• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Kambing Perah, Laboratorium Industri Pakan, dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah (Fakultas Peternakan, IPB) dari bulan September 2010 sampai April 2011.

Materi Bahan

Bahan pakan penyusun ransum antara lain daun rami yang didatangkan dari Koperasi Pondok Pesantren Darussalam Garut, rumput gajah yang diperoleh dari daerah sekitar Kampus IPB Darmaga, jagung halus, dedak padi, pollard, bungkil kelapa, dan bungkil kedelai. Selain itu ada cairan rumen yang berasal dari sapi PO (Peranakan Ongole) fistula, serta bahan-bahan yang digunakan untuk penentuan kandungan nutrien, analisis fermentabilitas, dan kecernaan in vitro dijelaskan lebih lengkap pada prosedur.

Alat

Peralatan yang digunakan pada pembuatan silase antara lain drum plastik bervolume 200 liter, trench silo berukuran 1 x 1 x 1 m3, dengan kapasitas sekitar 3500kg dan peralatan yang digunakan untuk pengukuran kandungan nutrien, analisis fermentabilitas dan kecernaan in vitro dijelaskan lebih lengkap pada masing-masing prosedur

Prosedur

Pembuatan Silase Ransum Komplit

Pada proses pembuatan silase ransum komplit, daun rami dan rumput gajah dipotong-potong dengan ukuran 2-3 cm, kemudian di campur dengan bahan-bahan konsentrat sesuai formulasi ransum yang dibuat. Komposisi bahan pakan yang

digunakan dapat dilihat pada Tabel 9. Kemudian dimasukkan ke dalam trench silo atau drum, serta dilakukan pemadatan lalu ditutup rapat. Proses ensilasi terjadi selama 3 minggu pada suhu ruang secara anaerob. Setelah 3 minggu, silo dibuka, diamati, dan diuji secara in vitro. Kandungan nutrisi dari ransum yang disusun, dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Penggunaan Bahan Pakan dan Kandungan Nutrien Silase Ransum Komplit

Bahan Pakan Penggunaan (as fed) Zat Nutrien Proporsi (%BK)*

Rumput gajah 58,8% Protein Kasar 19,16%

Daun Rami 24,48% Lemak Kasar 6,36%

Dedak Halus 1,3% Serat Kasar 13,61%

Pollard 3,69% TDN 66,02%

Jagung Halus 5,64% BK 32, 63%

Bungkil Kedelai 2,41% Ca 1,71%

Bungkil Kelapa 3,68% P 0,36%

Keterangan: (*) berdasarkan perhitungan

Pengamatan Karakteristik Fisik

Pengamatan karakteristik fisik dilakukan dengan mendeskripsikan sifat fisik silase, antara lain meliputi warna, aroma, tekstur, menghitung persentase silase yang menggumpal (dengan menghitung bobot silase terkontaminasi jamur) dan tingkat kerusakan silase setelah terjadi proses ensilase (persentase hasil perbandingan silase yang menggumpal dengan bobot silase setelah ensilase).

Pengamatan Karakteristik Fermentatif

Pengukuran pH. Pengukuran pH menggunakan prosedur Naumann & Bassler

(1997). Silase yang baru dibuka, diambil sebanyak 10 gram dan dicampur dengan 100 ml aquadest dengan cara diblender pada kecepatan sedang selama 30 detik. pH cairan silase diukur menggunakan pocket pH meter yang telah dikalibrasi.

Pembacaan pH dilakukan setelah screen stabil atau setelah 30 detik. Supernatan dari pengukuran pH akan digunakan untuk pengukuran VFA dan kadar NH3 silase.

Pengukuran VFA Silase. Konsentrasi VFA total ditentukan dengan menggunakan

teknik destilasi uap (General Laboratory Prosedure, 1966). Pada pengukuran VFA silase, sample yang digunakan berasal dari supernatan hasil pengukuran pH. Larutan sampel tersebut diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung destilasi kemudian ditambahkan 1 ml H2SO4 15%, lalu tabung segera ditutup. Uap air panas akan mendesak VFA dan akan terkondensasi oleh pendingin. Uap air yang terbentuk a k a n ditampung sampai volumenya 300 ml dengan labu Erlenmeyer yang sebelumnya telah diisi 5 ml NaOH 0,5 N. Hasil tampungan dititrasi dengan HCl 0,5 N dan ditambahkan indikator phenolphthalein sebanyak dua tetes, kemudian dititrasi dari berwarna merah muda s am pai menjadi bening. Produksi VFA silase (mM) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(a-b)ml x N HCl x 1000/5ml VFA(mM)=

g sampel x BK sampel Keterangan :

a = volume titran blangko b = volume titran contoh

Pengukuran NH3 Silase. Pada pengukuran NH3 silase digunakan supernatan pada pengukuran pH sebanyak 1 ml, lalu ditempatkan pada salah satu ujung jalur cawan Conway yang telah diolesi vaselin, kemudian dipipet 1 ml larutan Na2CO3 lalu ditempatkan pada sisi yang bersebelahan dengan sampel, selanjutnya dipipet asam borat berindikator sebanyak 1 ml, lalu ditempatkan di bagian tengah cawan. Setelah itu cawan Conway ditutup rapat dan supernatant + larutan Na2CO3

dicampur hingga rata dengan cara memiringkan posisi cawan conway. Kemudian, disimpan selama 24 jam pada suhu kamar dan setelah 24 jam.

Setelah 24 jam, cawan dibuka dan dititrasi dengan menggunakan H2SO4

0.005 N sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah. Kemudian kadar NH3 (mM) dihitung dengan rumus:

ml H2SO4 x N H2SO4 x 1000 NH3 (mM)=

g sampel x BKsampel

Pengukuran Bahan Kering Silase. Silase yang telah melalui proses ensilasi

selama 3 minggu dikeluarkan dari silo trench dan dari silo drum, lalu ditimbang sebagai berat awal (sebagai a), kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 60oC selama 3-7 hari kemudian ditimbang sebagai berat kering oven 60oC (sebagai b).

Setelah dikeringkan pada suhu 60oC, sampel digiling sampai halus. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam cawan porselen sebanyak 2-3 gram (sebagai c), lalu dimasukkan ke dalam oven 105o C sampai berat konstan. Setelah kering, silase ditimbang sebagai berat akhir (sebagai d) dan dihitung menggunakan rumus:

Keterangan

a : Berat silase ransum komplit segar b : Berat silase setelah oven 60o C c : Berat sampel sebelum oven 105o C d : Berat sampel setelah oven 105oC

Pengukuran Kehilangan Bahan Kering (BK). Kehilangan bahan kering dihitung

dari selisih berat kering bahan awal dengan berat kering bahan yang telah menjadi silase.

Pengukuran Protein Kasar (PK). Pengukuran kadar protein silase menggunakan

metode Kjeldahl (1883) dan untuk perhitungan protein kasar menggunakan rumus:

mL HCL x N HCl x 14 x 24 x 100 %N = mg Sample % PK = % N x 6,25

100%

x

a

x

c

b

x

d

BK

% =

Pengukuran Kehilangan PK. Pengukuran kehilangan PK dihitung dengan

membandingkan antara N amonia setelah ensilase dengan kadar N pada PK bahan awal

Pengukuran WSC (Water Soluble Carbohydrat). Pengukuran WSC pada

penelitian ini menggunakan Metode Fenol menurut Singleton & Rossi (1965). Silase diambil sebanyak dua gram, lalu ditambahkan aquades yang telah dipanaskan (100 C) sebanyak 20 ml, kemudian campuran tersebut digerus menggunakan mortar selama ± 10 menit, lalu disaring. Sampel yang berbentuk cairan dipipet sebanyak 2 ml dan dimasukan ke dalam tabung reaksi 10 ml, kemudian tambahkan 0,5 ml larutan fenol dihomogenkan dengan menggunakan vortex. Larutan asam sulfat ditambahkan dengan cepat sebanyak 2,5 ml dan divortex. Selanjutnya, larutan dibiarkan sampai dingin dan diukur nilai absorbannya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 490 nm.

Perhitungan Nilai Fleigh. Nilai Fleigh merupakan indeks karakteristik fermentasi

silase berdasarkan nilai BK dan pH dari silase (Idikut et al., 2009). Berikut ini adalah kisaran nilai fleigh (NF) dan gambaran kualitas fermentasi silase yang dicapai :

NF = > 85, menyatakan silase berkualitas baik sekali, NF = 60 – 80, menyatakan silase berkualitas baik, NF = 40 – 60, menyatakan silase berkualitas cukup baik, NF = 20 - 40, menyatakan silase berkualitas sedang , NF = <20, menyatakan silase berkualitas kurang baik (Idikut et al., 2009). Nilai Fleigh dihitung berdasarkan rumus (Idikut et al., 2009), sebagai berikut :

NF = 220 + (2 x BK(%) – 15) - (40 x pH)

Pengamatan Karakteristik Utilitas

Fermentabilitas Pakan dalam Rumen. Pada pengukuran fermentabilitas, pakan

difermentasi menggunakan cairan rumen dengan metode General Laboratory Procedure (1966). Sample silase ransum komplit sebanyak 0,5 gram (yang sudah dikeringkan, digiling dan disaring menggunakan saringan berukuran 0,5mm),

dimasukkan ke dalam tabung fermentor bervolume 50 ml, kemudian ditambahkan 40 ml larutan buffer McDougall dan 10 ml cairan rumen lalu diaduk dengan gas CO2 selama 30 detik dan ditutup rapat dengan prop karet yang berventilasi, kemudian diinkubasi selama 6 jam di dalam shaker water bath bersuhu 39ºC. Setelah inkubasi, ditambahkan 2-3 tetes HgCl2 jenuh ke dalam tabung fermentor untuk menghentikan aktivitas mikroba, kemudian tabung fermentor disentrifuge dengan kecepatan 1000 rpm selama 10 menit. Kemudian supernatannya ditampung untuk dianalisis kadar NH3 dan VFA. Selanjutnya, NH3 dan VFA rumen dianalisis dengan prosedur yang sama dengan pengukuran NH3 dan VFA silase.

Kecernaan. Pengukuran kecernaan menggunakan metode menurut Tilley & Terry

(1963). Tabung fermentor yang telah diisi dengan 0,5 g sampel, ditambahkan 40 ml larutan McDougall, kemudian tabung dimasukan ke dalam shakerwater bath dengan suhu 39oC . Kemudian tabung tersebut diisi cairan rumen 10 ml. Setelah itu, tabung dikocok dengan cara dialiri CO2 selama 30 detik, pH dicek (6,5 – 6,9) dan ditutup dengan tutup karet berventilasi, lalu di fermentasi selama 48 jam. Setelah 48 jam, tutup karet tabung fermentor dibuka dan diteteskan 2-3 tetes HgCl2 untuk menghentikan aktivitas mikroba. Tabung fermentor dimasukkan ke dalam sentrifuge, lakukan sentrifuge dengan kecepatan 3.000rpm selama 15 menit. Substrat akan terpisah menjadi endapan di bagian bawah dan supernatan yang bening berada di bagian atas. Supernatan dibuang dan endapan hasil sentrifuge pada kecepatan 3.000 rpm selama 15 menit ditambahkan 50 ml larutan pepsin-HCl 0.2%. Campuran ini lalu diinkubasi kembali selama 48 jam tanpa tutup karet.

Sisa pencernaan disaring dengan kertas saring whatman no 41 (yang sudah diketahui bobotnya) dengan bantuan pompa vacum. Endapan yang ada di kertas saring dimasukkan ke dalam cawan porselen, setelah itu dimasukkan ke dalam oven 105⁰C selama 24 jam. Setelah 24 jam, cawan porselen + kertas saring + residu dikeluarkan, dimasukkan ke dalam eksikator dan ditimbang untuk mengetahui kadar bahan keringnya. Selanjutnya bahan dalam cawan dipijarkan atau diabukan dalam tanur listrik selama 6 jam pada suhu 450–600oC, kemudian ditimbang untuk mengetahui kadar bahan organiknya. Residu asal fermentasi tanpa sampel dijadikan sebagai blanko. Berikut rumus perhitungan KCBK dan KCBO:

BK sampel(g)-(BK residu(g)-BK blanko(g))

%KCBK = BKsampel x 100%

Sedangkan KCBO dihitung dengan rumus:

BO sampel(g)-(BO residu(g)-BO blanko(g))

%KCBO = BOsampel x 100%

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Perlakuan

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap, dengan 2 taraf perlakuan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut :

T : Mengggunakan trench silo (350 Kg Silase ransum komplit) D : Menggunakan drum silo (100 Kg Silase ransum komplit) Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + τi + εij

Keterangan:

Yij = Hasil pengamatan pengaruh jenis silo ke-i, ulangan ke-j

µ = Rataan umum

τi =Pengaruh jenis silo ke-i

ε

ij = Pengaruh acak pada jenis silo ke-i ulangan ke-j

Analisis Data

Data kualitatif dianalisis secara deskriptif dan data kuantitatif dianalisis menurut metode ANOVA dan uji Duncan menggunakan program perangkat lunak SAS 9. 2.

Parameter

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah :

1. Karakter sifat fisik silase, yang meliputi warna, aroma, tekstur, keberadaan jamur dan tingkat kerusakan.

2. Karakteristik fermentasi silase, yang meliputi pH (Nauman & Bassler, 1997), kadar bahan kering, kadar protein kasar, kehilangan bahan kering, perombakan protein, Water soluble Carbohydrate (WSC) (Metode Fenol), nilai VFA silase & nilai NH3 silase (General Laboratory prosedure, 1966) dan nilai fleigh.

3. Karakteristik utilitas silase, meliputi fermentabilitas rumen secara in vitro,

yaitu produksi VFA total (Steam distillation) dan konsentrasi NH3

(mikrodifusi Conway) (General Laboratory prosedure, 1966) dan kecernaan

in vitro, yaitu koefisien cerna bahan kering (KCBK) dan koefisien cerna

Dokumen terkait