• Tidak ada hasil yang ditemukan

Material dalam Perancangan

Dalam dokumen BAB III METODE PERANCANGAN (Halaman 22-27)

Dari sekian banyak material yang biasa menjadi bahan dalam perancangan furnitur, tidak semua furnitur cocok bagi anak. Adapun furnitur yang sesuai untuk anak antara lain:

1. Kayu

Kayu yang cocok bagi anak adalah kayu yang ringan. Kayu yang ringan biasanya memiliki tingkat kekerasan yang rendah atau lunak. Kelunakkan kayu ini bisa menjadi nilai tambah namun juga sekaligus menjadi nilai kurang. Nilai tambahnya adalah ketika kayu pecah, maka pecahan kayu tidak tajam sehingga aman bagi anak. Namun demikian kayu yang lunak umurnya tidak bertahan lama. Umur kayu lunak berkisar 1-3 tahun. Namun demikin keterbatasan ini cukup relevan dengan perkembangan anak. Anak dalam kurun waktu 3 tahun sudah mengalami perkembangan postur tubuh yang cukup signifikan. Dengan demikian ukuran furnitur yang sesuai dengan postur tubuhnya juga sudah berbeda.

Beberapa kayu yang ringan dan lunak:

a. Kayu Sengon/Albasia

Sengon dalam bahasa latin disebut Albazia Falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai – petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut :

Jawa : jeunjing, jeunjing laut (sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon sabrang (jawa).

Maluku : seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore)

Gambar 3.15 Kayu Sengon Batangan

(sumber: http://investasi-sengon-jahemerah.blogspot.com diakses tanggal 30 Maret 2014)

Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan diameter batang sekitar 70 – 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir.

Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet dan kelas kuat IV – V.

Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lainnya (http://www.produknaturalnusantara.com/panduan-teknis-budidaya-pertanian/panduan-cara-budidaya-sengon-albasia/ diakses 30 Maret 2014).

b. Kayu Pinus

Kayu pinus (pine wood) adalah jenis kayu ringan dan biasanya berwarna krem mengkilap, bertekstur halus, dan lebih lunak dibanding jenis kayu lainnya. Kayu pinus baik untuk interior dalam ruangan, namun kurang cocok untuk furniture luar ruangan karena mudah rusak diserang rayap dan kurang tahan cuaca (http://rickysetiawan.com/?p=1446 diakses tanggal 30 Maret 2014).

Samingan (1980) dalam Yana Rahyana (1996) menerangkan bahwa sifat-sifat kayu pinus adalah kayunya termasuk kayu ringan sedang berat jenis antara 0,46 – 0,70, bagian yang mendukung resin 0,95, kelas kuat II-III dan kelas awet V, kayu gubal 6-8 cm berwarna putih kekuning – kuningan, kayu ters berwarna lebih tua, coklat atau kemerahan, kekerasan daya kembang susut dan retak sedang, sifat pengerjaan lebih mudah patah tapi agak sulit digergaji. Batang umumnya berbentuk bulat dan lurus kulit berwarna coklat tua, kasar, berakar dalam dan menyerpih dalam kepingan panjang (dari http://tikawila.blogspot.com/ diakses tanggal 30 Maret 2014).

Gambar 3.16 Kayu Pinus

(sumber: http://woodsofarcady.blogspot.com/2011/08/bike-shelf.html diakses tanggal 30 Maret 2014)

Hal yang perlu diperhatikan adalah pada saat furnitur dari kayu pinus sudah memasuki tahap finishing (pewarnaan). Biasanya, proses finishing pada furnitur yang terbuat dari kayu pinus ini akan terasa lebih sulit dari pada mem-finish furnitur yang terbuat dari jenis kayu pertukangan lainnya.

Kesulitan tersebut tak lain adalah proses meratakan warnanya. Kayu pinus memiliki mata dan kantong minyak yang lebih keras dibanding bagian lain dari kayu ini sehingga penyerapan bahan finishing pada bagian mata dan kantong minyak kurang maksimal yang mengakibatkan warna jadi

berbelang. (dari http://rimbakita.blogspot.com/2013/01/kayu-pinus.html diakses tanggal 30 Maret 2014)

c. Kayu Meranti Putih

Gambar 3.17 Kayu Meranti

(sumber: http://cvkal.blogspot.com/ diakses tanggal 2 Juli 2014)

Kayu Mearnti Putih adalah kayu berwarna putih dan lambat laun akan berwarna lebih gelap semu-semu coklat jika berhubungan dengan udara atau cahaya. Tekstur kayu agak kasar tapi masih lebih halus dari kayu meranti putih. Arah seratnya jarang lurus, biasanya berpadu sampai sangat berpadu atau bahkan bergelombang. Menurut kekuatannya, jenis-jenis meranti dapat digolongkan dalam kelas kuat II-IV; sedangkan keawetannya tergolong dalam kelas III-IV. Kayu ini tidak begitu tahan terhadap pengaruh cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk penggunaan di luar ruangan dan yang bersentuhan dengan tanah.Selain itu untuk menjaga keawetan kayu bisa pula dengan pemilihan finishing yang tepat sehingga meranti dapat bertahan lama

(http://worldofnaveezha.wordpress.com/2013/04/05/makalah-tentang-meranti/comment-page-1/ diakses tanggal 17 Juni 2014).

d. Kayu Mahoni

Kayu mahoni dalam bahasa botani/latin disebut Swietenia di beberapa wilayah/daerah disebut mahoni.Pertumbuhannya tersebar diseluruh Pulau

Jawa.Tinggi pohon mahoni bisa mencapai 35 meter,dengan diameter bisa mencapai 125 cm.Tekstur kayu agak halus,dengan arah serat berpadu kadang kadang bergelombang, Permukaan licin dan mengkilap.

Gambar 3.18 Kayu Mahoni Balok

(sumber: http://indonetwork.co.id/alloffers/30/harga-mahoni.html diakses tanggal 30 Maret 2014)

Kayu mahoni mempunyai berat jenis berkisar 0,53 hingga 0,72, termasuk kelas kuat III hingga kelas kuat II dan termasuk kelas awet III.Kayu mahoni mempunyai penyusutan ke arah radial 0,9 % hingga 3,3 % dan ke arah tangensial 1,3 % hingga 5,7 %.

Pengeringan secara alami kayu mahoni dengan tebal 2,5 cm dari kadar air awal 40 %,selama 40 hari bisa mencapai kadar air kering udara. Sedangkan dengan dapur pengering kayu mahoni dengan tebal 2,5 cm, bisa mencapai kadar air hingga 10 % denga suhu berkisar 43°C hingga 76°C dengan kelembaban nisbi berkisar 75 % hingga 33 %.

Kegunaan kayu mahoni adalah untuk mebel,patung,ukiran dan kerajinan lain. (http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/artikel-coba- 2/departemen-bangunan-30/542-6-jenis-kayu-untuk-membuat-mebel-yang-telah-diuji-oleh-balai-penelitian-kayu diakses tanggal 30 Maret 2014)

2. Veneer

Kemungkinan penggunaan veneer hanya untuk furnitur berupa rak buku dan rak penyimpanan. Penggunaan veneer harus disertakan dengan penggunaan edging di sudut pertemuan veneer sehingga sudut rak tidak tajam dan tidak berbahaya bagi anak. Veneer yang digunakan harus veneer kualitas terbaik sehingga tidak mengandung partikel kayu berbahaya bagi kesehatan paru-paru.

3. Plywood

Penggunaan plywood sebenarnya sangat riskan bagi anak, karena plywood mengandung partikel debu kayu yang tidak baik bagi kesehatan paru-paru anak. Namun partikel debu kayu ini dapat dikurangi bahkan dihilangkan dengan penggunaan palywood kualias terbaik yaitu grade A. Selain itu sebelum ditempatkan di dalam kelas, furnitur dengan material plywood harus dianginkan di tempat terbuka. Plywood juga harus di-finishing dengan veneer terbaik dan pengaplikasian yang rapi.

Dalam dokumen BAB III METODE PERANCANGAN (Halaman 22-27)

Dokumen terkait