• Tidak ada hasil yang ditemukan

Matriks Penelitian Terdahulu Tabel 4. Matriks Penelitian Terdahulu

Bab V PENUTUP yang berisi tentang kesimpulan dan saran

KAJIAN PUSTAKA

D. Matriks Penelitian Terdahulu Tabel 4. Matriks Penelitian Terdahulu

No Judul Nama

Penulis Metode Penelitian Hasil Penelitian Kesimpulan

1 Studi pengaruh krib hulu tipe impermeabl e pada gerusan di belokan sungai ( studi kasus antara panjan krib 1/10,1/5 dan 1/3 lebar sungai ) Jeni Paresa,201 5

Rangkaian simulasi yang dilakukan dalam penelitian gerusan di belokan sungai diklasifikasikan dalam 2 kelompok parameter yaitu parameter simulasi dan parameter amatan. Parameter simulasi terdiri dari 3 variasi debit (Q), 3 panjang krib (L) yaitu 1/10 lebar sungai, 1/5 lebar sungai dan 1/3 lebar sungai serta 3 waktu pengaliran (t) yaitu 600 detik,

1200 detik dan 1800 detik..

Sedangkan parameter amatan adalah adanya perubahan gerusan yang terjadi.

Dari grafik pengaruh pada waktu pengaliran t = 1800 detik terjadi volume gerusan maksimun pada kondisi tanpa krib (Lo) = 0.0462

m3 dan volume gerusan

minimum terjadi pada L2= 0,0306 m3. Pada Q1 = 0,0185

m3/det pada Q2= 0,0161

maksimun pada kondisi tanpa krib (lo)= 0.0586 m3 dan volume grusan minimum terjadih pada L1 =0,0460 m3. Setelah debit menjadi Q3= 0,0185 m3/det

didapat volume gerusan

maksimun pada kondisi tanpa krib (lo)= 0.0555 m3 dan volume gerusan minimum terjadi pada L1 = 0,0177 m3

Dari analisis penelitian mendapatkan pengaruh pemasangan krib di huludapat mengurangi gerusan yang terjadidi belokan sungai yang terlihat dari hasil volume gerusan sebelum ada pemasangan krib dan setelah pemasangan krib.

Dari analisis penelitian pengaruh waktu terhadap volume gerusan dan pengaruh panjang krib dengan volume gerusan memperlihatkan pengurangan volume gerusan paling minimum terjadi pada krib dengan panjang 1/5 lebar sungai dengan Vg= 0,0177 m3. 2 Pengaruh Jarak Antar Krib Terhadap Andi Abd. Rahim Farouk Maricar

Rangkaian simulasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini

diklasifikasikan kedalam dua

kelompok parameter, yaitu

Hasil dari hubungan Fr dan x

pada penampang diketahui

bahwa tipe aliran yang terjadi sebelum dan setelah pemasangan

Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan dapat

diambil kesimpulan bahwa

45 Karakteristik Aliran Pada Model Saluran Silma Pongmanda , 2017

parameter simulasi dan parameter amatan. Parameter simulasi terdiri dari variasi kecepatan (v), dan jarak pemasangan antar krib (cm)yang merupakan variabel tetapan.

krib baik model M-1, M-2, maupun M-3 adalah subkritis (Fr<1). Pengunaan model krib berpengaruh terhadap nilai Fr, bahkan secara keseluruhan aliran penampang C yaitu subkritis, terjadi penurunan nilai Fr. Tipe aliran yang terjadi baik sebelum pemasangan model krib maupun model krib M-1, M-2, maupun M-3 adalah turbulen (Re>4000)

antar krib yakni pada model

tanpa krib maupun

menggunakan krib dengan

model M-1 (jarak krib 20 cm), model M-2 (jarak krib 40 cm), dan model M-3 (jarak krib 80 cm) berdasarkan angka Froude karakteristik aliran yang terjadi yaitu aliran subkritis. Sementara

berdasarkan angka Reynolds

karakteristik aliran yang terjadi adalah aliran turbulen pada

titik-tik peninjauan yang telah

ditentukan baik pada model tanpa krib maupun model krib M-1, M-2 dan M-3. 3 Model Laboratoriu m Pola Aliran Apada Krib Permeable Terhadap Variasi Jarak Antar Krib Dan Debit Aliran Di Sungai Berbelok Ahmad Zikri Mudjiatko Rinaldi, 2016

Tahapan penelitian ini meliputi studi literatur, tahapan persiapan hingga

kegiatan laboratorium. Tahapan

kegiatan laboratorium yang

dilakukan pada penelitian ini yaitu :

1. Pemodelan geometric saluran

2. Pemodelan struktur krib

3. Variasi pengujian

4. Proses pengumpulan data

Variasi jarak antar krib dengan menggunakan nilai debit yang sama maka akan menghasilkan kecepatan aliran yang sama pula.

Dari perhitungan diperoleh

kecepatan maksimum (Vmaks) sebesar 0.35736 m/detik dengan debit 0.0056 m³/detik pada sisi luar belokan badan sungai dan

kecepatan minimum (Vmin)

sebesar 0.2248 m/detik dan dengan debit sebesar 0.00134

m³/detik pada ujung krib

permeable terakhir. Kecepatan

aliran yang terjadi saat

1. Debit aliran penelitian ini ada 3 (tiga) variasi yaitu H = 6 cm dengan debit 0.00134 m³/detik, H = 8 cm dengan debit 0.00298 m³/detik dan H = 10 cm dengan debit 0.0056 m³/detik

2.(Vmaks) = 0.35736 m/detik, debit 0.0056 m³/detik pada sisi luar belokan badan sungai dan (Vmin) = 0.2248 m/detik debit sebesar 0.00134 m³/detik pada ujung krib permeabel terakhir.

3. Debit 0.00134 m³/detik,

pusaran aliran terjadi pada sisi krib bagian awal.

46

mendekati krib perlahan mulai berkurang dan terus terjadi pada krib selanjutnya, sehingga kecepatan aliran minimum pada sungai berada pada krib bagian ujung

4. Debit 0.00298 m³/detik,

pusaran aliran terjadi pada sisi krib bagian awal.

5. Debit 0.0056 m³/detik, pusaran aliran terjadi pada sisi krib bagian ujung. 4 Analisis Hidrolika Banguna Krib Permeable Pada Saluran Tanah Ayu Marlina Humairah, 2014

Data yang diamati yaitu data

kecepatan aliran di hulu krib,

kedalaman aliran, perubahan elevasi dasar saluran di hulu krib, lebar dasar saluran dan debit ukur. Dari data

yang didapat akan dianalisis

pengaruh sudut pemasangan krib permeabel terhadap perubahan dasar saluran (Bt/Bo) dan kedalaman gerusan dihulu krib (ds/y).

Perubahan dasar saluran (Bt/Bo)

maksimum untuk sudut

pemasangan krib permeabel 45°, 90° dan 135°sebesar 1,376 cm, 1,346 cm dan 1,452 cm.

Kedalaman gerusan (ds/y)

maksimum pada pemasangan krib permeabel 45°, 90° dan 135°sebesar 1,05 cm, 0,95 cm

dan 1,17 cm. Sehingga

pemasangan krib permeabel krib 90° lebih baik karena perubahan dasar salurannya (Bt/Bo) lebih kecil yaitu 1,346 cm (1,346 kali dari saluran awal) dan koefisien

determinasi (R2) hampir

mendekati 1 yaitu 0,9384 serta kedalaman gerusannya (ds/y) juga lebih kecil yaitu 0,95 cm dan koefisien determinasi (R2 ) hampir mendekati 1 yaitu 0,8317

dibandingkan dengan

pemasangan krib permeabel 45° dan 135°.

Sudut pemasangan krib

permeabel krib 90˚ lebih baik

karena perubahan dasar

saluranny lebih kecil yaitu 1,346 cm (1,346 kali dari saluran awal) dan koefisien determinasinya hampir mendekati 1 yaitu 0,9384

dibandingkan dengan sudut

pemasangan krib permeable 45˚ dan135˚.

Kedalaman gerusan dengan sudut pemasangan krib permeabel krib

90˚ juga lebih kecil yaitu 0,95 cm

dan koefisien determinasinya

hampir mendekati 1 yaitu

0,8317dibandingkan dengan

sudut pemasangan krib

47 5 Studi Eksperiment al Pengaruh Arus Turbulen Pada Saluran Bengkok Sebagai Hasil Struktur Groyne Vegetasi Pada Jenis Permeabel Amrullah Mansida,

Pengujian dilakukan oleh percobaan laboratorium pada kondisi buatan, untuk menyelidiki hubungan antara variabel dan memberikan perawatan tertentu untuk beberapa kelompok

eksperimen dengan kontrol

komparatif. Bahan groin permeable yang digunakan adalah bambu dan data termasuk kecepatan aliran sungai dan volume gerusan pada variasi debit pada sudut tikungan

saluran 600. Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah nomor Raynolds (Re) dan

Froude (Fr), selain itu kami

menggunakan perangkat lunak

Surfer untuk menggambarkan pola kontur gerusan.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa peningkatan debit

berbanding lurus dengan

kecepatan aliran dan aliran turbulen karena energi aliran relatif tinggi untuk mengikis tikungan saluran. Fungsi groin sebagai pengatur aliran dan

pencegahan gerusan [8]

digambarkan pada hasil

pengamatan lengkungan saluran dengan struktur groin dan tanpa groin dapat meningkatkan nilai aliran turbulen untuk jarak antara groin 0,35 m jauh sekitar 09,28% menjadi 15,59 %. Sementara jarak yang lebih padat dari struktur groin adalah 0,15 m, hal ini dapat mengurangi nilai aliran turbulen sekitar 1,10% menjadi 3,43%.

Sebagai hasil dan diskusi di atas,

kami menyimpulkan sebagai

berikut:

1) Penempatan groin pada tikungan saluran menyebabkan fenomena baru aliran turbulensi, tegangan geser dan gerusan lokal;

2) Gintne tipe permeabel

menggunakan bambu dengan jarak tidak terlalu padat (35 cm) memberikan pencegahan gerusan hingga 81% dalam kinerja dan untuk jarak lebih padat (15 cm) memberikan kinerja 50%. 6 Metode aplikasi bangunan krib sebagai pelindung terhadap bahaya erosi tebing sungai Suharjoko, 2008

Tahap pertama dilakukan running model terhadap berbagai kasus dan dilanjutkan analisa terhadap setiap hasil running model yang dihasilkan yakni melakukan penilaian terhadap besaran parameter yang dihasilkan. Tahap kedua melakukan analisa non-dimensi terhadap parameter penentu untuk mendapatkan hubungan antar parameter tersebut.

Bahwa dari tiga alternative model tersebut secara umum dapat dikatakan Model 1 yaitu

Krib dengan sudut α = 90ᵒ

merupakan pilihan yang paling baik dibanding dengan model lain yang telah diajukan. Oleh karena itu disarankan dipilih

bangunan krib tegak lurus

dengan arah aliran.

Hasil temuan pada penelitian diatas yang menghasilkan suatu

hubungan antara bilangan

Froude (Fr) dengan Dh/PB, sesuai yang ditunjuk dengan

Gambar 6, memberikan

kemudahan dalam perancanaan bangunan krib.

49

BAB III

Dokumen terkait