• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Materi Kubus dan Balok

C. Materi Kubus dan Balok

1. Unsur–unsur pada Kubus dan Balok

a. Bidang, rusuk, dan titik sudut

Kubus dan balok memiliki bidang yang membatasi bagian dalam dan bagian luar yang disebut bidang sisi yang selanjutnya disebut bidang. Bidang–bidang suatu balok berbentuk persegi panjang, pada suatu kubus berbentuk pesergi. Bidang–bidang pada suatu balok maupun kubus berpotongan atau bertemu pada suatu garis yang disebut rusuk. Perpotongan tiga bidang maupun perpotongan tiga rusuk disebut sebagai titik sudut.

14

Gambar 2.3 Bidang, rusuk, sudut pada kubus dan balok

Gambar 2.3 memperlihatkan kubus ABCD.EFGH dan balok PQRS.TUVW. Dari gambar 2.3 tampak bidang-bidang yang saling berpotongan pada balok maupun kubus. Bidang pada kubus ABCD.EFGH terdiri atas 6 bidang berpotongan yang berupa daerah persegi yaitu bidang ABCD, EFGH, ADHE, BCGF, ABFE, dan DCHG. Sedangkan pada balok PQRS.TUVW terdiri atas 6 bidang berpotongan berupa daerah persegi panjang yaitu bidang PQRS, TUVW, PQUT, SRVW, PSWT, dan QRVU.

Dari perpotongan bidang-bidang pada kubus ABCD.EFGH terdapat 12 rusuk yang sama panjang yaitu rusuk AB, BC, CD, DA, AE, BF, CG, DH, HE, EF, FG, dan GH. Sedangkan pada balok PQRS.TUVW perpotongan bidangnya membentuk 12 rusuk yang tidak sama panjang. Hanya rusuk-rusuk sejajar yang mempunyai panjang yang sama yaitu rusuk PQ, SR, TU, WV; kemudian rusuk QR yang sama panjang dengan rusuk PS, UV, dan

Kubus ABCD.EFGH C A B D E F G H Balok PQRS.TUVW P Q R S T U V W

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TW; rusuk yang lain adalah rusuk PT yang sama panjang dengan rusuk QU, RV, dan SW.

Titik sudut dari masing-masing gambar balok dan kubus terdiri atas 8 titik sudut. Untuk kubus ABCD.EFGH terdiri atas titik sudut A, B, C, D, E, F, G, dan H. Sedangkan titik sudut pada balok PQRS.TUVW terdiri dari titik sudut P, Q, R, S, T, U, V, dan W.

b. Diagonal Bidang dan Diagonal Ruang

Gambar 2.4 Diagonal Bidang dan Diagonal Ruang

Ruas garis a dan b (gambar 2.4) yang masing-masing menghubungkan titik sudut A dengan C, dan titik sudut B dengan E disebut sebagai diagonal bidang. Diagonal bidang merupakan garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan dalam satu bidang. Sedangkan ruas garis c dan b yang masing-masing menghubungkan titik sudut B dengan H, dan antara titik sudut C dengan E merupakan diagonal ruang. Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan dalam ruang kubus atau balok. Jumlah keseluruhan diagonal bidang

C A B D E F G H a b C A B D E F G H c d

16

kubus atau balok adalah 12 buah. Jumlah keseluruhan diagonal ruang kubus atau balok adalah 4 buah.

c. Bidang diagonal

Gambar 2.5 Bidang Diagonal

Kubus ABCD.EFGH dapat disekat oleh suatu bidang misalnya, bidang BCHE seperti ditunjukan pada gambar 2.5. Bidang BCHE pada kubus ABCD.EFGH disebut bidang diagonal. Bidang diagonal BCHE dibentuk oleh dua rusuk yang berhadapan sama panjang dan sejajar, yaitu rusuk BC dan EH. Bidang diagonal BCHE berbentuk persegi panjang. Begitu juga pada balok ABCD.EFGH bidang ACGE juga merupakan bidang diagonal balok tersebut.

2. Volume Kubus dan Balok

Untuk menyatakan ukuran besar suatu bangun ruang kita gunakan

volume. Volume suatu bangun ruang ditentukan dengan

membandingkan terhadap satuan pokok volume, misalnya 1 cm3.

Menurut Khafid dan Suyati (2004), untuk mencari volume kubus dan balok dilakukan dengan cara menghitung banyaknya kubus satuan yang menyusunnya dengan cara perhitungan tiap lapisan dan

C A B D E F G H A B C D E F G H

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kemudian dapat digunakan pula rumus volume kubus atau balok sebagai berikut :

a. Volume kubus

Gambar 2.6 memperlihatkan kubus satuan yang mempunyai rusuk 1 satuan. Jika gambar 2.7 merupakan kubus yang tersusun atas kubus-kubus satuan, maka volume kubus itu sama dengan banyaknya kubus satuan. Susunan kubus pada gambar 2.7 terdiri dari 3 lapisan, masing-masing lapisan terdiri atas 9 kubus satuan. Angka 9 ini sama dengan luas alas, yaitu 3 × 3. Banyaknya lapisan kubus secara vertikal merupakan tinggi kubus yaitu 3 satuan. Sehingga volume kubus = 9 × 3 = 27 kubus satuan.

Jika panjang rusuk suatu kubus adalah s, maka luas alasnya adalah s × s dan tingginya adalah s, sehingga :

Volume kubus = luas alas × tinggi × 1 satuan volume = (s × s) × s × 1 satuan volume

= s3 satuan volume

b. Volume balok

Gambar 2.8 adalah sebuah balok dengan ukuran panjang = p, lebar = l, dan tinggi = t mempunyai volume = p × l × t.

Apabila menghitung volume balok yang disusun oleh kubus-Gambar 2.6 Kubus Satuan Gambar 2.7 Kubus 3×3×3

1 1 1

18

kubus satuan (gambar 2.9) dengan menggunakan sistem lapisan maka penjumlahan kubus satuan dimulai dari lapisan baris bawah menuju lapisan atas atau lapisan kolom kanan menuju kolom kiri atau sebaliknya. Misalkan akan menghitung volume balok dengan menggunakan sistem lapisan dari kolom kanan ke kolom kiri yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan kolom kanan sebanyak 8 kubus satuan kemudian lapisan kolom berikutnya adalah kolom kiri yaitu sebanyak 8 kubus satuan, sehingga volume balok sama dengan jumlah kubus satuan yaitu 8 + 8 = 16 kubus satuan.

c. Bukti bahwa volume parallelepipedum siku-siku sama dengan hasil

perkalian panjang, lebar, dan tinggi.

Sunarno (1951) memaparkan bukti volume parallelepipedum siku-siku sama dengan hasil perkalian panjang, lebar, dan tinggi. Bukti tersebut adalah sebagai berikut :

p l

t

Gambar 2.8 Balok Berukuran p× l× t Gambar 2.9 Balok Berukuran 2×2×4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 2.10 adalah gambar kubus ABCD.EFGH. Jang dimaksud pandjang, lebar, dan tinggi kubus ABCD.EFGH adalah panjdangnya rusuk-rusuk utama (AB, BC, dan BF). Djika AB kita ambil sebagai panjdang (p), BC sebagai lebar () dan BF sebagai tinggi (t), maka harus kita buktikan, bahwa isi ABCD.EFGH = p × × t. Kita ambil satuan isi jang kita masukkan dalam parallelepipedum, hingga rusuk-rusuk utamanja dua-dua berhimpit dengan rusuk2 utama kubus atau balok. Menurut planimetri luas bidang alas sama dengan p × . Djika kita ambil sebuah parallelepipedum siku-siku dengan tinggi 1 (satu), maka isi parallelepipedum ini sama dengan p × × 1, karena luas bidang alasnja sama dengan p kali luas alas satuan isi, hingga parallelepipedum baru ini dapat dibagi mendjadi p × × 1 kali satuan isi. Jika parallelepipedum ABCD.PQRS kita pakai sebagai satuan isi baru, maka karena tinggi parallelepipedum ABCD.EFGH sama dengan t kali tinggi satuan isi, maka ABCD.EFGH akan terbagi mendjadi t × ABCD.PQRS, hingga : volume ABCD.EFGH = p × × t.

3. Kekekalan Volume

Dalam materi sekolah dasar kekekalan volume kurang begitu diperhatikan. Hal ini mungkin menjadi salah satu penyebab siswa melakukan kesalahan saat dihadapkan pada soal yang berkaitan dengan kekekalan volume kubus dan balok. Piaget (dalam Evangelidou dan Voulgaris, 2004) meneliti tentang perbedaan aspek kekekalan zat, kuantitas, tinggi, dan volume. Piaget (dalam Evangelidou dan Voulgaris, 2004) mengungkapkan dua aspek penting dalam kekekalan volume dibedakan menjadi kekekalan volume interior dan kekekalan volume yang terisi. Kekekalan volume interior adalah sebuah kondisi apabila

Gambar 2.10 Kubus ABCD.EFGH

C B A D E F H G P Q R S

20

salah satu rusuk sebuah balok mengalami perubahan panjang maka yang lain akan mengalami perubahan panjang juga sehingga volumenya akan tetap sama. Kekekalan volume yang terisi adalah hubungan kesamaan volume antara balok atau kubus dengan besar ruangan yang ditempati balok atau kubus yang sama pada suatu bangun ruang yang lain yang lebih besar. Kemampuan pemahaman anak tentang volume digambarkan sebagai proses pengembangan yang melalui tahap yang berbeda. Penelitian tentang kekekalan volume dilakukan lebih lanjut oleh Lunzer (dalam Evangelidou dan Voulgaris, 2004) yang menemukan aspek ke-tiga dari kekekalan volume yang berupa kekekalan volume perpindahan. Kekekalan volume perpindahan dinyatakan sebagai suatu kondisi apabila kuantitas jumlah air yang dipidahkan sama maka volumenya juga sama.

Penelitian Evangelidou dan Voulgaris (2004) menggunakan soal yang berhubungan dengan kekekalan volume interior yaitu siswa diminta mengkontruksi ulang gambar balok yang terdiri atas kubus satuan menjadi gambar balok lain dengan ukuran baru yang panjang dan lebarnya sudah ditentukan. Indikator siswa memahami kekekalan volume interior adalah mampu menyusun bangunan baru dengan tinggi yang berbeda atau lebih tinggi dibanding bangunan balok yang lama dengan volume yang sama. Sedangkan siswa yang tidak mampu memahami kekekalan volume interior ditandai dengan memperlihatkan jawaban yang salah berupa gambar yang tidak sesuai dengan bangunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

balok baru dengan tinggi yang tidak sesuai dan dengan volume balok tetap sama.

Dalam sebuah artikel lain yang berjudul interpretasi siswa Cypriot terhadap soal volume Piaget, Evangelidou (1997) mendiskripsikan empat tingkatan pemahaman konsep kekekalan volume melingkupi siswa berumur 4-12 tahun. Keempat tingkatan tersebut adalah :

a. Tahap I : Untuk anak berumur 4 tahun, tidak dapat digali dalam

penelitian tersebut.

b. Tahap II : Diprioritaskan untuk anak berumur 4

2 1

tahun

sampai 7 tahun. Dalam tahap ini siswa tidak memperlihatkan adanya kekekalan volume. Jika kumpulan kubus satuan dihilangkan menjadi balok atau kubus polos maka siswa menyangka bahwa keseluruhan ruangan juga ikut berubah.

c. Tahap III : Tahap ini untuk anak berumur 6

2 1

sampai 11

tahun. Pada sub tahap IIIa, anak tidak mampu memisahkan tinggi, bentuk, dan volume. Anak-anak pada tahap ini cenderung melupakan relasi tiga dimensi. Awalnya mereka tidak mampu menerima lebih dari dua dimensi. Pada sub tahap IIIb, anak mampu mengukur dengan benar. Mereka berusaha mengukur volume bagian dalam dengan memberikan jumlah kubus satuan pada salah satu batas permukaan balok yang disusun kubus satuan.

22

d. Tahap IV : Tahap ini merupakan tahap operasi formal untuk

anak berumur 11 sampai 12 tahun. Pada tahap ini ditemukan adanya kekekalan volume yang terisi. Anak mampu memahami hubungan kesamaan volume antara balok atau kubus dengan besar ruangan yang ditempati balok atau kubus yang sama pada suatu bangun ruang yang lain yang lebih besar.

D. Penelitian lain yang berhubungan dengan topik menghitung volume

Dokumen terkait