• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI DAN METODE

Dalam dokumen Hubungan Peran Penyuluh Pendamping Denga (Halaman 78-83)

PEMAKALAH ORAL

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada usaha peternakan babi sebagai salah satu usaha ternak dominan di Kecamatan Tomohon Barat, dengan jumlah peternak sebagai studi kasus (case study) berjumlah tiga peternak skala berbeda. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode survey menurut petunjuk Hidayatullah, dkk. (2011) dan Sugiyono (2004). Peneitian dilakukan terhadap pemilik usaha atau pengusaha ternak babi sebagai unit penelitian dengan metode wawancara menggunakan borang kaji selidik (questionairres) yang telah disusun sesuai dengan objektif kajian. Data primer penelitian ini terdiri dari : identifikasi pemilik usaha ternak babi, jumlah kepemilikan dan produksi ternak babi, biaya produksi, biaya lingkungan, penerimaan, penerimaan lingkungan dan lain-lain.

Analisis cost-benefit analysis yang digunakan yaitu berdasarkan kriteria- kriteria investasi, yang didahului dengan perhitungan cash flow (arus tunai) usaha selama satu tahun produksi dan dilanjutkan dengan perhitungan Benefit Cost Ratio

(BCR) selain Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR) untuk jangka waktu tertentu (Gittinger, 1982; Kadarsan, 1995; dan Kadariah dkk, 1999). Untuk kajian ini dengan memperhitungkan biaya eksternalitas dan keuntungan lingkungan melalui Environmental externalities cost-benefit analysis (E-CBA) berdasarkan tiga kriteria investasi, yaitu: Environmental Benefit Cost Ratio (E-BCR), E-NPV dan E-IRR. Dengan dimasukkannya biaya eksternalitas (lingkungan) dan penerimaan lingkungan dalam model analisis finansial di atas, maka menurut Abelson (1980) untuk penelitian ini PV benefit didasarkan pada perhitungan benefit

67

- Penerimaan (Benefit) adalah nilai produksi ditambah dengan nilai by and waste product (eksternalitas/lingkungan)

- Biaya (Cost) adalah biaya konvensional ditambah dengan biaya eksternalitas/lingkungan.

E-NPVi = E-PV of Benefit i E-PV of Cost i

Di mana:

E-PV of Benefiti = Nilai sekarang dari penerimaan konvensional dan lingkungan. E-PV of Costi = Nilai sekarang dari biaya konvensional dan lingkungan.

i = Tingkat diskonto (discount rate).

Net Benefit-Cost Ratio ditujukan untuk mengukur perbandingan antara nilai sekarang penerimaan bersih konvensional dan lingkungan, dengan nilai sekarang biaya konvensional dan lingkungan. Sehingga perhitungan Ecological atau

Environmental BC Ratio, menjadi :

E-PV (Benefit + Waste value) pada i E-BC Ratio =

E-PV (Cost + Externalities) pada i

Sedangkan perhitungan Ecological atau EnvironmentalInternal Rate of Return (E-IRR), menjadi :

E-NPV1

E-IRR = i1 +( --- x (i2 – i1) )

E-NPV1– E-NPV2

Di mana :

E-NPV1 positif pada discount rate i1. E-NPV2 negative pada discount rate i2. i1 dan i2 Discount rate (Bunga potongan).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Usaha ternak babi yang menjadi case study penelitian diusahakan tiga peternak berdasarkan skala usaha yaitu <1.000 ekor, 1.000-5.000 ekor, dan >5.000. Ketiga peternak sampel merupakan usaha milik sendiri, dengan kapasitas produksi masing- masing sebesar 500, 2.000, dan 7.000 ekor. Di antara ketiga perusahaan sampel, hanya salah satu yang telah cukup representatif memberikan kenyamanan bagi manusia baik peternak dan tenaga kerjanya, maupun masyarakat sekitar, dan masih memiliki areal untuk peningkatan kapasitas usaha, sehingga masih memungkinkan investasi konstruksi kandang untuk pengembangan usaha. Konstruksi kandang pada ketiga peternakan sampel sudah ada bagian yang perlu direnovasi sehingga perlu mengeluarkan biaya investasi terutama untuk biaya eksternalitas.

Limbah kotoran ternak babi di lokasi perkandangan pada ketiga perusahaan peternakan babi sampel disalurkan ke tempat penampungan limbah, kemudian sebagian limbah kotoran ternak dari tempat penampungan dipindahkan ke karung- karung untuk dipergunakan sebagai pupuk kandang. Penyaluran air limbah dari perkandangan ke tempat penampungan limbah dan dibiarkan meresap ke dalam tanah, dan sebagian kecil mengalir ke sungai. Penataan sistem pembuangan limbah kotoran pada ketiga peternakan babi perlu ditingkatkan.

68

Hasil kajian menunjukkan para peternak babi case study di Kota Tomohon mengeluarkan biaya produksi ekternalitas yaitu biaya investasi dan operasional secara konvensional dan biaya eksternalitas. Ketiga peternak hanya mengeluarkan biaya lingkungan sebagai biaya eksternalitas masing-masing sebesar 0,39% (skala 500 ekor), 0,95% (skala 2.000 ekor) dan 0,23% (kala 7.000 ekor). Dari ketiga perusahaan tersebut, justru perusahaan dengan kapasitas skala produksi paling besar yang paling kecil proporsi biaya eksternalitasnya, hal ini karena lokasi dan menataan drainase yang lebih representatif sehingga biaya lingkungan yang dikeluarkan lebih sedikit prosentasenya dibanding yang lainnya.

Ketiga skala usaha memperoleh keuntungan selama setahun yaitu tahun 2013 masing-masing sebesar Rp.76.611.176 (skala 500 ekor), Rp.1.148.716.667 (skala 2.000 ekor) dan Rp.3.200.591.261 (skala 7.000 ekor). Namun secara terpisah, melalui perhitungan penerimaan dan biaya lingkungan (eksternalitas) menunjukkan bahwa skala 2.000 ekor tidak memperoleh keuntungan, bahkan justru mengalami kerugian sebesar Rp.18.150.000. Hal tersebut terjadi karena perusahaan tersebut memperoleh penerimaan lingkungan yaitu nilai jual pemanfaatan pupuk kandang untuk pertanian hanya sebesar Rp.9.752.000 sementara itu perusahaan mengeluarkan biaya korbanan sebesar Rp.27.875.000 untuk mengeliminir dampak lingkungan demi keberlanjutan usahanya. Sebab kalau tidak demikian, dampak limbah akan menganggu lingkungan, sehingga akan dikomplain oleh masyarakat atau bahkan masyarakat akan meminta untuk menghentikan peternakan di lokasi tersebut yang.dapat berakibat peternak akan makin merugi.

Hasil analisis eksternalitas dengan penerimaan dan biaya kombinasi secara konvensional maupun lingkungan, menunjukkan bahwa ketiga skala ternak memperoleh keuntungan selama setahun masing-masing sebesar Rp.77.408.176 (skala 500 ekor), Rp.1.102.691.667 (skala 2.000 ekor) dan Rp.3.183.341.261 (skala 7.000 ekor). Hal ini berarti bahwa sekalipun peternak mengorbankan dana untuk biaya lingkungan, namun masih tetap memberikan keuntungan finansial bagi usahanya. Untuk itu perlu dilakukan analisis finansial selama 10 tahun ke depan, untuk melihat prospek kelayakan usaha dengan meningkatkan investasi untuk biaya eksternalitas.

Kajian ini menggunakan tiga kriteria investasi yang pertama, yaitu NPV, IRR dan BC Ratio, dilakukan analisis finansial selama 10 tahun berdasarkan data T0 yaitu Tahun 2013, untuk melihat prospek kelayakan usaha dengan meningkatkan investasi untuk biaya eksternalitas melalui analisis kriteria investasi ekternalitas. Investasi lingkungan yang direncanakan para peternak sampel yaitu penataan kandang dan saluran pembuangan limbah kotoran ternak, terutama tanggul ataupun bak penampungan kotoran ternak yang berfungsi semacam septic tank untuk mengfermentasi dan mengurai kotoran ternak untuk menjadi slurry dan limbah cair yang dapat dialirkan ke saluran kali.

Kajian ini menganalisis externalities cash flow secara kriteria investasi menunjukkan nilai NPV ketiga skala usaha pada tingkat discount factor 10% secara konvensional ataupun secara eksternalitas ternyata lebih besar dari nol atau positif. Demikian juga nilai NPV pada tingkat discount factor 15% secara konvensional ataupun secara eksternalitas lebih besar dari nol atau positif. Kajian analisis IRR pengembangan usaha pada ketiga skala usaha untuk satu sampai sepuluh tahun mendatang dengan tingkat diskonto (discout factor) sesuai dengan kisaran tingkat

69

bunga pasar berlaku, menunjukkan nilai IRR ketiga perusahaan secara konvensional masing-masing sebesar 33,10%, 37,14% dan 38,85%. Demikian juga secara eco- financial ternyata lebih besar dari satu, yaitu masing-masing sebesar 33,12%, 37,26% dan 38,82%, hasil ini menunjukkan bahwa ketiga perusahaan case study dengan investasi eksternalitas pada pengembangan peternakan selama sepuluh tahun ke depan dapat memberikan tingkat keuntungan finansial. Hasil kajian BC ratio pengembangan investasi eksternalitas menunjukkan nilai BC ratio ketiga skala usaha pada tingkat

discount factor 10% secara konvensional ataupun secara eksternalitas ternyata lebih besar dari satu. Demikian juga nilai BC ratio pada tingkat discount factor 15% secara konvensional ataupun secara eksternalitas lebih besar dari satu.

Kajian ini menunjukkan bahwa ketiga skala usaha secara konvensional memberikan perbandingan antara pendapatan atau benefit dengan biaya investasi yang lebih besar dari satu artinya sudah layak secara finansial, demikian juga dengan rencana investasi eksternalitas memberikan perbandingan antara pendapatan atau benefit dengan biaya investasi yang lebih besar dari satu.

KESIMPULAN

Hasil kajian kriteria investasi menunjukkan bahwa pengembangan investasi eksternalitas pada usaha ternak case study ketiga skala usaha layak untuk dilaksanakan, dilanjutkan atau dikembangkan. Para peternak supaya melakukan investasi eksternalitas terutama konstruksi prasarana lingkungan, dalam rangka penerapan peternakan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

SARAN

Disarankan supaya pemerintah menegakkan aturan agar peternak terutama perusahaan peternakan melakukan investasi lingkungan, untuk menerapkan peternakan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Abelson, P., 1980. Cost Benefit Analysis and Environmental Problems. Gower Publishing Company Limited, New South Wales.

Ditjennak-KH, 2013. Pedoman Pelaksanaan Penataan Usaha Budidaya Babi Ramah Lingkungan Tahun 2012. Direktorat Budidaya Ternak, Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Jakarta.

Gittinger, J.P. 1982. Economic Analysis of Agricultural Projects (Terjemahan). UI Press. Jakarta.

Hidayatullah, T., R.Y. Suryandari, A.C. Fitriyanto, dan I. Nahib, 2011. Pemetaan neraca dan valuasi ekonomi sumber daya pulau kecil. Geografia OnlineTM Malaysia Journal of Society and Space 7(1):87-92.

Kadarsan, H.W., 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. P.T. Gramdeia Pustaka Utama. Jakarta.

Kadariah, Karlina L. dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

70

Mulyaningrum, 2005. Eksternalitas Ekonomi Dalam Pembangunan Wisata Alam Berkelanjutan. Jurnal Penelitian UNIB 9(1):9-20.

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Ketujuh, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.

71

HUBUNGAN PERAN PENYULUH PENDAMPING

Dalam dokumen Hubungan Peran Penyuluh Pendamping Denga (Halaman 78-83)