• Tidak ada hasil yang ditemukan

G. Ruang Lingkup Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

3. Media Pembelajaran

Menurut Briggs dalam Miarso (2007:457), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana untuk memberikan perangsang bagi si belajar supaya proses belajar terjadi. Menurut Rossi dan Breidle dalam Sanjaya (2008:204) media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya.

Menurut Miarso (2007: 458), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja.

Sementara itu, Gagne dan Briggs dalam Arsyad (2005:4), secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran merupakan alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.

Berdasarkan kajian, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang memberikan rangsangan bagi siswa, baik minat maupun perhatian untuk belajar, serta memudahkan siswa memahami isi dari materi yang dipelajari.

Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education

Association/NEA) dalam Sadiman (2005: 7), media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca. Menurut

Djamarah (2006:121), dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Menurut Sadiman (2005: 7), media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Berdasarkan uraian, media adalah alat bantu dalam pengajaran yang dapat menyalurkan pesan kepada penerima sesuai dengan tujuan pengajaran yang akan dicapai. Media ini dapat berupa benda atau alat yang dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran yang sedang di ajarkan.

Menurut Hamalik (2006:202), ada dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam usaha memilih media pengajaran, yakni sebagai berikut.

1. Dengan cara memilih media yang telah tersedia dipasaran yang dapat dibeli guru dan langsung dapat digunakan dalam proses pengajaran. Pendekatan itu sudah tentu membutuhkan banyak biaya untuk

membelinya. Lagi pula belum tentu media itu cocok buat penyampaian bahan pelajaran dan dengan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. 2. Memilih berdasarkan kebutuhan nyata yang telah direncanakan,

khususnya yang berkenaan dengan tujuan yang telah dirumuskan secara khusus dan bahan pelajaran yang hendak disampaikan.

Berdasarkan uraian, ada dua pendekatan yang dilakukan dalam memilih media pengajaran sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Kita bisa mencari media yang sudah ada dan tinggal menggunakannya atau kita bisa membuat sendiri sesuai dengan kehendak dan kemampuan kita. Tetapi perlu diingat bahwa dalam memilih media ini kita perlu memperhatikan tujuan

dan isi materi yang akan disampaikan agar siswa benar-benar mengerti dan memahami materi yang diajarkan.

Sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, media mempunyai beberapa fungsi. Nana sujana dalam Djamarah (2006: 134-135) merumuskan fungsi media pengajaran menjadi enam kategori, sebagai berikut:

1. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

2. Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru. 3. Media pengajaran dalam pengajaran, penggunaannya integral dengan

tujuan dari isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan (pemanfaatannya) media harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.

4. Penggunaan media dalam pelajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekadar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

5. Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.

6. Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi belajar mengajar. Dengan perkataan lain, menggunakan media, hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama diingat siswa, sehingga mempunyai nilai tinggi.

Ketika fungsi-fungsi media pelajaran itu diaplikasikan kedalam proses belajar mengajar, maka terlihatlah peranannya sebagai berikut:

a. Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang guru sampaikan.

b. Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat memperoleh media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa.

c. Media sebagai sumber belajar bagi siswa. Media sebagai bahan konkret berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa, baik individual maupun kelompok. Kekonkretan sifat media itulah akan banyak

Berdasarkan kajian, fungsi media pengajaran merupakan fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk memahami materi pelajaran yang disampaikan. Media juga sebagai alat untuk mewujudkan situasi belajar yang kondusif dan efektif, sehingga dalam penggunaannya harus sesuai dengan tujuan pembelajaran agar materi yang disampaikan benar-benar dapar diserap oleh siswa dengan maksimal.

Menurut Sadiman (2005, 17-18), secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut.

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya: a) obyek yang terlalu besar – bisa digantikan dengan realita,

gambar, film bingkai, film, atau model;

b) obyek yang kecil – dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar;

c) obyek yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography;

d) kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;

e) obyek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan

f) konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.

3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:

a) Menimbulkan kegairahan belajar;

b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.

c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan

lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru

dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:

a) Memberikan perangsang yang sama; b) Mempersamakan pengalaman; c) Menimbulkan persepsi yang sama.

Berdasarkan kajian, kita dapat melihat beberapa kegunaan media pendidikan dalam proses pembelajaran. Dengan bantuan media, dapat memperjelas materi yang disampaikan oleh guru, selain itu dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Media juga dapat meningkatkan partisipasi siswa agar lebih aktif serta memberikan pengalaman dan persepsi yang sama bagi setiap siswa terhadap materi yang dipelajari.

Menurut Kemp &Dayton dalam Arsyad (2005:21-23), mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut:

1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang

berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut.

2. Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan berpikir, yang kesemuanya

menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat.

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan.

4. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk

mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.

5. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana intergasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan

elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik, dan jelas.

6. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.

7. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

8. Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif, beban guru untuk penjelasan berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan atau penasihat siswa.

Berdasarkan kajian, kita menjadi tahu beberapa dampak positif dari penggunaan media dalam proses pembelajaran. Dengan media ini, proses pembelajaran menjadi lebih baku dan menyenangkan, pembelajaran lebih interaktif dan waktu yang dibutuhkan relative lebih singkat sehingga kualitas hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Kehadiran media sangat membantu dalam memahami konsep tertentu, yang tidak atau kurang mampu dijelaskan dengan bahasa. Ketidakmampuan guru menjelaskan sesuatu bahan itulah dapat diwakili oleh peranan media.

Menurut Bafadal (2003:14), media belajar dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut:

1. Media Pandang diproyeksikan, seperti projector opaque, overhead projector, slide, projector filmstrip, sebagai media pandang yang diproyeksikan yang telah dimiliki banyak sekolah.

2. Media Pandang tidak diproyeksikan, seperti gambar diam, grafis, model, dan benda asli. Bagan-bagan yang dapat dijadikan media pengajaran meliputi bagan alur, bagan organisasi, bagan klasifikasi, bagan waktu dan bagan table. Sedangkan grafis-grafis yang dapat

dijadikan media pengajaran misalnya grafik garis, grafik lingkaran, grafik gambar dan grafik batang.

3. Media dengar, sepeti piringan hitam, open reel tape, pita kaset, dan radio.

4. Media pandang dengar, seperti televise dan film.

Berdasarkan kajian, kita dapat melihat beberapa macam media belajar yang dapat dipakai dalam proses pembelajaran. Ada media pandang

diproyeksikan dan tidak diproyeksikan, ada pula media dengar serta media pandang dengar.

Berdasarkan uraian, media pembelajaran adalah perantara yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk menyalurkan materi yang sulit dijelaskan dengan kata-kata sehingga para siswa dapat mudah menangkap isi materi yang disampaikan. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah peneliti lakukan, ada beberapa permasalahan yang dihadapi, seperti

penggunaan media pembelajaran yang kurang bervariatif, dan penggunaan media yang kurang optimal. Media pembelajaran yang dimaksud dalam variabel ini adalah alat peraga yang dipakai guru dalam pelajaran di kelas. Bertolak dari masalah tersebut, peneliti mengangkat media pembelajaran menjadi variabel penelitian.

Dokumen terkait