• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.2.3 Materi Pembinaan Rohani

Menurut Suprana, (2009: 35) kegiatan pembinaan rohani dapat membawa peserta rehabilitasi pada hubungan imannya dengan Tuhan yaitu melalui:

1. Berdoa bersama

Doa harus menyertai pembacaan Kitab Suci, supaya terwujudlah wawancara antara Allah dan manusia. Sebab kita berbicara dengan-Nya bila berdoa: kita mendengarkan-Nya bila membaca amanat-amanat Ilahi (Paulus Yohannes. Surat Gembala Kitab Suci dalam Kehidupan Gereja. Roma).

2. Membacakan Kitab Suci

Banyak orang yang membaca dan mempelajari Alkitab, pakar Alkitab dan theolog, bahkan dari golongan lain juga berkutat membaca buku ini. Banyak yang mendapatkan berkat yang luar biasa, namun tidak sedikit pula yang tidak dapat menangkap isi yang terkandung di dalamnya, bahkan mendapatkan pemahaman yang salah karena mereka membaca Alkitab sama halnya membaca buku sejarah, novel atau buku lainnya.

Theologia suci bertumpu pada sabda Allah yang tertulis, bersama dengan tradisi suci, sebagai landasan yang tetap. Di situlah theologi sangat diteguhkan dan selalu diremajakan, dengan menyelidiki dalam terang iman segala kebenaran yang tersimpan dalam rahasia Kristus. Adapun kitab suci mengemban sabda Allah, dan karena di ilhami memang sungguh-sungguh sabda Allah. Maka dari itu pelajaran Kitab Suci hendaklah bagaikan jiwa Theologi suci (Arianto, 2008).

Semua rohaniwan, serta lain-lainnya, yang secara sah menunaikan pelayanan sabda, perlu berpegang teguh pada Alkitab dengan membacanya dan mempelajarinya dengan saksama. Maksudnya jangan sampai ada seorang pun di antara mereka yang menjadi “pewarta lahiriah dan hampa sabda Allah, tetapi tdak mendengarkannya sendiri dalam batin”. Padahal ia wajib menyampaikan kepada kaum beriman yang dipercayakan kepadanya kekayaan sabda Allah yang melimpah.

Jika mempelajari Alkitab dengan sungguh-sungguh dan dengan maksud yang murni untuk mendapatkan inti pembicaraan Alkitab, maka perlu memperhatikan beberapa prinsip penting yaitu: menyadari bahwa Alkitab adalah Roh; membaca dengan roh yang telah dilahirkan kembali; mencintai firman Tuhan; pohon pengetahuan dan pohon kehidupan; mencari Tuhan dan memohon tuntunan Tuhan; membaca dengan berbagai metode; mencari fakta dan menganalisa.

3. Renungan bersama

Dalam perenungan ini, realita yang dimaksud adalah “keadaan atau situasi yang sedang terjadi”. Semua orang yang hidup dalam sistem ini adalah objek utama dari pengertian ini.

Mereka yang hidup (menganut) sistem ini adalah lawan nyata yang sedang dihadapi. Realita dominan yang berpengaruh hari ini adalah “kekuatan-kekuatan” ideologi, cara pandang tentang hidup, dan sikap yang bertentangan dengan sistem iman dan telah merasuk banyak orang.

Orang percaya akan berhadapan dengan falsafah-falsafah, ideologi-ideologi, dan pola tingkah laku yang cenderung merongrong kehidupan rohaninya. Realita yang dimaksud dapat dilihat, seperti: penekanan pada rasio dan rasionalisme yang tanpa batas; individualisme; oportunis atau prospektif; dan relativisme nilai atau kebenaran. Realitas ini akan menguji keutuhan iman yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita.

Uraian di atas menjelaskan bahwa dengan adanya materi pembinaan rohani diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dalam diri, membangun diri sendiri serta dapat mengenali diri sendiri, dengan harapan apabila proses pengenalan diri sendiri telah berjalan, sedikit demi sedikit akan menghasilkan suatu kesadaran diri yang lebih baik, lebih maju dan menumbuhkan pola berfikir yang positif (Suprana, 2009: 45).

2.2.4 Metode Pembinaan Rohani

Metode berasal dari bahasa Jerman “methodica” artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani, “metode” berasal dari bahasa “methodos” artinya jalan, yang dalam bahasa Arab disebut “thoriq”. Metode yaitu cara yang telah teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya). Secara semantik “metode” berarti cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien. Dengan demikian metode pembinaan rohani adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk tercapainya suatu tujuan pembinaan rohani yang efektif dan efisien.

Suprana (2009: 53), menjelaskan bahwa metode yang digunakan dalam kegiatan pembinaan rohani pada umumnya yaitu sebagai berikut:

1. Metode ceramah

Yaitu suatu teknik atau metode pembinaan yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara seorang pembina pada aktivitas pembinaan. Kelebihan dari metode ceramah ini adalah sifatnya yang fleksibel, mudah disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta waktu yang tersedia, jika waktunya terbatas, bahan atau materinya dapat dipersingkat. Dan sebaliknya jika waktunya memungkinkan (banyak) dapat disampaikan materi sebanyak-banyaknya dan lebih mendalam. Sedangkan kelemahannya adalah kurang efektifnya pemahaman materi oleh objek pembinaan/pendengar, karena komunikasinya hanya bersifat satu arah.

2. Metode Tanya Jawab/Dialog

Yaitu penyampaian materi pembinaan dengan cara mendorong audience agar lebih aktif dan bersungguh-sungguh memperhatikan materi yang diberikan. Sehingga dengan metode ini audience akan langsung memahami persoalan-persoalan yang dihadapinya. Disamping itu kelebihan lain dari metode ini yaitu sangat berguna untuk mengurangi kesalahpahaman objek pembinaan, menjelaskan perbedaan-perbedaan pandangan dalam memahami ajaran-ajaran agama dan menerangkan suatu persoalan yang belum pernah dimengerti, yang kesemuanya itu dapat secara jelas dengan langsung dijelaskan kepada objek pembinaan. Dalam metode ini terdapat komunikasi dua arah maka penyampaian materi akan dengan efektif dapat dipahami oleh objek pembinaan. Sehingga pokok-pokok persoalan agama dapat lebih luas dan lebih dalam diketahui oleh audience.

Jadi dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan metode pembinaan rohani adalah suatu cara yang ditempuh dalam rangka mengoptimalkan

kemampuan atau potensi keimanan dan ketakwaan seseorang. Pembinaan rohani bertujuan untuk meningkatkan kualitas ketakwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku profesional, kesehatan jasmani dan rohani (Jaroh, 2013: 34).

2.3 Perilaku Sosial Peserta