• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Peralatan Multimedia

Sekurang-kurangnya terdiri dari 1 set komputer (CPU, monitor minimum 15 inci, printer), TV, radio, dan pemutar VCD/DVD.

3 Perlengkapan

3.1 Buku inventaris 1 buah/sekolah 3.2 Tempat sampah 1 buah/ruang 3.3 Soket listrik 1 buah/ruang 3.4 Jam dinding 1 buah/ruang

Sedangkan dalam buku pedoman umum penyelenggaraan perpustakaan sekolah (2000, 36) perabot dan peralatan yang perlu dimiliki perpustakaan sekolah minimal terdiri dari:

1. Rak buku

Disarankan untuk menggunakan rak buku yang standar dan terbuat dari kayu atau baja. Rak-rak tersebut mempunyai ukuran tinggi dan lebar yang sama. Ukuran rak buku untuk perpustakaan sekolah adalah tinggi 185 cm, lebar 126 cm dengan kedalaman 32 cm.

2. Meja dan kursi baca

Ukuran meja baca untuk perpustakaan sekolah menengah atas (SMA) adalah panjang 140 cm, lebar 70 cm, dan tinggi 73 cm. Sedangkan untuk kursi baca dengan ukuran tinggi 89 cm, lebar 40 cm, dan panjang 40 cm.

3. Study carrel

Study carrel adalah perabot berupa meja dan kursi baca bagi pengguna perpustakaan yang ingin melakukan kegiatan membaca ataupun belajar secara perorangan. Ukuran disesuaikan dengan pengguna. 4. Meja petugas perpustakaan

Meja petugas perpustakaan dibuat dengan ukuran standar, biasanya diletakkan di ruang kerja atau tempat-tempat strategis dalam rangka melayani pengunjung.

5. Lemari kartu katalog

Banyaknya laci katalog tergantung dari banyak judul bahan pustaka yang dimuliki perpustakaan. Setiap judul buku biasanya memerlukan 5 s.d 6 kartu katalog berukuran standar. Setiap laci katalog dapat menyimpan 1.000 kartu katalog.

6. Meja sirkulasi

Meja sirkulasi biasanya diatur atau dirancang secara khusus dan berbeda dengan meja kerja.

7. Peralatan lain

a. Peralatan ruang layanan meliputi: rak katalog, rak atlas, rak kamus dan rak koran, laci untuk menyimpan peta, serta rak penitipan atau loker.

b. Peralatan penyimpanan bahan pustaka meliputi: rak majalah, rak pameran, rak surat kabar, filling cabinet, serta tanda-tanda penunjuk pada rak.

c. Peralatan ruang kerja meliputi: kotak-kotak karto penyimpanan, lemari kardex untuk mencatat nomor-nomor majalah yang diterima.

d. Papan pengumuman

e. Meubiler dan perlengkapan untuk ruang pengolahan meliputi: rak buku, meja kerja, lemari, mesin tik/komputer, serta tempat cuci tangan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa perabot dan peralatan yang ada diperpustakaan sekolah harus dirancang sedemikian rupa dengan mempertimbangkan faktor kenyamanan, keamanan, dan keselamatan petugas dan pengguna perpustakaan. Adapun perabot dan peralatan yang dimiliki perpustakaan sekolah antara lain terdiri dari rak untuk buku, majalah, koran, meja dan kursi baca, meja dan kursi kerja, meja sirkulasi, loker penitipan tas, lemari, papan pengumuman, perabot dan peralatan lainnya sesuai dengan kebutuhan petugas dan pengguna perpustakaan.

2.1.11 Anggaran

Anggaran merupakan unsur utama untuk menjalankan perpustakaan. Untuk menunaikan tugas dan fungsinya perpustakaan harus memiliki anggaran yang memadai dan mendayagunakannya secara efektif dan efisien. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan Pasa 83 (f) dinyatakan bahwa “Sekolah menjamin tersedianya anggaran perpustakaan setiap tahun sekurang-kurangnya 5% dari total anggaran sekolah di luar belanja pegawai dan belanja modal untuk pengembangan perpustakaan.”

Menurut Yusuf dan Suhendar (2007, 123) sumber anggaran perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:

1. Anggaran rutin dan anggaran pembangunan, bisa berupa dana dari APBN dan APBD.

2. Hasil dari swadaya sekolah melalui BP3 (persatuan orang tua siswa). Dengan adanya swadaya tersebut, diharapkan keberadaan perpustakaan sekolah akan lebih dinamis pengelolaannya.

3. Donatur tetap maupun donatur tidak tetap, dari bantuan para pengusaha setempat, lembaga-lembaga resmi, dari pemuka masyarakat, dari iuran keanggotaan perpustakaan, dan lainnya.

4. Dari sumber lain seperti pungutan sukarela, iuran tetap anggota, atau pencarian dana dengan cara lain yang sah.

Setiap perpustakaan harus membuat rencana anggaran dan mengajukannya kepada lembaga induknya atau lembaga lain yang berkewajiban memberi anggaran kepada perpustakaan. Dalam pedoman perpustakaan sekolah IFLA/UNESCO (2006, 9) dinyatakan bahwa komponen rencana anggaran mencakup:

1. Biaya pengadaan bahan pustaka (misalnya, buku, terbitan berkala atau majalah), biaya promosi (misalnya, poster);

2. Biaya pengadaan alat tulis kantor (atk) dan keperluan administrasi; 3. Biaya berbagai aktivitas pameran dan promosi;

4. Biaya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, termasuk biaya perangkat lunak dan lisensi.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa penggunaan anggaran perpustakaan sekolah perlu direncanakan secara cermat untuk keperluan setahun, sehingga semua dana dapat dimanfaatkatkan dan didayagunakan secara efektif dan efisien. Laporan tahunan perpustakaan sekolah diharapkan dapat memberikan gambaran penggunaan anggaran dan memberikan kejelasan apakah jumlah anggaran yang digunakan perpustakaan telah mencukupi untuk tugas perpustakaan serta mencapai sasaran kebijakan.

2.1.12 Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Perpustakaan sebagai lembaga yang berperan dalam pengumpulan, pengolahan, dan penyebaran informasi dituntut untuk lebih aktif, dinamis, cepat, tepat, dan sistematis dalam segala hal, baik dalam pelayanan maupun penyediaan sumber informasi. Oleh karena itu, peranan teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan sangat diperlukan. Menurut Sulistyo-Basuki (2013) “Teknologi

informasi dan komunikasi adalah mencakup semua aspek manajemen dan pengolahan informasi berbantuan komputer termasuk perangkat keras dan perangkat lunak untuk mengakses informasi.”

Selanjutnya menurut Sulistyo-Basuki (2013) penerapan teknologi informasi di perpustakaan dapat difungsikan dalam berbagai bentuk, antara lain:

1. Automasi perpustakaan adalah penerapan teknologi informasi sebagai Sistem Informasi Manajemen Perpustakaan. Bidang pekerjaan yang dapat diintegrasikan dengan sistem informasi perpustakaan meliputi pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, pengadaan, penelusuran literatur, statistik, pengawasan serial, sirkulasi, pinjam antarperpustakaan dan penghantaran dokumen.

2. Perpustakaan digital, yaitu penerapan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan dan menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam format digital. Perpustakaan digital didefinisikan sebagai perpustakaan yang memiliki koleksi digital yang tersedia dalam bentuk terbacakan mesin (bukannya tercetak atau bentuk mikro), dapat diakes melalui komputer dari jarak jauh. Ada pun koleksi digitalnya dapat di akses secara lokal atau jarak jauh berbantuan jaringan komputer.

Adapun manfaat dari penerapan teknologi informasi di perpustakaan menurut Supriyanto dan Muhsin (2008, 23) adalah:

1. Mengefisienkan dan mempermudah pekerjaan dalam perpustakaan; 2. Memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna;

3. Meningkatkan citra perpustakaan dan kinerja suatu perpustakaan; 4. Pengembangan infrastruktur nasional, regional, dan global.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa penerapan teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan dapat difungsikan dalam 2 bentuk, yaitu, automasi perpustakaan dan perpustakaan digital. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kepada pengguna dan meningkatkan kinerja perpustakaan.

2.1.13 Kerjasama Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan tidak dapat berdiri sendiri karena tidak satupun perpustakaan mampu memenuhi kebutuhan informasi penggunanya. Untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna, maka perpustakaan perlu melakukan kerjasama dengan perpustakaan atau badan lainnya. Kerjasama dapat dilakukan karena adanya kesamaan dalam hal visi, misi, dan tujuan yang akan dicapai.

Menurut Purwono (2010, 1.4) “Kerjasama perpustakaan dapat diartikan sebagai kegiatan beberapa perpustakaan secara bersama melaksanakan suatu usaha mencapai tujuan yang sama atau saling membantu dalam melaksanakan tugasnya”.

Sedangkan dalam buku pedoman umum penyelenggaraan perpustakaan sekolah (2000, 31) dinyatakan bahwa:

Kerjasama perpustakaan sekolah merupakan suatu usaha bersama yang dilakukan oleh perpustakaan sekolah, baik dengan perpustakaan sekolah lain, perpustakaan umum, maupun dengan perpustakaan atau badan lainnya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Kerjasama perpustakaan sekolah dapat dilakukan dalam lingkungan sekolah dan dengan perpustakaan atau lembaga lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Dalam pedoman perpustakaan sekolah IFLA/UNESCO (2006, 18) dinyatakan bahwa kerjasama perpustakaan sekolah dapat dilakukan dalam bentuk sebagai berikut:

1. Kerjasama dan pemanfaatan bersama dengan perpustakaan umum Cakupan kerjasama terdiri dari: pelatihan bersama ketenagaan, kerjasama pengembangan koleksi, kerjasama program kegiatan, koordinasi jasa perpustakaan dan jejaring elektronik, kerjasama dalam pengembangan peralatan belajar dan pendidikan pemakai perpustakaan, kunjungan kelas ke perpustakaan umum, membaca

bersama dan promosi literasi, serta pemasaran bersama jasa perpustakaan kepada anak-anak dan remaja.

2. Kerjasama di tingkat sekolah

Berbagai program dan kegiatan di sekolah harus didesain melalui kerjasama dengan:

a. Kepala sekolah/guru kepala

Kepala sekolah hendaknya bekerja erat dengan perpustakaan dalam rencana pengembangan, terutama dalam bidang program literasi informasi dan promosi membaca. Kepala sekolah hendaknya juga memastikan adanya kerjasama antara guru dan tenaga perpustakaan. Kepala sekolah harus memastikan bahwa pustakawan sekolah ikut serta dalam kegiatan pengajaran, perencanaan kurikulum, pengembangan tenaga berlanjut, evaluasi program dan asesmen pembelajaran murid.

b. Kepala unit kerja

Semua kepala unit kerja di sekolah hendaknya bekerja sama dengan perpustakaan agar semua sumber informasi dan jasa perpustakaan mencakup kebutuhan khusus bidang subjek dari unit kerja.

c. Guru

Guru dapat bekerja sama dengan perpustakaan dalam bentuk: (1) literasi informasi dengan mengembangkan semangat bertanya dari murid dan mendidik mereka menjadi pengguna informasi yang kreatif dan kritis, (2) kerja dan tugas proyek, (3) memotivasi membaca pada semua tingkat/kelas, baik perorangan maupun kelompok.

d. Murid

Murid dapat menggunakan perpustakaan untuk berbagai keperluan. Penggunaan perpustakaan harus dirasakan sebagai lingkungan pembelajaran yang tidak menakutkan, bebas, terbuka tempat murid dapat mengerjakan semua tugas, baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok.

e. Kerjasama dengan orang tua murid

Orang tua dapat berpartisipasi dalam program promosi membaca, dengan menjadi motivator di rumah dalam kegiatan membaca. Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa kerjasama perpustakaan sekolah adalah usaha bersama yang dilakukan perpustakaan, baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Kerjasama perpustakaan sekolah dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama dan pemanfaatan bersama dengan perpustakaan umum,

kerjasama dengan kepala sekolah, kepala unit kerja di lingkungan sekolah, guru, murid, dan kerjasama dengan orang tua murid.

2.2 Standar Nasional Perpustakaan

Standar merupakan patokan atau ukuran yang dapat digunakan dalam pengelolaan perpustakaan untuk menjamin kualitas perpustakaan dan layanan perpustakaan. Standar juga memungkinkan adanya keseragaman pengelolaan perpustakaan. Dalam International Organization for Standardization (ISO 2004) yang dikutip oleh Haryono (2012, 5) dinyatakan bahwa:

Standar adalah dokumen yang memuat aturan, pedoman, atau karakteristik kegiatan atau hasil, disusun berdasarkan konsensus dan ditetapkan oleh lembaga yang berwewenang, untuk penggunaan umum dan berulang, dengan tujuan mencapai tingkat keteraturan yang optimum dalam konteks tertentu.

Sedangkan menurut Sudarsono (2009, 246):

Standar perpustakaan adalah ketentuan baku untuk penyelenggaraan perpustakaan yang disusun berdasarkan konsensus para pemangku kepentingan dengan mempertimbangkan semua aspek penyusunan, dan disetujui oleh otoritas yang berwenang. Standar untuk perpustakaan dapat berupa pedoman atau model sebagai alat ukur suatu jasa, peraturan yang harus dilaksanakan secara konsisten, dan berupa spesifikasi atau standar teknis.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan dinyatakan bahwa: Standar Nasional Perpustakaan (SNP) adalah kriteria minimal yang digunakan sebagai acuan penyelenggaraan, pengelolaan, dan pengembangan perpustakaan di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa standar nasional perpustakaan adalah ketentuan, aturan, atau kriteria minimal yang harus terpenuhi dalam penyelenggaraan, pengelolaan, dan pengembangkan perpustakaan guna

meningkatkan kualitas perpustakaan dan pelayanan perpustakaan. Dengan adanya standar nasional perpustakaan sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas perpustakaan dan pelayanan perpustakaan, perpustakaan sekolah dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan lebih baik, dan tercapainya tujuan penyelenggaraan perpustakaan.

Dokumen terkait