• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Pembahasan Tentang Sejarah Kebudayaan Islam 1 Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

5. Materi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MTs a Kelas VII Semester

1) BAB. Memahami sejarah kebudayaan Islam

Kata sejarah dalam bahasa arab disebut tarih, yang menurut bahasa berarti ketentuan masa. Sedang menurut istilah berarti “keterangan yang telah terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada”.42 Sejarah dalam dunia Barat disebut histoire (Perancis), historie (Belanda), dan

history (Inggris), berasal dari bahasa Yunani, istoria yang berarti

ilmu.

Sedangkan kebudayaan berasal dari kata “budi” dan “daya”. Kemudian digabungkan menjadi “budidaya” yang berarti sebuah upaya untuk menghasilkan dan mengembangkan sesuatu agar menjadi lebih baik dan memberikan manfaat bagi hidup dan kehidupan.

Sejarah kebudayaan Islam adalah studi tentang riwayat hidup Rasulullah SAW, sahabat-sahabat dan imam-imam pemberi petunjuk yang diceritakan kepada murid-murid sebagai contoh teladan yang utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Muhaimin mengatakan, …“Dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia Muslim dari

masa ke masa dalam usaha bersayari’ah dan berakhlak serta dalam mengembangkan system kehidupan yang dilandasi oleh akidah”. 2) BAB. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Mekkah

Sebelum islam datang di tanah arab, sebenarnya masyarakat arab bukan tidak berkeyakinan, mereka sudah memiliki keyakinan tertentu yang dikenal dengan Paganisme, mereka mengingkari adanya Tuhan, tetapi umumnya mereka menggunakan perantara patung-patung atau berhala untuk menyembah Tuhan mereka. Dalam kondisi masyarakat yang semacam ini itulah Nabi Muhammad SAW diturunkan. Ayah Nabi Muhammad SAW bernama Abdullah ibn Abdul Muththalib. Sedangkan ibunya Aminah Binti Wahab. Dilahirkan di kota Makkah pada tanggal 20 Agustus tahun 570M.

Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah SWT untuk mendakwahkan Islam kepada manusia. Untuk mendakwahkan Islam itu Nabi melakukannya dengan sembunyi-sembunyi dan dangat berhati-hati, walaupun perintah ini cukup jelas dan tegas. Dakwah Nabi hanya ditujukan kepada orang-orang tertentu yang diyakini dapat menerima ajakan tersebut. Pada tahap rahasia ini selama kurang lebih 3 tahun, hanya beberapa orang saja yang masuk Islam. Mereka yang mula-mula masuk Islam, dalam sejarah dikenal dengan sebutan “al-sabiqun al-awwalan”. Kelompok pertama ini, bersama-sama dengan Nabi, melakukan kegiatan

berpusat dirumah Arqam bin Arqam, yang kemudian tempat ini dikenal dengan nama dar al-Arqam.

Dalam tahap berikutnya, dakwah Nabi ditujukan kepada anak-cucu keturunan Abdul Muthalib. Dengan demikian, sasaran dakwah sudah lebih luas dan terbuka. Hal ini dilakukan Nabi setelah adanya perintah Allah SWT dalam surah al-Syu’ara ayat 214-216. Lebih luas lagi setelah turunnya perintah Allah SWT dalam surat al-Hijr ayat 94-95. Maka sasaran dakwah Nabi adalah masyarakat Makkah (Quraisy) secara umum dan lebih luas dan lebih terang-terangan.

Upaya Rasulullah dalam rangka mendakwahkan Islam secara terang-terangan ini kemudian mendapat reaksi dari pihak kaum musyrikin Quraisy. Reaksi tersebut pada mulanya masih bersifat bujukan dan rayuan, agar Nabi meninggalkan tugasnya menyampaikan Islam. Namun dengan tegas Nabi menepis bujukan tersebut, dengan mengatakan: “Aku datang kepada kalian bukanlah untuk mendapatkan harta, pangkat, dan kedudukan. Allah SWT mengutus aku kepada kalian untuk menjadi rasulnya”.

Hari demi hari, reaksi makin bertambah keras. Orang-orang musyrik Quraisy mulai melakukan penganiayaan dan penyiksaan kepada pengikut-pengikut Islam, yang waktu itu jumlahnya masih sangat sedikit. Juga terjadi pemboikotan, semacam embargo terhadap orang-orang Islam dan Nabi Muhammad SAW. Bahkan

pemboikotan ini ditujukan kepada keluarga Bani Hasyim dan Bani Abul Muthalib, yang selalu melindungi Nabi Muhammad SAW. Pemboikotan ini berlangsung selama kurang lebih 3 tahun. Pemboikotan ini dapat dipandang sebagai upaya kafir Quraisy untuk melumpuhkan kekuatan kelompok orang-orang Islam.

Karena tantangan yang dihadapi umat Islam begitu berat maka Rasulullah kemudian memerintahkan kepada para sahabat untuk berhijrah ke Habsyah, untuk sekedar mencari tempat perlindungan. Tindakan ini dimaksudkan Nabi, disamping untuk memperluas wilayah dakwah, juga mengisyaratkan ketidakberdayaan kaum muslimin untuk melakukan perlawanan terhadap kafir Quraisy. Ini merupakan hijrah yang pertama yang dilakukan oleh umat Islam.

Selama kurang lebih tiga belas tahun, Nabi telah berjuang dengan gigih. Namun ia belum berhasilmenciptakan suatu komunitas yang tauhidi yang sikap dan tindakannya sesuai dengan pesan dan ajaran tauhid sebagaimana yang dicita-citakan, sebaliknya ia mendapat tantangan yang berat, oleh sebab itu selama di Makkah eksistensi kerasulannya baru tampak pada dimensi kepemimpinan agama, sampai dengan hijrahnya ke Madinah dengan membawa perubahan-perubahan besar terhadap tatanan sosial masyarakatnya yang kelak dikenal dengan negara Madinah.

Peristiwa hijrah ini juga tidak bisa dilepaskan dari pertemuan Nabi SAW dengan beberapa orang penduduk Yastrib yang berkunjung ke Makkah pada tahun 621 M, pertemuan ini berhasilmencapai kesepakatan menyatakan diri masuk Islam dan berjanji untuk mematuhisegala ajaran Islam yang disebut sebagai bai’ah sughra. Ini bai’ah yang pertama yang dilakukan oleh penduduk Yastrib kepada Rasulullah.

3) BAB. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Madinah Sebagaimana sudah dijelaskan dibagian terdahulu bahwa sebelum Rasulullah hijrah ke madinah, didahului oleh dua peristiwa yaitu bai’ah aqabah sughra (pertama) pada tahun 621M dan bai’ah aqabah kubra (kedua) pada tahun 622 M. Adanya bai’ah ini juga tidak lepas dari usaha Rasulullah untuk menyampaikan ajarannya kepada sebagian peziarah dan pedagang dari kota Yastrib yang melaksanakan ibadah haji. Isi bai’at itu antara lain mengikrarkan keimanan kepada Allah dan Rasulnya Muhammad, amar ma’ruf nahyi munkar, dan kepatuhan kepada beliau pemimpin mereka. Nabi juga berjanji akan berjuang bersama mereka baik dalam peperangan maupun perdamaian.

Dalam perjalanan hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah pada tanggal 27 September 822 M bertepatan dengan hari senin tanggal 12 Rabiul awal, yang kemudian oleh khalifah Umar bin Khattab ditetapkan sebagai tahun

pertama hijrah. Sebelum sampai ke Madinah, Nabi singgah di Qubah dan mendirikan Masjid yang pertama dalam sejarah Islam, di daerah itu. Kemudian melakukan sholat jum’at di masjid itu. Rasulullah menyampaikan khutbah jum’at pertama yang berisikan tahmid, shalawat dan salam, pesan bertakwa, dan do’a kesejahteraan bagi kaum muslimin.

Selanjutnya dalam sejarah Islam, penduduk Madinah yang menyambut kedatangan Rasulullah bersama sahabat ini mendapat julukan kaum Anshar, karena prestasi dan jasanya yang besar terhadap Islam. Setelah Rasulullah membangun Masjid sebagai sarana untuk mempersaudarakan kaum muslimin di kota Madinah, selanjutnya Rasulullah juga melakukan pembangunan sosial, ekonomi dan politik negara Madinah.

Selama Nabi sebagai kepala negara Madinah, beliau melakukan kebijakan satu sama lain memiliki kaitan antara lain: pertama, itensifikasi pemantapan sosio ekonomi politik. Oleh sebab itu ayat-ayat al-qur’an pada periode Madinah ini diturunkan terutama ditujukan untuk pembinaan hukum, dan Rasulullah menjelaskan ayat-ayat yang belum jelas dan terperinci itu dengan perbuatan-perbuatan beliau, seperti sistem syura dalam politik, persamaan derajat antar sesama, perbedaan antara taqwa dan amal shaleh, diperintahkannya zakat dan sedekah untuk pemerataan ekonomi disamping ditegaskan hukum riba, juga diberlakukannya

razia terhadap kabilah perniagaan Quraisy dijalur perdagangan menuju pasar-pasar wilayah utara.

Dalam periode Madinah inilah Rasulullah benar-benar dapat membina masyarakat yang kondusif, sehingga dibawah kepemimpinan Rasulullah, Madinah menjadi wilayah yang diperhitungkan. Ajakan masuk Islam kepada pemimpin-pemimpin dunia melalui surat yang dikirimkan merupakan langkah politis yang sangat berani. Kemampuannya dalam mempersatukan umat Islam dengan kebinekaan kabilah dan suku, serta mempersaudarakannya adalah sebagai bukti misi risallah yang dibawanya berdimensi religius dan sosial dan politik.

b. Semester 2

1) BAB. Memahami sejarah perkembangan Islam pada masa Khulafaurrasyidin

a) Abu Bakar as-Sidiq

Sebenarnya sejak awal, baik kelompok Muhajirin maupun kelompok Anshar menginginkan jabatan khalifah ini, mereka mengajukan argumen yang dapat memperkuat posisi tuntutan mereka tersebut. Golongan Anshor dan suku Khazraj, misalnya, mengajukan Sa’ad bin Ubadah, tokoh ini tercatat sebagai orang yang tidak pernah menyatakan bai’ahnya kepada Abu Bakar dan Umar sampai akhir hayatnya sebagai calon khalifah. Abu Bakar (kelompok Muhajirin) pada awalnya

mengajukan Umar bin Khatab dan Sa’d ibn Ubadah sebagai calon khalifah. Akhirnya lewat proses perdebatan yang panjang terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifahnya. Di samping karena kestabilitas politiklah yang turut melatarbelakangi terpilihnya tokoh Abu Bakar sebagai khalifah. Diantara faktor yang mendukung terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah adalah orang yang menggantikan Rasul sebagai imam shalat ketika Rasululah sakit, dia juga orang yang menemani Rasulullah saat hijrah, dan dia adalah sahabat senior yang awal memeluk Islam.

Maka sejak saat itu Abu Bakar sebagai khalifah umat Islam. Ia disebut sebagai khalifat al-rasulillah, yang berarti pengganti Rasulullah. Yang membedakannya dengan Rasul adalah kalau Rasulullah itu memiliki otoritas sebagai pemimpin agama dan negara, tetapi Abu Bakar hanya memiliki otoritas kenegaraan saja, karena memang Abu Bakar bukan sebagai Nabi.

Pada saat Abu Bakar sebagai kepala negara, ia mendapatkan tugas berat yang perlu penyelesaian. Di antara permasalahan yang muncul selama dia menjabat sebagai khalifah antara lain adalah munculnya nabi-nabi palsu, orang- orang yang tidak mau membayar zakat, juga orang-orang yang murtad, keluar dari Islam.

Selain Abu Bakar dituntut untuk menyelesaikan urusan dalam negeri, ia juga dituntut untuk menyelesaikan yang lainnya. Masalah tersebut antara lain bahwa dia juga harus mewaspadai ancaman yang mungkin datang dari dua negara adikuasa, yaitu bizantium dan persia. Karenanya, disamping harus menyelesaikan masalah-masalah dalam negeri tersebut, Abu Bakar juga harus memikirkan rencana untuk mempertahankan wilayah Islam dari serbuan dan intervensi karena negara adi kuasa tersebut.

b) Umar Ibn al-Khathab

Pada saat Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan dikalangan umat Islam. Kebijakan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya

khalifah Khalifati Rasulillah, artinya pengganti dari pengganti

Rasulullah.umar juga memperkenalkan istilah Amir al-

Mukminin kepada umat Islam.

Seperti sebagian orang Arab, Umar ibn al-Khaththab memiliki nama kunya, Abu Hafs. Kunya ini merupakan pemberian Nabi untuk memuji sikap tegas dan kekerasannya

dalam melaksanakan prinsip keislaman, ciri dari watak seorang pemimpin sejati. Di samping itu ia adalah orang yang mempunyai keinginan kuat, rasa keadilan yang keras, kesetiaan yang kukuh dan mempunyai bakat yang luar biasa untuk menjalankan pemerintahan.

c) Usman Ibn Affan

Setelah Umar ibn Khaththab meninggal, Usman ibn Affan menggantikan kedudukan Umar sebagai khalifah umat Islam berdasarkan musyawarah sejumlah sahabat senior. Usman ibn Affan lahir pada tahun 576 M.

Kepribadian Usman itu sangat baik. Dia terkenal sebagai sahabat yang sangat taat beribadah. Sebagaimana dikatakan oleh Ibn Hajr bahwa ia selalu bangun tengah malam untuk melakukan shalat tahajud, puasa sepanjang hari kecuali pada hari-hari terlarang dan pergi haji setiap tahun. Ia juga sangat pemalu dan terkenal jujur. Usman juga terkenal sangat lunak, pemaaf, murah hati, terlalu percaya, dan mudah tergetar hatinya, melihat kesulian orang lain, terutama keluarganyya, kepekaan sosialnya sangat tinggi.

d) Ali Ibn Abi Thalib

Sepeninggalan Usman ibn Affan, masyarakat beramai- ramai membai’at Ali ibn Abi Thalib. Ali memerintah selama 4 tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai

pergolakan. Hampir tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah ia menjabat sebagai khalifah, Ali ibn Abi Thalib memecat para gubernur yang diangkat oleh Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan oleh Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan diantara orang-orang Islam sebagaimana yang telah diterapkan Umar.

2) BAB. Memahami perkembangan masyarakat Islam pada masa Bani Umaiyah

Salah satu dinasti penting yang ikut mewarnai sejarah peradaban Islam adalah Dinasti Umayah. Dinasti ini berdiri pada tahun 661 M s.d 750 M. Meskipun dinasti ini kurang dari satu abad tetapi capaian ekspansi sangat luas. Pembentukan dinasti umayah tidak bisa dilepaskan dari sosok Muawiyah ibn Abi sofyan. Ia memeluk agama Islam pada usia yang masih muda, jauh sebelum keluarga Abu Sofyan lainnya memeluk agama Islam. Mu’awiyah lahir empat tahun menjelang Muhammad diangkat menjadi Rasul, ada juga yang mengatakan dua tahun sebelum Rasul diangkat atau 15 tahun sebelum hijrah. Mu’awiyah termasuk sahabat dekat dengan Rasulullah.

Mu’awiyah mendapat kepercayaan dari Rasul untuk menulis Al-Qur’an dan pernah ikut bersama Rasul hijrah ke Madinah. Kesetiaan yang diperlihatkan oleh Mu’awiyah terhadap Islam, adalah siap mempertaruhkan nyawanya di beberapa medan pertempuran dan bahkan dengan ayahnya sendiri, yaitu pada saat penaklukan Makkah.

c. Kelas VIII Semester 1

1) BAB. Memahami perkembangan masyarakat Islam pada masa Bani Abbasiyah

Berdirinya dinasti Abbasiyah tidak bisa dilepaskan dari munculnya berbagai masalah di periode-periode terakhir dinasti Umayah. Masalah-masalah tersebut kemudian bertemu dengan beberapa kepentingan yang satu sama lain memiliki keterkaitan. Ketidakpuasan di sana-sini yang ditampakkan lewat berbagai macam pemberontakan jelas menjadi pekerjaan rumah yang cukup serius bagi kelangsungan hidup dinasti Umayah, yang kemudian menjadi momentum yang tepat untuk menjatuhkan dinasti umayah yang dimotori oleh Abu al-Abbas al-Safah.

Meskipun dalam perjalanan dinasti Umayah banyak menorehkan prestasi bagus terutama dalam kaitannya dengan perluasan wilayah, tetapi sesungguhnya sejak awal berdirinya dinasti ini, mulai dari khalifah pertama yaitu Mu’awiyah bin Abi Sofyan sampai khalifah terakhir, Marwan bin Muhammad, Daulah bani

Umayah terkadang berjalan atas landasan kekerasan, bahkan mempergunakan segala kesempatan, sekalipun kesempatan jahat untuk memperbesar kekuasaan. Menjelek-jelekkan Ali bin Abi Thalib dalam tiap khutbah Jum’at adalah contoh yang nyata terjadi. d. Semester 2

1) BAB. Memahami perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Al Ayyubiyah

Keruntuhan Dinasti Fatimiyah pada masa khalifah Al-Adid Bilah pada tahun 567H / 1171M. Khalifah terakhir berada dalam kondisi yang sudah lemah karena serbuan pasukan salib, konflik interen pemerintahan dan melanda paceklik atau paceklik selama tujuh tahun di wilayah kekuasaan Dinasti tersebut. Dalam keadaan yang demikian datanglah panglima Syirkuh beserta Shalahuddin Al- Ayyubi yang ditugaskan oleh Nuruddin Zangi.

Ia mendampingi pamannya Asaduddin Syirkuh yang mendapat tugas dari Nuruddin Zangi. Untuk membantu Bani Fatimiyah di Mesir. Perdana Menteri Syawar yang dikudetaoleh Dirgham meminta bantuan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi untuk mengalahkan Dirgham. Dengan imbalan sepertiga pajak tanah Mesir. Dirgham akhirnya dikalahkan oleh pasukan Shalahuddin dan ia kembali menduduki jabatan perdana menteri pada tahun 1164M.

Tiga tahun kemudian Shalahuddin menyertai pamannya ke Mesir. Kali ini akan memberantas Syawar yang dulunya pernah

ditolongnya yang bersekutu dengan Ammauri, seorang panglima tentara salib. Hal ini dilakukan oleh shalahuddin karena Syawar sangat membahayakan kepentingan kaum muslimin. Akhirnya, Shalahuddin dapat mengalahkan Syawar dan Ammauri.

Pada tahun 1169 M, tentara salib yang dipimpin Ammauri menyerang Mesir yang bermaksud menguasai Mesir. Khalifah Fatimiyah, Al-Adid meminta bantuan Shalahuddin dan Asaduddin Syirkuh untuk mempertahankan Mesir. Ammauri kali ini berhasil dikalahkan oleh pasukan Shalahuddin dan Asaduddin Syirkuh. Keberhasilan ini menimbulkan kebencian Syawar yaitu perdana menteri Fatimiyah. Syawar berencana membunuh Shalahuddin dan Asaduddin Syirkuh namun ia gagal, bahkan Syawar ditangkap dan dihukum mati atas khalifah Al-Adid.

e. Kelas IX Semester 1

1) BAB. Memahami perkembangan Islam di Indonesia

Seorang profesor bahasa Melayu di Univesitas Leiden, Belanda. Dia mengatakan bahwa Islam datang ke Indonesia bukan berasal dari Arab atau persia secara langsung, tetapi berasal dari india, terutama dari pantai barat, dari Gujarat dan Malabar. Teori tesebut kemudian direvisi oleh C. Snouck Hurgronje. Menurut nya Islam yang tersebar di Hindia Belanda (Indonesia) berasal dari wilayah Malabar dan Coromandel, kota-kota pelabuhan di India selatan, setelah Islam berpijak kuat di wilayah tersebut.

Pendapat bahwa Islam di Indonesia berasal dari Anak Benua India juga dikemukakan oleh J.P. Moquette. Moquette berkesimpulan bahwa tempat asal Islam di Nusantara adalah Gujarat, India. Pendapat ini didasarkan pada pengamatan Moquette terhadap bentuk batu nisan di Pasai yang berangka 17 Dzulhijah 831 H./27 September 1428. Dia juga mengamati bentuk batu nisan pada makam Maulana Malik Ibrahim (w.822 H/1419) di Gresik, Jawa Timur. Ternyata bentuk batu nisan dikedua tempat tersebut sama dengan batu nisan di Cambay, Gujarat di pesisir selatan India. Berbeda dengan pendapat S.Q Fatimi yang sama-sama mengikuti “teori batu nisan”. Menurut Fatimi, batu nisan Malik al- Shalih di Pasai berbeda jauh dengan batu nisan yang terdapat di Gujarat dan batu-batu nisan lain di Nusantara. Fatimi berpendapat bahwa bentuk dan gaya batu nisan itu justru mirip dengan batu nisan yang terdapat di Bengal (kini Bangladesh).43

f. Semester 2

1) BAB. Memahami sejarah tradisi Islam Nusantara

Indonesia merupakan salah satu Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Keberhasilan penyebaran Islam di Nusantara tidak dapat dipisahkan dari peranan wali sanga. Ketika menyiarkan Islam para wali sanga menggunakan berbagai bentuk kesenian tradisional masyarakat setempat dengan cara menyisipkan

nilai-nilai islam ke dalam kesenian tersebut. Upaya para wali sanga tersebut diterima baik oleh masyarakat, mereka tidak merasa asing karena budaya asli mereka tidak dihapus. Lambat laun seni budaya local tersebut berubah menjadi seni budaya local yang bernuansa

Dokumen terkait