gravimetrik berdasarkan pembagian kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok I, yaitu perlakuan pemeliharaan anestesi secara tetes infus IV gravimetrik dengan ketamin HCl (0,4 mg/kg BB/menit).
2. Kelompok II, yaitu perlakuan pemeliharaan anestesi secara tetes infus IV gravimetrik dengan campuran ketamin HCl–propofol (0,4 mg/kg BB/menit). 3. Kelompok III, yaitu perlakuan pemeliharaan anestesi secara tetes infus IV
gravimetrik dengan propofol (0,4 mg/kg BB/menit).
Parameter Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk pengambilan EKG pada sadapan II, denyut jantung, dan aksis jantung anjing yang teranestesi. Sebelum dilakukan perlakuan terlebih dahulu diambil data EKG awal (menit ke-0). Selanjutnya dilakukan pengukuran EKG setiap 10 menit (dihitung dari penyuntikan induksi anestetikum) selama 140 menit.
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah gambaran EKG sadapan II, yaitu amplitudo gelombang P (mV), amplitudo gelombang R (mV), amplitudo gelombang T (mV), interval gelombang PQ (detik), interval gelombang QRS (detik), interval gelombang QT (detik), denyut jantung (beep per minute (bpm)), dan aksis jantung (derajat).
Alat dan Bahan
Perekaman EKG dilakukan dengan menggunakan seperangkat alat elektrokardiograf model Fukuda M.E. Cardisuny D300, tipe BX, yang mempunyai 4 buah elektroda. Alkohol dan gel digunakan sebagai penghantar listrik dari tubuh anjing ke elektroda. Meja operasi dilapisi dengan lapisan karet untuk mencegah kontak langsung antara anjing dengan meja operasi yang terbuat dari logam. Alat lain yang diperlukan adalah spuit 3 ml dan 1 ml, yang dipergunakan untuk pemberian preparat anestesi secara parenteral. Sebagai bahan anestesi disediakan preparat atropin sulfat, xylazin HCl, ketamin HCl, propofol dan infus NaCl fisiologis lengkap dengan infus set.
Pengambilan Sadapan EKG
Setiap anjing diperiksa secara klinis dan dinyatakan sehat sesuai dengan klasifikasi status klas I (Lumb dan Jones 1996; Muir et al. 2000; McKelvey dan Hollingshead 2003). Dilakukan pencukuran rambut di daerah pemasangan
elektroda. Sebelum elektroda dipasang, terlebih dahulu dimasukkan data-data anjing yaitu nomor urut, nama anjing, ras, umur, berat tubuh, jenis kelamin, posisi anjing pada saat sadapan EKG, dan pengaturan rekaman. Pemasangan elektroda dilakukan dengan cara menjepitkan klip elektroda sesuai dengan letak elektroda berdasarkan warna kabel. Kabel merah dipasang pada daerah siku kaki kanan depan, kabel kuning dipasang pada daerah siku kaki kiri depan, kabel hijau dipasang pada daerah lutut kaki belakang kiri, dan kabel hitam dipasang pada daerah lutut kaki belakang kanan. Tempat pemasangan klip dibasahi dengan alkohol dan dapat ditambahkan dengan gel. Posisi standar sadapan EKG anjing adalah posisi berbaring kanan (right lateral recumbency) (Coleman dan Robson 2005; Edwards 1993; Martin 2007).
Setelah keempat elektroda terpasang, sadapan EKG dilakukan dengan
menekan tombol “A” pada monitor EKG. Kemudian dilakukan pengaturan
kecepatan kertas. Standar kecepatan kertas yang dipergunakan pada penelitian ini adalah 50 mm/s. Sadapan EKG dilakukan setiap 10 menit dengan cara menekan
tombol “START”.
Protokol Pengukuran EKG
Pemeriksaan parameter dilakukan sebelum perlakuan (menit ke-0), pada menit ke-10, 20, 30, dan seterusnya sampai menit ke-140 yang dihitung dari penyuntikan anestetikum pertama sampai anjing sadar. Anjing dinyatakan teranestesi apabila telah memenuhi minimal 3 syarat yaitu analgesia, sedasia, dan relaksasi. Anjing dinyatakan sadar ditandai dengan adanya gerakan, adanya suara, rasa sakit, munculnya respon (kelopak mata, pupil, pedal, telinga, dan ekor), dan anjing akan berusaha untuk berdiri.
Rancangan dan Intepretasi Hasil Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dan masing-masing perlakuan pada setiap tahapan penelitian terdiri dari 6 ekor anjing sebagai ulangan. Data hasil penelitian dianalisis berdasarkan sidik ragam (Steel dan Torrie 1993).
Intepretasi hasil penelitian yang diperoleh dilakukan dengan metode deskripsi. Standar deviasi yang diperoleh dari hasil analisis diabaikan karena mempunyai hasil yang sangat bias. Anjing yang dipergunakan pada penelitian ini merupakan anjing domestik yang diperoleh dari sekitar kampus IPB Darmaga, Bogor.