• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media Masa Depan dan Platform Teknologi Komunikasi

Dalam dokumen SOSIOLOGI KOMUNIKASI (MONIQUEEEEEEEEE) (Halaman 94-103)

Perubahan Sosial

C. Era Sistem Informasi

3. Media Masa Depan dan Platform Teknologi Komunikasi

Teknologi komunikasi membutuhkan Platform pengembangan yang jelas di masa depan. Seperti perkembangan teknologi telematika sekarang berada pada situasi anomi, di mana tidak ada platform yang jelas arah pengembangannya. Hal ini disebabkan karena setiap negara berlomba-lomba mengembangkan teknologi telematika sesuai dengan pasar nasional maupun internasional. Bahkan perkembangan teknologi tersebut tanpa uji coba manfaat, risiko dan masalah model, namun sudah dipasarkan di masyarakat. Dengan kata lain biaya uji coba dibebankan keapada masyarakat pengguna teknologi itu sendiri. Produsen teknologi telematika bahkan menggunakan masyarakat

consumer sebagai laboratorium uji coba kelayakan telematika yang diproduksinya.

Sehubungan dengan itu perkembangan media baru (new media) menjadi kajian tersendiri yang serius dalam aspek-aspek sosial. Dengan kata lain yang paling merisaukan dari pengembangan teknologi telematika adalah para ahli ilmu-ilmu sosial. Karen apara ahli teknologi menciptakan teknologi telematika dengan modus melemparkan beban sosial dari teknologi yang diciptakan itu kepada para ahli ilmu sosial.

Persoalan pewarnaan secara sempurna telah dapat dipecahkan, sehingga media melalui televisi sudah dapat menyiarkan secara real-time tentang pewarnaan. Pada awal persoalan pewarnaan ini menjadi wacana dan polemik, karena mungkinkah warna dapat dicitrakan oleh media, namun ternyata wacana itu dapat dijawab. Karena itu di masa depan persoalan realita maya (virtual reality), aroma, rasa, dan sentuhan menjadi misteri yang harus dipecahkan, termasuk juga adalah bagaimana resiko-resiko sosial terhadap pemecahan misteri itu.

Melihat perkembangan telematika saat ini, maka kita sesungguhnya membutuhkan platform media. Menurut Sayling Wen (2011) platform media masa depan adalah:

a. Jaringan nirkabel ber-bandwith lebar b. Komputer notebook multimedia

c. Komputer jaringan nirkabel multimedia genggam

Penggunaan jaringan berkabel memiliki keterbatasan gerak yang luar biasa, karena itu untuk mendukung aktivitas masyarakat yang dinamis, maka platform media di masa depan adalah nirkabel yang ber-bandwith lebar. Saai ini teknologi nirkabel sudah dapat diciptakan namun masih sangat masih terbatas seperti infrared. Teknologi ini sangat terbatas densty maupun jaraknya, kemudian disempurnakan dengan Bluetooth. Teknologi bluetooth, cukup menjawab kebutuhan nirkabel namun juga sangat terbatas, dalam waktu dekat

bluetooth sudah digantikan dengan wifi. Teknologi wifi sudah sangat membantu teknologi nirkabel karena density yang memadai dan kendala yang sudah dapat diatasi. Saat ini tempat-tempat umum, seperti mall, café maupun perkantoran umum kita sudah dapat menggunakan wifi untuk mengakses internet tanpa harus menggunakan kabel telepon. Pada saat yang akan datang kita membutuhkan wifi ynag disempurnakan lagi dengan edge, yang konon merupakan teknologi baru yang memiki kelebihan yang lain, masyarakat pun tetap menunggu teknologi-teknologi nirkabel lainnya yang ber-bandwith lebar dan tanpa batas.

Platform teknologi komunikasi masa depan juga membutuhkan computer

notebook multimedia yang berfungsi sebagai terminal media, computer ini

memiliki kemampuan berkoneksi dengan teknologi apa saja, dimana saja, dan kapan saja. Platform teknologi komunikasi juga membutuhkan jaringan nirkabel multimedia genggam. Teknologi ini sudah dapat digunakan dalam bentuk PDA.

Personal Data Access (PDA) atau asisten digital pribadi, dapat menerima

keenam media komunikasi antarpribadi dan media penyimpanan, namun ia lebih kecil dan lebih mudah dibawa-bawa. Selain harganya yang sangat murah, konsumsi energinya yang lebih hemat, ukurannya lebih kecil, dan penggunaanya lebih sederhana. Dengan PDA, kita tidak lagi membutuhkan komputer, telepon, mesin fax, mailbox suara dan email untuk berkomunikasi, karena PDA telah menyediakan semuanya.8[12]

Masyarakat Cyber

A.Cybercommunity

 Community, masyarakat adalah kelompok-kelompok orang yang menempati sebuah wilayah (territorial) tertentu, yang hidup secara relative lama, saling berkomunikasi, memiliki symbol-simbol dan aturan tertentu serta system hukum yang mengontrol tindakan anggota masyarakat, memiliki system stratifikasi, sadar sebagai bagian dari anggota masyarakat tersebut serta relative

dapat menghidupi dirinya sendiri.

 Penemuan dan perkembangan teknologi Informasi dalam skala massal, telah mengubah bentuk masyarakat manusia dari masyarakat dunia local menjadi masyarakat dunia global, sebuah dunia yang sangat transparan terhadap perkembangan informasi, transportasi, serta teknologi yang begitu cepat dan begitu besar mempengaruhi peradaban umat manusia, sehingga dunia juga dijuluki The Big Village, yaitu sebuah desa yang besar yang di mana masyarakatnya saling mengenal dan saling menyapa satu dengan yang lainnya

seperti layaknya kehidupan yang berkembang di desa.

 Masyarakat global itu jjuga merupakan suatu kehidupan yang memungkinkan komunitas manusia menghasilkan budaya-budaya bersama, menghasilkan produk-produk industri bersama, menciptakan pasar bersama, pertahanan militer bersama, mata uang bersama bahkan menciptakan perang dalam skala global

disemua lini.

Secara materi mampu mengembangkan ruang gerak kehidupan baru bagi masyarakat sehingga tanpa disadari , komunitas manusia telah hidup dalam dua dunia kehidupan masyarakat , yaitu masyarakat nyata dan masyarakat maya (cybercommnunity)

 Masyarakat nyata adalah kehidupan masyarakat yang secara indrawi dapat dirasakan sebagai sebuah kehidupan nyata, dimana sebuah kehidupan nyata di mana hubungan-hubungan sosial sesama anggota masyarakat di bangun melalui penginderaan (dapat diraba, dilihat, dicium, didengar dan dirasakan, oleh panca indera)

Masyarakat maya, adalah sebuah kehidupan masyarakat manusia yang tidak dapat secara langsung di indera melalui penginderaan manusia, namun dapat

dirasakan an disaksikan sebagai sebuah realitas.

Kemajuan teknologi informasi inilah yang telah mengubah dunia maya yang terdiri dari berbagai macam gelombang magnetic dan gelombang radio, serta sifat kematerian yang belum di temukan manusia, sebagai sebuah ruang kehidupan baru yang sangat prospektif bagi aktivitas manusia yang memiliki

nilai efisiensi yang sangat tinggi.

Awalnya Masyarakat maya adalah sebuah fantasi manusia. Fantasi tersebut adalah sebuah hiper-realitas manusia tentang nilai,citra,dan makna kehidupan manusia sebagai lambang dari pembebasan manusia terhadap kekuasaan materi

dan alam semesta.

 Sebagai ciptaan manusia, maka masyarakat maya menggunakan seluruh metode kehidupan masyarakat nyata sebagai model yang dikembangkan di dalam segi-segi kehidupan maya. Seperti membangun interaksi sosial dan kehidupan kelompok, membangun stratifikasi sosial, membangun kebudayaan, membangun pranata sosial, membangun kekuasaan, wewenang dan

kepemimpinan membangun system kejahatan juga control sosial.

 Masyarakat maya membangun dirinya dengan sepenuhnya mengandalkan interaksi sosial dan proses sosial dalam kehidupan kelompok (jaringan) intra

dan antar sesama anggota masyarakat maya.

Proses sosial dan interaksi sosial dalam masyarakat maya ada yang bersifat sementara dan ada dalam waktu yang relative lama dan menetap. Sifat dan iinteraksi sosial mereka ditentukan oleh kepentingan mereka dalam dunia maya.

Interaksi sosial sementara , terjadi pada anggota masyarakat yang sepintas lalu ingin “jalan-jalan” dan hanya bermain didunia maya melalui browsing dan chatting, atau search misalnya untuk keperluan pencarian data tugas, data umum

dan sebagainya.

antara sesama anggota masyarakat maya lainnya. Pengguna internet yang ini disebut netter yang setiap saat berada dalam dunia maya. Mereka bergaul, menyapa, bercinta, berbisnis, belajar dan bahkan berbuat criminal dalam mayarakat maya, namun mereka tidak menetap di sana karena tidak memiliki

rumah sebgai alamat mereka.

Kebanyakan dari anggota masyarakat menjadi penduduk tetap dalam masyarakat tersebut dengan memiliki alamat dan “rumah” di sana dengan status penyewa atau pemilik. Mereka ini yang memiliki e-mail, website atau bahkan provider. Secara kontinyu memanfaatkan alamat dan rumah mereka untuk berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat guna berbagai kebutuhan.

 Masyarakat maya dibangun melalui interaksi sosial sesame anggota masyarakat maya. Syarat-syarat interaksi sosial dalam masyarakat nyata harus memiliki social contact dan communication. Persyaratan ini juga menjadi substansi utama dalam kehidupan sosial mayarakat maya. Hubungan yang di bangun dalam jaringan-jaringan computer, frekuensi radio, antena atau modem sesungguhnya adalah hubungan-hubungan sosial yang dibangun oleh anggota masyarakat untuk saling berinteraksi sedangkan mesin-mesin itu hanyalah

media yang mereka gunakan.

Salah satu ciri masyarakat adalah menciptakan kebudayan dalam masyarakat maya, kebudayaan yang di kembangkan adalah budaya-budaya pencitraan dan makna yang setiap saat di pertukarkan dalam interaksi simbolis.

 Budaya ini sangat subjektif atau lebih objektif lagi apabila disebut intersubjektif yang sangat didominasi adalah creator dan imajinater yang setiap saat mencurahkan pemikiran mereka dalam tiga hal secara terpisah.

Budaya dalam masyarakat maya tercipta oleh tiga unsur yang sangat utama yaitu,

1. Kelompok yang senantiasa bekerja untuk menciptakan mesin-mesin canggih

dan realistis (Hardware)

2. Kelompok yang setiap saat menggunakan mesin-mesin itu untuk menciptakan karya-karya imajinasi yang menakjubkan dalam dunia hiper-realitas, (Software) 3. Masyarakat yang pada umumnya setiap hari menggunakan mesin-mesin dan

karya-karya imajinasi itu sebagai bagian dari kehidupannya.

Dari tiga hal itu masyarakat maya menciptakan culture universals sebagaimana yang juga dimiliki oleh masyarakat nyata, sebagai berikut ; 1. Peralatan dan perlengkapan hidup masyarakat maya adalah, teknologi informasi yang umumnya dikenal dengan mesin computer dan mesin-mesin (media) elektronika lain yang membantu kerja atau dibantu oleh mesin computer.

2. Mata pencaharian dan system-sistem ekonomi. Masyarakat maya memiliki mata pencaharian yang sangat menonjol dan spesifik dalam bentu menjual jasa dengan system ekonomi subsitusi, Dalam hal ini misalnya penyewaan website,

space untuk iklan, dan sebagainya.

3. Sistem kemasyarakatan yang di kembangkan dalam masyarakat maya, adalah bentuk system kelompok jaringan yang ada dalam masyarakat maya. Untuk itu mereka memiliki system aturan yang diciptakan oleh para pemilik provider, pemilik website, pemilik produk dan jasa yang yang ditawarkan dan sebagainya. Namun system yang dibangun selalu menempatkan pemilik provider atau website sebagai penentu aturan, pemilik control sosial dan sebagainya. 4. Bahasa, bahasa masyarakat maya umumnya adalah bahasa Inggris. Pada perkembangannya komunitas maya kemudian menciptakan system, ikon sendiri untuk berkomunikasi atau untuk berbicara, meskipun bahasa utama tetap saja

bahasa Inggris.

5. Kesenian, karya komunitas maya adalah bagian dari karya seni pada umumnya. Semua karya masyarakat maya menempatkan seni sebagai ukuran pencitraan dan pemaknaan yang ditampilkan kepada public maya itu sendiri. 6. Sistem Pengetahuan, dikembangkan menggunakan proses pemberitahuan dan pembelajaran langsung secara trial dan error. Umumnya para netter atau imajinater menggunakan system pengetahuan secara bergulir kepada sesama

anggota masyarakat maya.

7. Sistem religi (kepercayaan), masyarakat maya adalah waktu dan keyakinan

bahwa setiap misteri dalam dunia maya dapat di pecahkan.

Sesuatu yang menjadi ciri khas dari kebudayaan maya ini adalah sifatnya yang sangat menggantungkan diri pada media. Bahwa kebudayaan itu hanya ada secara nyata dalam media informatika dan beberapa di antaranya telah ditransformasikan ke dalam kognitif manusia, inilah sebenarnya space dunia maya.

Penggunaan internet (dan perangkatnya) sebagai ruang sosial dan budaya di dunia virtual, Bourdieu mengistilahkannya dengan ‘culture capital’. Simbol dari gaya hidup kaum urban yang berinteraksi di ruang maya. Jika mengacu pada pemikiran Galbraith, mungkin fenomena ini yang dialami ‘the affluent society’. Catatan terpenting bahwa, budaya online merupakan kelanjutan dari budaya konsumen digital/virtual. Bentuk-bentuk variatif berkomunikasi semakin tak terelakkan (e-mail, chatting, mailist, facebook, twitter, dan seterusnya). Penggunaan internet sebagai ruang sosial dan budaya di aras virtual mengandalkan terbentuknya korelasi tentang fenomena konsumsi dan gaya hidup virtual, terlebih sejak munculnya komunitas maya. Realitas komunitas maya telah menemukan karakternya yang khas, contohnya komunitas maya

Kaskuser yang sudah mencapai jutaan lebih.

Society’ yang berjudul ‘The Internet and Forms of Human Association’. Ia mengakui konsep “community” atau komunitas sulit ditemukan arti yang sesungguhnya. Namun konsep ini merujuk pada “the communal life of a sixteenth-century village—or to a team of individuals within a modern organization who rarely meet face to face, but who are successfully engaged in online collaborative work.” Slevin membagi dua penggunaan konsep “community” ini, pertama, komunitas dapat dipakai untuk menjelaskan adanya kompleksitas berbagai pertimbangan (pengetahuan/informasi) antara realitas dan ide. Kedua, penggunaan konsep komunitas jauh melebihi dari bentuk baru perkumpulan (asosiasi) manusia (Denis McQuail (ed.), 2002: 148).

Selain dampak dari konsumsi media virtual yang melaju pesat, teknologi media hubungannya dengan konsumsi juga berperan dalam proses produksi budaya massa. Artinya ini lebih dekat pada sebuah industri budaya sebagaimana yang ditunjukkan oleh Adorno dan Horkheimer, bahwa budaya tidak lepas dari dari ekonomi politik dan produksi kebudayaan kapitalis: sebuah paradoks bagi

proyek Pencerahan.

“The culture industry fuses the old and familiar into a new quality. In all its branches, the products which are tailored for consumption by masses, and which to a great extent determine the nature of that consumption, are

manufactured more or less according to plan.”

(Adorno, (J M. Bernstein ed.), 1991: 98)

Konsep budaya pada kerangka teoritik Cultural Studies, Raymond Williams berpendapat kata budaya/kebudayaan digunakan dalam dua pengertian, pertama sebagai keseluruhan cara hidup, dan kedua, untuk menunjuk pada kesenian dan pembelajaran…kebudayaan itu adalah hal-hal yang dialami dalam hidup sehari-hari (Williams, 1989:4). Oleh karena itu, budaya virtual yang diejawantahkan lewat komunitas maya diciptakan dari praktik keseharian (saling berkomunikasi) di antara para pengguna komputer dengan menggunakan teknologi dengan platform internet. Walaupun begitu, internet yang populer di kalangan awam sejak munculnya HTTP sebagai landasan website, baru sekedar untuk mencari berita atau komunikasi melalui e-mail. Namun segera setelah itu, komunitas maya yang terdiri dari pengguna ‘ordinary people’ juga mulai

terbentuk sebagai konsumsi budaya virtual di abad 21.

Pengguna komunitas maya berupa mailing list, newsgroup atau bulletin board, atau versi Indonesia yang paling dikenal adalah Kaskus, di antara semuanya menyediakan ruang dialog, debat, bahkan transaksi jual beli (e-commerse). Sehingga apa yang dikatakan Marshall McLuhan (1964) mengenai ‘global village’ hampir dikatakan benar-benar terwujud sekarang ini. Aktifitas berkumpul sekelompok orang yang disatukan oleh minat atau ketertarikan kemudian menciptakan jalinan komunikasi intrapersonal yang terpisahkan dari ruang-ruang dunia nyata (offline) tapi mampu menciptakan sebuah ruang sosial

baru (so cial spheres).

Kehadiran ruang sosial maya memberikan perspektif baru dalam memahami perkembangan teknologi media. Ruang sosial maya ini berguna untuk mengeksplorasi dan menyalurkan segala informasinya tanpa memperhatikan batasan-batasan ruang dunia nyata. Sebagai bentuk alegori dari kesiapan manusia menuju pemahamannya terhadap realitas kesadaran rasionalnya, Plato mengilustrasikan orang yang dipasung di dalam gua yang menemukan bayang-bayang dan cahaya dan orang-orang yang masih terpasung di dalam gua tidak dapat menyaksikan cahaya atau sinar matahari. Kisah ini sekedar menunjukkan adanya pertukaran realitas untuk membedakan mana dunia real (nyata) dan non-real atau maya. Sehingga para filsuf menyebutnya sebagai bentuk “hierarki realitas”.

Pada batas ini, konsumsi barang-barang elektronik media baru (new media) tidak lagi berkutat soal kebutuhan informasi yang juga dikonsumsi, dengan cara mengumpulkan berbagai informasi dari banyak sumber hanya dalam waktu yang relatif singkat, tetapi proses mengumpulkan informasi (information-gathering) ini disebut McLuhan sebagai proses detribalization of society (McLuhan, 1964: 248).4 Transformasi ruang dan waktu seketika terjadi apalagi itu meluas hingga jutaan orang yang terhubung dalam satu waktu yang sama, “Medium transforms space and time”.

REALITAS MEDIA DAN KONSTRUKSI SOSIAL

Dalam dokumen SOSIOLOGI KOMUNIKASI (MONIQUEEEEEEEEE) (Halaman 94-103)

Dokumen terkait