• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2009 bertempat di pangkalan delman dan di tempat para kusir serta kudanya tinggal, di sekitar Pasar Bogor, Bogor Selatan.

Materi dan Alat

Materi yang diamati dalam penelitian adalah kusir, kuda, dan delman yang ada disekitar Pasar Bogor sebanyak 17 dari 20 orang kusir (85%). Responden yang dilibatkan meliputi kusir dan sekaligus pemilik kuda. Peralatan yang digunakan meliputi alat tulis, alat ukur meteran, satu unit kamera dan lembar wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

Metode Penelitian Pengumpulan Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung. Peubah-peubah yang diamati mencakup karakteristik kualitatif dan kuantitatif.

1. Karakteristik kusir, meliputi status kepemilikan, jumlah pendapatan, lama bekerja, waktu bekerja, wilayah yang ditelusuri, dan jumlah kuda yang dimiliki. 2. Morfologi kualitatif kuda, meliputi tanda wajah (blaze, stripe, bald face, star, atau

snip; seperti terihat pada Gambar 2), warna bulu badan (bay, black, chestnut, gray, atau white), bentuk tubuh (kurus, atau gemuk), bentuk kaki (tegak lurus, atau bengkok/pincang), warna bulu kaki (coronet, half pastern, sock, stocking, atau half cannon; seperti terihat pada Gambar 1), dan bentuk punggung (lurus atau melengkung).

16

Gambar 2. Tanda Wajah Kuda

3. Morfologi kuantitatif kuda, meliputi tinggi badan (tinggi atau rendah), lingkar dada (besar atau kecil), dan panjang badan (panjang atau pendek), dengan cara pengukuran seperti terlihat pada Gambar 3

4. Pakan, meliputi jenis pakan yang diberikan baik rumput maupun konsentrat dan frekunesi pemberian pakan dalam sehari serta waktu (jam) pemberian pakan. 5. Perawatan, meliputi peralatan yang digunakan dan cara perawatan yang diberikan

pada kuda.

6. Perkandangan, meliputi bentuk, luas, alas, tata letak dan lantai kandang serta tempat pembuangan limbah.

7. Penyakit, meliputi jenis penyakit, waktu pemeriksaan kondisi kuda, dan cara penanganan penyakit.

8. Gerobak/delman, meliputi tinggi gerobak (m), panjang gerobak (m), diameter roda gerobak (m), jenis roda, jumlah muatan, harga delman, dan tempat pembelian.

9. Peralatan, meliputi jenis-jenis tali yang dipasangkan pada tubuh kuda, bahan tali, dan peralatan lain/hiasan yang terdapat pada delman.

Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui penelusuran informasi pustaka, laporan-laporan, jurnal, dan internet. Data ini meliputi :

1. Anatomi kuda, seperti ukuran-ukuran standar tubuh kuda (baik morfologi kuantitatif maupun morfologi kualitatif);

2. Asal-usul (silsilah), jenis-jenis dan jumlah populasi kuda lokal di Indonesia; dan Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara survei ke lokasi dan wawancara langsung dengan responden menggunakan borang yang telah disiapkan terlebih dahulu. Data primer yang diperoleh dari responden melalui wawancara langsung sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran informasi pustaka, laporan-laporan, jurnal, dan internet.

Analisis Data

Data hasil wawancara (pengisian borang) akan dianalisis menggunakan : 1. Analisa deskriptif, merupakan penggambaran dari keadaan umum identitas

responden (kusir), karakteristik kuda, dan gerobak serta informasi-informasi yang didapat dan yang berhubungan dengan data sekunder yang didapat; dan

18 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Daerah Penelitian

Kota Bogor terletak diantara 106°43’30”BT - 106°51’00”BT dan 6°30’30”LS – 6°41’00”LS dengan ketinggian 190 sampai 330 m di atas permukaan laut (dpl) dengan jarak dari ibukota kurang lebih 60 km. Udaranya relatif sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya 26°C dan kelembaban udaranya kurang lebih 70%. Kota Bogor mempunyai luas wilayah 11.850 ha dan dilalui oleh beberapa sungai yang permukaan airnya jauh di bawah permukaan kota, yaitu sungai Ciliwung, Cisadane, Cikapancilan, Cidepit, dan Cibalok.

Kota Bogor berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk, dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor di sebelah Selatan, Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi di sebelah Timur, Kecataman Sukaraja, Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor di sebelah Utara, sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kemang dan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

Penelitian dilakukan di Kota Bogor, lebih tepatnya di sekitar Pasar Bogor dan di rumah pemilik kuda. Pasar Bogor terletak di Jalan Oto Iskandardinata di samping pintu masuk Kebun Raya Bogor sedangkan rumah pemilik kuda menyebar di beberapa daerah di kota Bogor.

Pasar Bogor merupakan tempat yang sudah sejak lama dijadikan sebagai pusat pangkalan delman untuk mencari penumpang, baik digunakan sebagai alat pengangkutan barang, alat transportasi, maupun sarana rekreasi. Lokasi ini berdekatan dengan area pasar malam yang terletak di samping Kebun Raya Bogor, sehingga sering disebut sebagai daerah Pasar Bogor.

Letak pintu masuk Kebun Raya Bogor berada bersebelahan dengan Pasar Bogor dan baik Kebun Raya Bogor maupun Pasar Bogor terletak di tengah-tengah Kota Bogor yang tidak jauh dari gerbang pintu tol Jagorawi. Posisi strategis inilah yang membuat Pasar Bogor selalu ramai dikunjungi oleh pengunjung dari dalam dan luar Kota Bogor, sehingga secara ekonomi menjadikan pula tempat pangkalan yang menguntungkan bagi kusir delman. Posisi Pasar Bogor dan Kebun Raya Bogor merupakan potensi yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Karakteristik Kusir

Karakteristik kusir yang diamati dalam penelitian ini meliputi alamat atau domisili, umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan, jumlah pengeluaran keluarga, masa kerja, pekerjaan lain, lama kerja, dan wilayah yang ditelusuri. Kusir yang diamati sebanyak 17 orang atau 85% dari 20 orang yang masih aktif saat ini bekerja sebagai kusir delman. Hasil pengamatan karakteristik kusir disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik Kusir Delman di Pasar Bogor

No Kriteria Rataan Simpanga

n Baku

KK

Selang (%)

1 Umur (tahun) 36,65 16,38 44,69 23-78

2 Jumlah anggota keluarga (orang) 6,59 2,71 41,12 3-14 3 Pendapatan Senin-Jumat (Rp/bulan) 183.528,- 67.160,- 36,59 40-400* 4 Pendapatan hari libur (Rp/bulan) 414.704,- 72.120,- 17,39 360-510* 5 Pengeluaran keluarga (Rp/bulan) 1.111,-* 760.665,- 70,64 600-3.000* 6 Masa kerja (tahun) 17,53 11,64 66,4 2-51 7 Lama kerja (jam/hari) 6,62 0,96 14,5 5,5-9 8 Lama kerja (hari/minggu) 5,53 1,74 41,79 3-7 9 Jarak yang ditempuh (km/hari) 27,65 3,99 14,43 20-35 Keterangan : (*) dalam ribu

KK : koefisien keragaman

Berdasarkan hasil wawancara, tempat tinggal kusir tersebar di beberapa daerah di Kota Bogor, seperti daerah Semplak, Bubulak, Bantarjati, Bantarkambing, Ciapus, Laladon, dan Pagelaran. Keseluruhan kusir (100%) di Kota Bogor berjenis kelamin laki-laki dan status kepemilikan delman merupakan milik sendiri.

Pendidikan mereka saat ini dapat digolongkan rendah, karena hampir semua kusir hanya menempuh pendidikan sampai sekolah dasar dan sedikit yang sampai sekolah menengah. Kusir yang berpendidikan antara sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP), masing-masing dengan jumlah 88,24 dan 11,76%. Data pendidikan kusir mununjukkan, bahwa tidak diperlukan pendidikan yang tinggi untuk menjadi seorang kusir delman.

20 Jika ditinjau dari segi umur, kusir delman rata-rata berumur 36,65 ± 16,38 tahun dengan selang antara 23-78 tahun. Umur kusir yang berada di bawah 30 tahun sebanyak 52,94%, sedangkan umur kusir di atas 30 tahun sebanyak 41,18% dimana dari persentase ini terdapat 5,88% yang berumur 78 tahun. Data umur menunjukkan, bahwa yang menjadi kusir umumnya adalah anak muda. Kusir yang berumur muda menyatakan bahwa mereka menjadi kusir dengan alasan meneruskan usaha keluarganya.

Rataan jumlah anggota keluarga kusir adalah 6,59 ± 2,71 orang dengan kisaran antara 3-14 orang termasuk kusirnya sendiri. Pekerjaan dari masing-masing anggota keluarga kusir berbeda-beda dan hanya beberapa anggota keluarga saja yang menjadi kusir delman sedangkan sisa anggota keluarga memilih pekerjaan di bidang lain dengan alasan dapat memperoleh penghasilan yang lebih baik daripada penghasilan kusir delman.

Sebanyak 88,24% kusir menyatakan bahwa pekerjaan sebagai kusir merupakan pekerjaan utama untuk menghidupi keluarga, sedangkan sisanya 11,76%, mempunyai pekerjaan lainnya seperti pembuat miniatur pesawat, petani, dan pedagang (jual beli) kuda.

Besar pendapatan tiap kusir tergantung pada jumlah hari kerja yang dilakukan oleh kusir dalam satu minggu. Pendapatan pada hari Senin-Jumat (hari kerja) umumnya lebih sedikit dibandingkan pada hari libur nasional (termasuk hari Sabtu dan Minggu). Rataan jumlah pendapatan kusir pada hari Senin-Jumat adalah Rp. 183.528,-/bulan/orang sedangkan pada hari libur sebesar Rp. 414.704,-/bulan/orang. Rendahnya pendapatan pada hari kerja dikarenakan masyarakat Kota Bogor umumnya menggunakan sarana angkutan umum (angkot dan motor) pada hari kerja dalam bermobilisasi maupun melakukan aktivitas lainnya seperti berangkat kerja atau pergi sekolah. Delman ramai digunakan pada hari libur karena delman bukan hanya digunakan sebagai sarana transportasi tetapi juga sebagai sarana rekreasi.

Jumlah pendapatan kusir dapat dikatakan hampir sama atau hampir merata pada setiap kusir. Hal ini terlihat dari antrian delman yang berjajar di pangkalan delman di daerah Pasar Bogor, jadi bila ada penumpang maka antrian paling depanlah yang lebih dahulu mengangkut penumpang dan kemudian bergantian keurutan berikutnya. Pendapatan akan sedikit berbeda (dapat lebih besar karena kusir

umumnya mencari tempat yang ramai) antara kusir yang satu dengan yang lain apabila terdapat kusir yang tidak bergabung dalam antrian tersebut atau lebih memilih tempat lain dalam menunggu penumpang.

Besarnya rataan pengeluaran setiap keluarga kusir adalah Rp. 1.111.111,- ± 760.665,- dengan selang antara Rp. 600.000,- - 3.000.000,-. Data besar pengeluaran diambil dari sembilan keluarga kusir sedangkan sisanya tidak mengetahui berapa jumlah pengeluaran keluarga mereka secara pasti. Besar pengeluaran kusir dapat dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya jumlah anggota keluarga dimana semakin banyak anggota keluarga maka pengeluaran akan semakin besar pula, yang diperlihatkan koefisien keragaman yang tinggi yaitu sebesar 70,64%. Besarnya pengeluaran setiap kusir tidak semuanya sama dikarenakan beberapa alasan, seperti masih adanya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah, tidak memiliki pekerjaan selain menjadi kusir delman, dan adanya anggota keluarga yang masih bersekolah.

Jumlah pendapatan yang diperoleh kusir adalah mencapai Rp. 598.232,-/bulan/orang, yang merupakan penjumlahan antara pendapatan hari Senin-Jumat dan hari Libur selama satu bulan, sedangkan jumlah pengeluaran adalah sebesar Rp. 1.111.111,-/bulan/keluarga kusir. Dari data pendapatan dan pengeluaran dapat diketahui bahwa tidak adanya keuntungan yang diperoleh kusir, tetapi data pengeluaran merupakan pengeluaran yang dihitung berdasarkan satu keluarga kusir termasuk kusir sendiri sedangkan data pendapatan merupakan pendapatan dari kusir saja. Sebagian besar kusir menyatakan bahwa pendapatan yang diterima dengan hanya mengandalkan pekerjaan sebagai kusir delman saja tidaklah cukup.

Berdasarkan data yang diperoleh, rataan masa kerja sebagai kusir adalah 17,53 ± 11,64 tahun dengan selang antara 2-51 tahun. Masa kerja yang lama menunjukkan bahwa pekerjaan menjadi kusir telah dilakukan sejak lama. Sebagian besar kusir menyatakan bahwa pekerjaan menjadi kusir delman dimulai setelah mereka menyelesaikan pendidikan sekolah dasar. Pekerjaan sebagai kusir delman diakui telah menjadi turun temurun dalam keluarga mereka karena pekerjaan ini tidak terikat waktu dan ruang sehingga dapat dilakukan pada waktu yang tidak ditentukan secara tetap.

22 Lama kerja kusir per hari berkisar antara 5-9 jam dengan waktu kerja 3-7 hari per minggu. Lama kerja pada hari libur umumnya lebih panjang yaitu 8-9 jam, sedangkan lama kerja pada hari kerja 5-6 jam. Waktu jam kerja biasanya antara pukul 08.00-11.00 dan pukul 11.00-15.00 pada hari kerja (Senin-Jumat) sedangkan pada hari libur (Sabtu, Minggu, dan libur nasional) pada pukul 08.00-17.00. Jam kerja kusir tergantung pada waktu yang ditetapkan sendiri oleh masing-masing kusir sehingga tidak ada kesepakatan yang dilakukan antara sesama kusir delman.

Lama kerja kusir dipengaruhi oleh jumlah pendapatan yang mereka terima setelah hari libur berakhir, apabila jumlah pendapatan yang diterima diperkirakan cukup atau lebih besar daripada pendapatan pada hari kerja maka keesokan harinya kusir akan libur dan baru akan bekerja pada keesokan harinya. Hari libur bagi kusir ditetapkan secara tidak menentu dalam satu minggu, tergantung dari jumlah pendapatan yang diterima, adanya pekerjaan lain, kondisi cuaca, dan kondisi kesehatan kuda serta kusir itu sendiri.

Jarak yang ditempuh oleh delman, secara keseluruhan selama bekerja dapat dikatakan seragam dengan rataan 27,65 km/hari dan koefisien keragaman sebesar 14,43%. Hali ini dikarenakan semua kusir menempuh rute perjalanan yang sama dan tempat tinggal kusir jauh dari pangkalan delman. Rute jelajah terhitung mulai dari rumah kusir, berkeliling wilayah Pasar Bogor (termasuk jalan Bangka) dan Kebun Raya Bogor, dan kembali lagi ke rumah kusir. Rute jelajah delman lainnya adalah Merdeka, Warung Jambu, Taman Kencana, Pajajaran, dan Empang. Rute diluar wilayah Pasar Bogor dan Kebun Raya Bogor dapat ditelusuri tergantung dari permintaan penumpang.

Pangkalan atau tempat kusir menunggu penumpang terletak di beberapa lokasi sekitar Pasar Bogor atau Jalan Oto Iskandardinata, yaitu didepan pintu masuk Kebun Raya Bogor, disamping mal Jogja Departemen Store (samping tembok Kebun Raya), didepan Jalan Bangka, di Tugu Kujang (samping Restoran Bakmi Japos Bogor), dan di depan Bogor Trade Mall.

Pembagian tempat mangkal umumnya tidak ditetapkan secara bersama oleh masing-masing kusir. Kusir yang bekerja pada pagi hari atau sekitar pukul 08.00, lebih banyak menunggu penumpang di sekitar pintu masuk Kebun Raya Bogor dan disamping mal Jogja Departemen Store. Tempat ini dinyatakan cukup menjadi

tempat mangkal yang baik pada pagi hari karena banyak masyarakat yang berangkat kerja atau melakukan aktivitas lain melalui Jalan Oto Iskandardinata menuju luar Kota Bogor atau tempat lain di dalam Kota Bogor. Kusir yang memilih kerja pada siang hari atau sekitar pukul. 10.00, lebih banyak menunggu penumpang di Jalan Bangka dan disamping Tugu Kujang.

Karakteristik Kuda

Kuda yang digunakan untuk menarik delman, seluruhnya (100%), adalah Kuda Sumba yang berasal dari Bandung. Sebagian besar kusir menyatakan bahwa kuda Sumba terkenal dengan kekuatan fisiknya dan cenderung jinak, seperti pernyataan Edwards (1994), sehingga lebih baik jika digunakan untuk menarik delman daripada kuda lain.

Kriteria pembelian kuda yang diterapkan oleh para kusir antara lain penurut, jinak, sehat, dan memiliki kaki yang normal serta tidak cacat tubuh. Penanganan awal kuda sebelum digunakan sebagai penarik delman tidak dilakukan oleh kusir, karena kuda yang dibeli merupakan kuda bekas yang telah terbiasa digunakan untuk menarik delman sebelumnya atau sudah dilatih terlebih dahulu sebelum dibeli oleh kusir.

Kuda yang dimiliki oleh kusir dibeli dengan harga yang bervariasi yaitu berkisar antara Rp. 5.000.000,--12.000.000,- tergantung dari status kuda (bekas atau baru), bentuk fisik, dan kesehatan.

Alasan kusir tidak melakukan pelatihan kuda sebelum digunakan sebagai penarik delman karena tidak adanya waktu untuk melatih kuda dan keinginan kusir untuk segera mendapatkan penghasilan dari kuda yang dibelinya. Penanganan kuda setelah dibeli kusir adalah langsung dengan memakaikan peralatan-peralatan pada kuda tersebut agar terbiasa.

Morfologi Kualitatif Kuda Delman

Morfologi kualitatif kuda meliputi tanda wajah, warna bulu badan, warna bulu kaki, bentuk tubuh, dan bentuk punggung. Sebagian besar (76,47%) kuda memiliki tanda wajah solidatau polos. Kuda yang memiliki tanda wajah snipsebesar 17,64% dan kuda dengan tanda wajah stripe sebesar 5,88%. Pemilihan kuda untuk

24 delman dengan tanda wajah yang berbeda tergantung pada kesukaan kusir saja (selera).

Warna bulu badan kuda delman terdiri dari tiga warna dasar, yaitu warna hitam (black), coklat (brown), dan putih (white). Warna-warna ini memiliki campuran dengan warna lain akibat perkawinan silang yang dilakukan sehingga warna bulu badan kuda bervariasi antara kuda yang satu dengan kuda yang lain. Kuda yang memiliki bulu badan dasar coklat, hitam, dan putih masing-masing sebesar 47,06; 41,18; dan 11,76%.

Kuda delman dengan warna bulu badan dasar coklat umumnya telah berdilusi menjadi warna coklat tua, coklat muda, coklat kehitaman, coklat kemerahan, dan coklat dengan bergaris putih. Warna coklat muda biasa disebut juga warna gambir sehingga warna yang timbul terlihat hampir berwarna krem. Kuda delman dengan warna bulu badan dasar hitam telah berdilusi menjadi warna hitam kemerahan, hitam berbintik putih (dawuk), dan hitam kecoklatan. Hal serupa juga terjadi pada warna bulu badan dasar putih yang berdilusi menjadi warna putih berbintik hitam.

Kuda yang memiliki warna bulu kaki berupa stocking, polos, dan coronet masing-masing sebesar 58,82; 35,29; dan 5,88%. Pemilihan warna bulu kaki pada kuda tidak tergantung pada kesukaan kusir seperti pada pemilihan tanda wajah, tetapi kusir lebih mengutamakan kekuatan dan bentuk kaki yang baik dan tidak cacat.

Bentuk tubuh kuda delman yang diamati memperlihatkan bahwa 35,29% kuda bertubuh kurus, 47,06% bertubuh sedang, dan 17,65% bertubuh gemuk. Bentuk tubuh kuda ditentukan berdasarkan menonjol atau tidaknya tulang pada tubuh kuda, yang diamati secara kasat mata. Kuda bertubuh kurus akan memperlihatkan penonjolan tulang pada tubuhnya sedangkan kuda bertubuh gemuk penonjolan tulang tidak terlihat.

Diantara 17 ekor kuda delman yang diamati, 52,94% memiliki bentuk punggung yang lurus, sedangkan 47,06% kuda delman lainnya memiliki bentuk punggung yang melengkung. Bentuk punggung yang baik adalah lurus sesuai pernyataan Edwards (1994) bahwa kuda Sumba memiliki punggung yang lurus. Beberapa kusir delman menyatakan bahwa perubahan bentuk punggung menjadi melengkung bisa terjadi karena menarik beban yang berlebihan atau karena faktor genetik.

Morfologi Kuantitatif Kuda Delman

Hasil pengamatan mengenai morfologi kuantitatif kuda delman, jumlah kuda, umur kuda, usia produktif kuda, usia awal kuda bekerja menarik delman, lama kerja kuda, dan lama istirahat kuda disajikan pada Tabel 3. Pengukuran morfologi kuantitatif kuda delman meliputi pengukuran tinggi badan, panjang badan, dan lingkar dada.

Kuda yang digunakan oleh kusir untuk menarik delman semuanya (100%) berjenis kelamin jantan. Hal ini tidak disebabkan faktor kesukaan, melainkan hanya karena kemudahan dalam pemeliharaan. Kuda jantan yang digunakan tidak pernah dikawinkan karena akan menyebabkan tenaga kuda jantan menjadi berkurang. Pembiakan tidak dilakukan oleh pemilik kuda juga dikarenakan tidak adanya betina dalam jumlah banyak di Kota Bogor dan keterbatasan dari lahan yang dimiliki.

Tabel 3. Morfologi Kuantitatif Kuda Delman

No Kriteria Rataan Simpangan

Baku

KK

Selang (%)

1 Tinggi badan kuda (m) 1,34 0,04 2,98 1,28-1,41 2 Panjang badan (cm) 89,88 5,81 6,46 82-98 3 Lingkar dada (cm) 61,17 3,41 5,57 57-67 4 Umur kuda jantan (tahun) 7,97 3,38 42,41 4-15 5 Usia produktif kuda (tahun) 13,88 4,12 29,68 8-20 6 Usia awal kuda kerja (tahun) 4,05 2,55 62,96 2-11 7 Lama kerja kuda (jam/hari) 7,00 0,93 13,29 6-9 8 Lama kerja kuda (hari/minggu) 5,23 2,19 41,87 3-7 9 Lama istirahat kuda (jam/hari) 15,76 1,25 7,93 14-18 Keterangan : KK : koefisien keragaman

Kuda delman yang diamati memiliki tinggi rata-rata 1,34 m dengan selang 1,28-1,41 m, panjang badan rata-rata 89,88 cm dengan selang 82-98 cm, dan lingkar dada rata-rata 61,17 cm dengan selang 57-67 cm. Pengukuran morfologi kuantitatif kuda delman ini memiliki koefisien keragaman (kk) yang rendah sehingga dapat dikatakan bahwa tinggi badan (kk = 2,98%), panjang badan (kk = 6,46%), dan lingkar dada (kk = 5,57%) kuda delman adalah seragam atau hampir sama antara satu

26 Terdapat dua ekor kuda betina yang dimiliki oleh seorang kusir. Pengadaan kuda betina tersebut tidak digunakan untuk menarik delman melainkan hanya diperjualbelikan ke peternakan pelatihan kuda, dengan tujuan memperoleh keuntungan secara ekonomi. Beberapa kusir menyatakan bahwa penggunaan kuda betina untuk menarik delman dapat mengganggu aktivitas dari kuda jantan, melalui bau pheromones yang dikeluarkan, saat menarik delman sehingga dapat menarik perhatian kuda jantan dan akan membahayakan kusir.

Umur pejantan yang digunakan sebagai penarik delman adalah bervariasi untuk semua kuda dengan umur rata-rata 7,97 ± 3,38 tahun dalam selang 4-15 tahun. Beberapa kusir menyatakan bahwa kuda dapat bertahan hidup dan dapat digunakan untuk menarik delman dengan umur lebih dari 15 tahun. Usia produktif kuda delman adalah 13,88 tahun. Usia produktif ini memperlihatkan bahwa kuda dapat dimanfaatkan untuk menarik delman selama 15-20 tahun. Koefisien keragaman yang tinggi pada umur pejantan yaitu sebesar 42,41%, dikarenakan kuda jantan yang digunakan untuk menarik delman tidak harus berhenti pada umur dibawah 10 tahun tetapi bisa juga yang sudah berumur lebih dari 10 tahun asalkan kondisi fisik masih baik dan sehat.

Rataan usia awal kuda yang dimanfaatkan sebagai penarik delman adalah 4,05 ± 2,55 tahun dengan selang antara 2-11 tahun. Beberapa kusir menyatakan bahwa kuda dapat digunakan pada umur dua tahun jika kondisi kesehatan baik, penurut, dan sudah terbiasa menarik delman. Kusir lainnya menyatakan bahwa penggunaan kuda dengan umur diatas enam tahun akan lebih baik lagi karena kuda tidak memerlukan pelatihan dalam menarik delman dan kuda tersebut merupakan kuda bekas yang sudah terbiasa menarik delman.

Lama kerja kuda delman berkisar 6-9 jam per hari dengan rataan 7 ± 0,93 jam per hari dan 5,23 ± 2,19 hari per minggu. Lama kerja kuda dan kusir adalah sama karena umumnya satu kuda jarang dimanfaatkan oleh dua atau lebih kusir. Lama kerja kuda dipengaruhi oleh kondisi kuda dan keadaan ekonomi dari kusir. Jika kuda dalam kondisi tidak baik atau kusir memiliki pendapatan lebih baik maka kuda tidak dipakai menarik delman (libur).

Lama kerja kuda pada hari libur umumnya lebih panjang daripada hari kerja, yang dapat mencapai rataan 8-9 jam per harinya. Kuda akan diliburkan oleh kusir

pada waktu hari kerja dan tidak pada hari libur, karena jika diliburkan pada hari libur akan merugikan kusir secara ekonomi. Sebagian (94,12%) kusir memberi jatah waktu libur kepada kuda selama 1-2 hari dalam satu minggu dan terdapat juga kusir (5,88%) yang tidak memberikan waktu libur pada kuda dalam satu minggu.

Rataan lama istirahat kuda adalah 15,76 ± 1,25 jam per hari dengan selang 14-18 jam per hari dimulai setelah kuda pulang bekerja (sore hari) sampai keesokan harinya. Koefisien keragaman pada lama istirahat kuda dapat dikatakan rendah, yaitu sebesar 7,93% karena lama istirahat juga diterapkan pada semua kuda delman yang

Dokumen terkait