• Tidak ada hasil yang ditemukan

MORFOMETRI DAN SIKLUS HIDUP ULAT SUTERA

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilakukan sejak bulan Desember 2008 sampai dengan April 2010, bertempat di Laboratorium Biologi Molekuler, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB Bogor. Sampel diperoleh dari 3 lokasi yang berada di wilayah sekitar Kampus IPB Darmaga, yaitu di Lapangan Parkir Graha Widya Wisuda (GWW), koordinat: 6033’39,20 LU, 106043’52.04 BT, ketinggian 162 meter dari permukaan laut (mdpl), Kompleks Makam Babakan Raya (Bara), koordinat 6033’43,57 LU, 106043’57.21 BT, ketinggian 162 mdpl dan Kandang C Fakultas Peternakan IPB, koordinat 6033’3,35 LU, 106042’50.66 BT, ketinggian 163 mdpl.

Penentuan lokasi pengamatan didasarkan survey lapangan dan pemetaan tanaman inang potensil sebagai relung bagi C. trifenestrata, yaitu pohon alpukat dimana ditemukan kokon, atau pohon alpukat yang tidak temukan kokon, tetapi berdasarkan wawancara pemilik tanaman pernah menjadi inang C. trifenestrata. Sedangkan tanaman yang non potensil adalah tanaman yang tidak pernah dihuni olehC. trifenestrata.Berdasarkan hasil survey, maka terdapat tiga lokasi pengamatan, yaitu di sekitar kampus IPB Darmaga, di Kompleks Perumahan Bukit Asri Ciomas dan di sekitar Kampus IPB Gunung Gede. Ditemukan 35 pohon alpukat, masing-masing 23 pohon di sekitar kampus IPB Darmaga, empat pohon di Kompleks perumahan Bukit Asri dan delapan pohon di sekitar kampus IPB Gunung Gede. Dari jumlah tersebut hanya 14 pohon yang potensil sebagai inang bagi C. trifenestrata, dan selama penelitian dilaksanakan, C. trifenestrata hanya ditemukan di lima lokasi (sub populasi), yaitu: satu sub populasi di wilayah sekitar Kampus IPB G.Gede, sub populasi ini sangat kecil dan habis dimangsa tawon ketika masih instar II. Satu sub populasi C. trifenestrata ditemukan di Perumahan Bukit Asri Ciomas Blok B14. Sub populasi ini juga berukuran kecil (52 ekor larva), dan hanya 24 ekor berhasil menjadi pupa (kokon). Kematian disebabkan pemangsaan oleh tawon, dan sampai penelitian berakhir, yaitu pada bulan April 2010, tidak ditemukan lagi siklus selanjutnya. Oleh karena itu, maka hanya data dari sub populasi yang berada

di kawasan kampus IPB Darmaga (Lapangan Parkir GWW, Kompleks Makam Bara, dan Kandang C Fapet) saja yang dianalisa secara statistik (Gambar 17).

Gambar 17 Lokasi pengambilan sampel penelitian Penentuan Jumlah Sampel

Penentuan jumlah sampel (unit pengamatan) didasarkan atas jumlah kelompok telur pada setiap populasi, serta jarak antara satu kelompok telur terhadap kelompok telur lainnya. Pada populasi di lapangan parkir GWW, jumlah kelompok telur pada siklus I maupun siklus II hanya dua kelompok, sehingga semua anggota populasi dijadikan sampel. Pada populasi di Kompleks Makam Bara dan Kandang C, jumlah kelompok telur lebih dari dua kelompok, tetapi dipilih hanya kelompok yang letaknya berjauhan saja, sebab jika menjadi larva, kelompok telur yang berdekatan cenderung bergabung.

Penentuan jumlah sampel untuk pengukuran morfometri pupa, kokon, dan imago, didasarkan atas besarnya populasi. Sampel dicuplik 50% dari total sampel/sub populasi. Jumlah sampel yang diamati (diukur) selama penelitian disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah sampel C. trifenestrata yang diamati pada 3 lokasi penelitian

Jumlah kokon, pupa dan imago Posisi peletakan

Lokasi Siklus/Thn Unit Populasi Jantan Betina Total (jantan+ betina) Telur

GWW I/ 2009 1 11 17 28 Tenggara

KM. BARA I/2009 1 9 14 23 Timur

II/2009 1 18 23 41 Barat II/2009 2 11 15 26 Timur II/2009 3 13 18 31 Selatan KDG. C I/2010 1 11 17 28 Timur I/2010 2 7 12 19 Selatan II/2010 1 21 28 49 Barat II/2010 2 24 31 55 Timur II/2010 3 15 14 29 Selatan Total Total 329

Pengamatan Siklus Hidup

Pengamatan siklus hidup dilakukan dengan mencatat waktu antar setiap fase perkembangan, meliputi:

a. Fase telur, dihitung sejak telur dioviposisi sampai menetas.

b. Fase larva, terdiri atas lima fase, yaitu larva instar I sampai dengan instar V. Larva instar I, dihitung sejak larva ditetaskan sampai terjadi moulting (pergantian kulit I). Larva instar II dihitung setelah moulting I sampai moulting II, dst.

c. Fase pupa, dihitung sejak moulting V sampai eklosi, yaitu keluarnya imago dari pupa.

d. Fase imago, dihitung sejak eklosi sampaiC. trifenestrata mati.

Penentuan Viabilitas

Viabilitas atau daya hidup dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya ditentukan dengan menghitung:

a. Viabilitas telur (jumlah telur yang dioviposisi/jumlah telur menetas) x 100%.

b. Viabilitas larva (jumlah larva hidup/jumlah total larva) x 100%.

c. Viabilitas pupa (jumlah pupa yang mengalami eklosi/jumlah total pupa) x 100%.

Pengamatan Perilaku

Perilaku yang diamati, meliputi perilaku peletakan telur, moulting dan eklosi.

Morfometri

Data morfometri meliputi: berat kokon (BK), berat kokon tanpa pupa (BKTP), panjang kokon (PK), lebar kokon (LP), berat pupa (BP), panjang pupa (PP), lebar pupa (LP), panjang dada (PD), bentang sayap (BTGS), diukur dengan alat sederhana (Gambar 18).

Berdasarkan tahapan siklus hidup C. trifenestrata, maka parameter morfometri di atas dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (1) parameter kokon, (2) pupa diukur segera setelah pengambilan sampel dan (3) parameter imago, yaitu panjang dada (diukur mulai pada ruas I sampai ruas III) dan bentang sayap imago diukur dari bagian distal margin kiri sayap bagian distal margin kanan, dilakukan segera setelah imago mengalami eklosi, yaitu sekitar tiga minggu setelah pengambilan sampel. Berat kokon diukur dengan menimbang kokon yang berisi pupa. Setelah itu pupa dikeluarkan dengan cara menggunting kokon ±¾ dari panjangnya. Selanjutnya dilakukan pengukuran berat kokon tanpa pupa, dan berat pupa. Panjang dan lebar kokon, panjang dan lebar pupa diukur dengan jangka sorong. Ukuran panjang ditentukan dari arah depan (kepala) ke ekor. Sedangkan pengukuran lebar dilakukan pada bagian terlebar dari kokon maupun pupa. Setelah pengukuran tersebut, pupa dimasukkan kembali ke dalam kokon. Panjang dada imago ditentukan dengan mengukur panjang dada dari ruas I sampai dengan ruas III, sedangkan bentang sayap diukur dari sisi kiri ke sisi kanan. Sejak penyimpanan kokon sampai eklosi imago berakhir, suhu dan kelembaban di dalam ruang penyimpanan kokon diukur tiga kali sehari, yaitu pagi hari sekitar jam 7.30-8.30, siang hari sekitar jam 12.00-14.00 dan sore hari jam 16.00-18.00 WIB. Tekhnik pengukuran disajikan pada Gambar 18. Data pendukung berupa faktor fisik dan biologi lingkungan selama penelitian diukur pada pagi, siang dan sore hari (Lampiran 1).

Analisis Data

Data siklus hidup, viabilitas, dianalisis deskriptif, dan disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan narasi. Sedangkan data morfometri dianalisis secara statistik.

Analisis statistik dilakukan dengan uji diskriminan menggunakan software SPSS 15. Sebelum dianalisis, data ditabulasi, kemudian dilakukan uji one sample Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan kenormalan data. Selanjutnya dibuat grafik histogram-kurva normal untuk setiap parameter yang diamati. Oleh karena adanya dimorfisme seksual pada serangga dan perbedaan jumlah sampel dari masing-masing populasi, maka dilakukan koreksi data, dengan menggunakan rumus:

Xiterkoreksi : Pengamatan ♂terkoreksi.

X♀standar : Rata-rata parameter ♀.

X ♂ terkoreksi : Rata-rata pengamatan ♂ terkoreksi

Xi: Pengamatan ♂ke i X♀standar Xi ♂ terkoreksi = Xi♂ X♂ terkoreksi F E D C B A

Gambar 18 Teknik pengukuran : (A) telur, (B) larva, (C-D) kokon, (E) pupa, (F) imago.

Setelah data terkoreksi, maka dilakukan uji normalitas untuk melihat pengaruh koreksi data. Hasil koreksi data selanjutnya dianalisa dengan analisis diskriminan. Pada dasarnya analisis diskriminan dilakukan untuk menentukan tiga hal berkenaan dengan pengelompokan populasi, yaitu: mengidentifikasi variabel mana yang mampu membedakan ketiga populasi (1). Menggunakan variabel yang telah teridentifikasi tersebut untuk menyusun persamaan atau fungsi yang dapat menjelaskan perbedaan tersebut (2), dan menggunakan fungsi tersebut untuk mengembangkan cara mengelompokkan variabel dimasa datang (3). Dengan demikian luaran dari uji diskriminan adalah pengelompokan dengan akurasi pengelompokan, kekuatan pengelompokan dari variable terpilih (variabel pembeda utama) dan fungsi atau persamaan yang dapat dipergunakan sebagai cara pengelompokan di masa datang (variabel terpilih dapat mewakili ciri masing-masing populasi).

Kemampuan pembeda antar parameter, besarnya keragaman yang mampu dijelaskan oleh setiap parameter, dan parameter yang memberikan sumbangan terbesar sebagai pembeda utama antar populasi, diuji secara terpisah, sesuai dengan fase perkembangan, yaitu kokon, pupa dan imago. Pada fase kokon, terdapat empat parameter, yaitu BK, BKTP, PK, LK. Pada fase pupa terdapat tiga parameter, yaitu BP, PP, dan LP. Pada fase imago terdapat dua parameter, yaitu PD dan BTGS.

HASIL PENELITIAN

Dokumen terkait