• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengelolaan Perpustakaan SMA Negeri 2 Payakumbuh Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7329: 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengelolaan Perpustakaan SMA Negeri 2 Payakumbuh Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7329: 2009"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan dilingkungan sekolah yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekolah, baik siswa,

guru, maupun staf admintrasi sekolah. Berikut beberapa definisi tentang perpustakaan sekolah.

Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang dikelola serta terdapat di

lingkungan sekolah mulai dari jenjang pendidikan prasekolah, pendidikan dasar dan pendidikan menengah dengan tujuan membantu sekolah mencapai tujuannya

(Hasugian 2009, 78). Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 7329: 2009 tentang Standar Nasional Perpustakaan Sekolah dinyatakan bahwa:

Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada pada satuan pendidikan formal di lingkungan pendidikan dasar dan menengah yang merupakan bagian integral dari kegiatan sekolah yang bersangkutan, dan merupakan pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan.

Menurut Siregar (2004, 9):

Perpustakaan sekolah merupakan fasilitas pendukung proses pengajaran dan pembelajaran melalui penyediaan bahan pustaka dan pelayanan yang sesuai dengan kurikulum, sehingga siswa dapat mengembangan krativitas dan imajinasi mereka.

Berdasarkan ketiga definisi di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan sekolah merupakan sarana penunjang pendidikan yang diselenggarakan dan

(2)

2.1.1 Tujuan Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

informasi seluruh masyarakat sekolah terutama siswa. Selain itu, perpustakaan sekolah bertujuan untuk menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan

minat baca, bakat dan kecerdasan peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan dalam rangka mendukung tujuan pendidikan nasional.

Menurut Hermawan (2006, 37) tujuan perpustakaan sekolah adalah

sebagai berikut:

1. Tujuan umum

Perpustakaan sekolah diselenggarakan sebagai suatu perangkat kelengkapan pendidikan untuk bersama-sama dengan kelengkapan-kelengkapan yang lain guna meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas Pembangunan Nasional yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945.

2. Tujuan khusus

Perpustakaan sekolah diselenggarakan untuk:

a. Mengembangkan minat, kemampuan, dan kebiasaan membaca, khususnya mendayagunkan budaya tutisan dalam segala sektor kehidupan.

b. Mengembangkan kemampuan mencari dan mengolah serta memanfaatkan informasi.

c. Mendidik siswa agar dapat memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara tepat dan berhasil guna.

d. Meletakkan dasar-dasar kearah belajar mandiri. e. Memupuk minat dan bakat.

f. Menumbuhkan apresiasi terhadap pengalaman imajinatif.

g. Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan atas tanggung jawab dan usaha sendiri.

Adapun tujuan perpustakaan sekolah menurut Darmono (2007, 21) adalah: 1. Mendukung dan memperluas sasaran pendidikan sebagaimana

(3)

2. Mengembangkan dan mempertahankan kelanjutan dalam kebiasan dan keceriaan membaca dan belajar, serta menggunakan perpustakaan sepanjang hayat mereka.

3. Memberikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman dalam menciptakan dan menggunakan informasi untuk pengetahuan, pemahaman, daya pikir dan keceriaan.

4. Mendukung semua siswa dalam pembelajaran dan praktek keterampilan mengevaluasi dan menggunakan informasi, tanpa memandang bentuk, format atau media, termasuk kepekaan modus berkomunikasi di komunitas.

5. Menyediakan akses ke sumber daya lokal, regional, nasional, global dan kesempatan pembelajar menyingkap ide, pengalaman dan opini yang beraneka ragam.

6. Mengorganisasikan aktivitas yang mendorong kesadaran serta kepekaan budaya dan sosial.

7. Bekerja dengan siswa, guru, administrator dan orang tua untuk mencapai misi sekolah.

8. Menyatakan bahwa konsep kebebasan intelektual dan akses informasi merupakan hal penting bagi terciptanya warga negara yang bertanggung jawab dan efektif, serta berpartisipsi di alam demokrasi. 9. Promosi membaca dan sumber daya serta jasa perpustakaan sekolah

kepada seluruh komunitas sekolah dan masyarakat luas.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan utama

penyelenggaraan perpustakaan sekolah adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan bersama-sama dengan unsur-unsur sekolah lainnya. Selain itu, perpustakaan sekolah juga bertujuan untuk membantu menumbuhkan minat dan

mengembangkan bakat siswa serta memantapkan strategi belajar mengajar. Dengan adanya perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu siswa dan guru

untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah sebagai sarana penunjang kegiatan belajar mengajar

memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran disekolah. Untuk dapat mencapai tujuan yang telah

(4)

baik. Menurut Hermawan yang dikutip oleh Ariani (2013, 278) perpustakaan sekolah memiliki berbagai fungsi yaitu:

1. Fungsi pendidikan

Perpustakaan merupakan sarana kegiatan belajar mengajar untuk membantu siswa dalam memperjelas pengetahuan tentang pelajaran yang diperolehnya di dalam kelas. Perpustakaan menyediakan koleksi bahan pustaka berdasarkan kurikulum yang diterapkan, alat-alat peraga dan sarana lainnya yang diharapkan mampu membantu mengembangkan daya pikir pengguna.

2. Fungsi informasi

Perpustakaan membantu pengguna dalam menemukan sumber informasi yang dapat memperkaya pengetahuan siswa dan menunjang proses pembelajaran. Selain menyediakan koleksi pustaka yang berupa buku-buku perpustakaan sekolah juga menyediakan koleksi non buku seperti majalah,surat kabar, peta, CD, kaset, video tape recorder dan lain sebagainya.

3. Fungsi penelitian

Perpustakaan membantu siswa dalam pelaksanaan penelitian yang sifatnya sederhana. Adanya koleksi bahan pustaka yang banyak dan lengkap dapat membantu pengguna seperti siswa atau guru melakukan penelitian dengan mengumpulkan data atau keterangan-keterangan yang diperlukan dengan membaca buku-buku yang telah disediakan di perpustakaan sekolah.

4. Fungsi rekreasi

Perpustakaan merupakan sarana yang menyediakan koleksi bahan pustaka yang mengandung unsur hiburan yang sehat dan bermanfaat. Fungsi rekreasi antara lain:

1) Menciptakan kehidupan yang seimbang antara jasmani dan rohani.

2) Mengembangkan minat rekreasi pengguna melalui berbagai bacaan dan pemanfaatan waktu senggang.

3) Menunjang berbagai kegiatan kreatif serta hiburan yang positif. 5. Fungsi kebudayaan

Perpustakaan merupakan tempat melestarikan kebudayaan, baik budaya lokal maupun nasional. Fungsi kebudayaan yaitu:

a. Meningkatkan mutu kehidupan dengan memanfaatkan berbagai informasi sebagai rekaman budaya bangsa untuk meningkatkan taraf hidup dan mutu kehidupan manusia baik secara individu maupun secara kelompok.

b. Membangkitkan minat terhadap kesenian dan keindahan, yang merupakan salah satu kebutuhan manusia terhadap cita rasa seni. c. Mendorong tumbuhnya kreativitas dalam berkesenian.

(5)

e. Menumbuhkan budaya baca di kalangan pengguna sebagai bekal penguasaan teknologi.

6. Fungsi kreativitas

Perpustakaan membantu siswa mengembangkan kegemaran dan hobi. Untuk menunjang hal tersebut diperlukan buku-buku yang dapat meningkatkan daya kreasi siswa seperti menyedikan koleksi bahan pustaka tentang motivasi, teknologi, otomotif dan lain sebagainya. 7. Fungsi dokumentasi

Perpustakaan menjadi pusat dokumetasi sekolah dari berbagai kegiatan yang pernah dilakukan sekolah, baik siswa maupun guru.

Dalam buku pedoman umum penyelenggaraan perpustakaan sekolah (2000, 5) perpustakaan sekolah sebagai perangkat pendidikan berfungsi sebagai:

1. Pusat kegiatan belajar mengajar

Perpustakaan sekolah menyediakan koleksi bahan pustaka untuk mendukung proses belajar mengajar.

2. Pusat penelitian sederhana

Perpustakaan sekolah menyediakan koleksi bahan pustaka yang bermanfaat untuk melaksanakaan penelitian sederhana bagi peserta didik.

3. Pusat membaca guna menambah ilmu pengetahuan dan rekreasi Perpustakaan sekolah menyediakan koleksi bahan pustaka yang bermanfaat untuk menambah wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan serta rekreasi intelektual bagi peserta didik dan tenaga pendidikan.

Berdasarkan uraian fungsi perpustakaan tersebut dapat dipahami bahwa perpustakaan sekolah sebagai salah satu unsur penunjang penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran disekolah berfungsi sebagai pusat pendidikan,

informasi, penelitian sederhana, tempat rekreasi, tempat melestarikan khasanah budaya bangsa dan mengembangkan kreativitas, serta sebagai pusat dokumentasi.

2.1.3 Tugas Perpustakaan Sekolah

Secara umum perpustakaan memiliki tugas yang sama yaitu mengumpulkan, mengorganisasikan, dan mendayagunakan, serta

(6)

(2006, 40) “Tugas pokok perpustakaan sekolah adalah menunjang proses

pendidikan dengan menyediakan bahan-bahan bacaan yang sesuai dengan kurikulum sekolah dan ilmu pengetahuan tambahan yang lain.”

Lasa Hs (2013, 8) menyatakan bahwa tugas perpustakaan sekolah

mencakup:

1. Mengembangkan koleksi perpustakaan; 2. Mengorganisasikan bahan perpustakaan; 3. Mendayagunakan koleksi perpustakaan; 4. Menyelenggarakan pendidikan pengguna; 5. Melakukan perawatan koleksi;

6. Menunjang terselenggaranya proses pembelajaran di sekolah;

7. Mendayagunakan hasil karya tulis peserta didik, pendidik, dan tenaga pendidikan;

8. Menyediakan jasa perpustakaan dan informasi; 9. Melaksanakan kegiatan literasi informasi; 10. Melakukan kerjasama perpustakaan; 11. Melakukan promosi perpustakaan.

Sedangkan menurut Yusuf dan Suhendar (2007, 7) tugas perpustakaan

sekolah terdiri dari 3 tugas inti yaitu:

1. Menghimpun atau mengumpulkan, mendayagunakan, memelihara, dan membina secara terus-menerus koleksi atau bahan pustaka dalam bentuk apa saja.

2. Mengolah sumber informasi dengan menggunakan sistem dan tata cara tertentu, sejak bahan pustaka diterima perpustakaan sampai siap untuk dilayankan. Kegiatan ini antara lain meliputi inventarisasi, klasifikasi, katalogisasi, dan lainnya.

3. Menyebarluaskan sumber informasi atau bahan pustaka kepada pengguna perpustakaan sesuai dengan kepentingannya yang berbeda-beda. Kegiatan ini antara lain meliputi pelayanan referensi, pelayanan peminjaman, pelayanan promosi, dan lainnya.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa tugas perpustakaan sekolah

(7)

menyediakan jasa layanan perpustakaan bagi seluruh pengguna perpustakaan sekolah agar proses pendidikaan dapat berlangsung lancar dan berhasil baik.

2.1.4 Koleksi Perpustakaan Sekolah

Koleksi menjadi salah satu elemen penting dalam eksistensi suatu

perpustakaan. Tanpa keberadaan koleksi perpustakaan tidak akan mampu memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Untuk perpustakaan sekolah koleksi yang disediakan pada umumnya berhubungan dengan mata pelajaran yang

diajarkan disekolah bersangkutan.

Secara garis besar koleksi perpustakaan dapat dibedakan dalam dua

bentuk, yaitu koleksi tercetak dan koleksi non cetak. Koleksi tercetak diantaranya terdiri dari buku, terbitan berseri, peta, brosur, gambar, pamflet dan booklet. Sedangkan koleksi non cetak terdiri dari film, Compact Disk (CD), mikrofis,

mikrofilm, kaset dan koleksi digital lainnya.

Menurut Yusuf dan Suhendar (2007, 10) jenis koleksi yang diperlukan

untuk suatu perpustakaan dikelompokkan dalam 3 jenis yaitu: 1. Koleksi buku:

a. Buku-buku nonfiksi terdiri dari buku teks atau buku pelajaran, buku teks pelengkap, buku penunjang, buku referensi atau rujukan;

b. Buku-buku fiksi dan komik (buku cerita bergambar); 2. Koleksi bukan buku:

a. Terbitan berkala (majalah dan surat kabar); b. Pamflet;

c. Brosur;

d. Guntingan surat kabar; gambar atau lukisan; e. Globe;

(8)

Sedangkan dalam buku pedoman umum penyelenggaraan perpustakaan sekolah (2000, 14), jenis koleksi perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:

1. Buku pelajaran pokok; 2. Buku pelajaran pelengkap; 3. Buku bacaan;

4. Buku sumber/rujukan/referensi; 5. Terbitan berkala;

6. Pamfle atau brosur; 7. Media pendidikan; 8. Alat peraga; 9. Kliping.

Koleksi perpustakaan sekolah harus selalu dikembangkan untuk menambah atau meningkatkan jumlah, jenis, dan mutu koleksi perpustakaan.

Jumlah koleksi yang banyak, lengkap dan merupakan terbitan terbaru merupakan daya tarik bagi pengguna perpustakaan. Menurut Darmono (2001, 45) “Pengembangan koleksi perpustakaan mencakup semua kegiatan untuk

memperluas koleksi yang ada di perpustakaan, terutama untuk kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan dan evaluasi bahan pustaka.”

Selanjutnya Darmono (2001, 49) menyatakan bahwa pengembangan koleksi perlu merujuk pada prinsip-prinsip pengembangan koleksi sebagai

berikut:

1. Relevansi

Artinya pemilihan dan pengadaan koleksi terkait dengan program pendidikan yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada.berorientasi pada pemakai. Dengan demikian kepentingan pengguna menjadi acuan dalam pemilihan dan pengadaan bahan pustaka.

2. Kelengkapan

Koleksi perpustakaan diusahakan tidak hanya terdiri dari buku teks yang langsung dipakai untuk mata pelajaran tetapi juga menyangkut bidang ilmu lain yang berkaitan dengan program dalam kurikulum sekolah.

(9)

Kemutakhiran sumber informasi harus diupayakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kemutakhiran bahan pustaka dapat dilihan dari tahun terbit. Jika bahan pustaka diterbitkan pada tahun terakhir, maka dilihat dari kemutakhiran dapat dikatakan mutakhir 4. Kerjasama

Unsur-unsur yang terkait dengan pengembangan koleksi harus ada kerjasama yang baik dan harmonis sehingga pelaksanaan kegiatan pembinaan koleksi berjalan efektif dan efisien. Kerjasama ini melibatkan semua komponem seperti kepala sekolah, kepala perpustakaan, pustakawan dan guru, serta pihak yang mengadakan pembelian.

Sehubungan dengan jumlah koleksi perpustakaan sekolah menurut Yusuf dan Suhendar (2007, 24) pengembangan koleksi didasarkan pada ketentuan

berikut:

a. Koleksi dasar: setiap perpustakaan sekolah memiliki koleksi dasar dengan perbandingan 10 judul buku untuk seorang murid. Koleksi ini diharapkan dapat disusun dalam waktu 5 tahun. Koleksi dasark ini merupakan 50% dari jumlah koleksi minimun yang seharusnya dicapai oleh perpustakaan sekolah dalam waktu 5 tahun.

b. Koleksi tambahan: setelah tercapai jumlah koleksi dasar, untuk pemeliharaan selanjutnya dan untuk penggantian rutin, diperlukan penambahan sekurang-kurangnya 10% dari jumlah koleksi yang ada. Disamping itu masih diperlukan penambahan koleksi seperlunya sekitar 10% guna mencapai jumlah koleksi minimun yang ditargetkan. Sesudah tahun ke-10 penambahan koleksi hanya untuk pemeliharaan dan pergantian.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa koleksi perpustakaan

merupakan kumpulan informasi terpilih berdasarkan kebutuhan pengguna. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan sekolah tidak hanya

menyediakan koleksi dalam bentuk bahan pustaka tercetak, seperti buku, terbitan berkala, pamflet, brosur, kliping, dan globe. Tetapi juga dalam bentuk koleksi non cetak atau audiovisual seperti film, slide, kaset video, CD pembelajaran, dan

(10)

sekolah menjadi faktor penentu apakah perpustakaan akan diakses oleh banyak pengguna atau tidak. Oleh karena itu, pengembangan koleksi perpustakaan

sekolah harus sesuai dengan kebutuhan pengguna dengan memperhatikan standar dan ketentuan yang berlaku, serta didasarkan pada prinsip relevansi, kelengkapan,

kemutakhiran, dan kerjasama berbagai pihak.

2.1.5 Pengolahan Bahan Pustaka

Perpustakaan memiliki jenis koleksi yang beragam, sehingga perlu

dikelola agar memudahkan pengguna perpustakaan untuk mengakses dan mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Menurut Yusuf dan Suhendar (2007, 33) “Pengolahan bahan pustaka merupakan kegiatan yang dimulai dari

pemeriksaan bahan pustaka yang baru datang sampai kepada bahan pustaka tersebut disusun di rak guna dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan.”

Adapun jenis kegiatan pengolahan bahan pustaka dalam buku pedoman umum penyelenggaraan perpustakaan sekolah (2000, 20) meliputi:

1. Inventarisasi; 2. Katalogisasi;

3. Klasifikasi;

4. Penyelesaian fisik bahan pustaka; 5. Pengaturan koleksi.

1. Inventarisasi

Inventarisasi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan pertama kali

(11)

pemeriksaan atau pengecekan koleksi, memberi stempel, dan pendaftaran setiap bahan pustaka ke dalam buku induk dan diberi nomor induk.”

Menurut Suhendar (2014, 92) inventarisasi merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi:

a. Pengecekkan atau pemeriksaan buku

Pemeriksaan atau pengecekkan buku dilakukan untuk mengetahui apakan jumlah eksemplar buku yang diterima sesuai dengan jumlah eksemplar buku yang dibeli atau dipesan, serta apakah jumlah halaman buku lengkap.

b. Pemberian cap dan stempel buku

Stempel yang disediakan biasanya terdiri dari dua jenis, yaitu stempel identitas dan stempel inventaris. Tujuan pemberian cap atau stempel adalah untuk memberikan identitas terhadap setiap buku sebagai tanda bahwa buku tersebut milik perpustakaan.

c. Pendaftaran buku kedalam buku inventaris

Buku inventaris adalah buku yang berisi data seluruh bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan. Tujuan pembuatan buku inventaris adalah untuk mengetahui jumlah bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan secara keseluruhan atau dalam tahun tertentu. Data yang didaftarkan pada buku induk meliputi: nama pengarang, judul buku, tanggal diterima, edisi, nama penerbit, tempat dan tahun terbit, sumber, keterangan lain yang dianggap perlu, seperti harga dan jumlah eksemplar.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa inventarisasi adalah kegiatan pengolahan bahan pustaka yang terdiri dari pemerikasaan atau

pengecekkan bahan pustaka, pemberian cap dan stempel, serta pendaftaran kedalam buku induk atau buku inventaris. Adapun tujuan inventarisasi adalah

untuk untuk mengetahui jumlah bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan secara keseluruhan atau dalam tahun tertentu.

2. Katalogisasi

(12)

Katalogisasi akan menghasilkan katalog yang berisi keterangan tentang deskripsi fisik bahan pustaka. Menurut Hasugian (2007, 151) katalog terdiri dari berbagai

bentuk fisik antara lain:

a. Katalog buku, ialah katalog cetak berbentuk buku yang berisi beberapa uraian katalog.

b. Katalog kartu adalah bentuk katalog perpustakaan yang semua deskrisi bibliografinya dicatat pada kartu berukuran 12,5 x 7,5 cm. Katalog kartu disusun secara alfabetis pada laci katalog.

c. Katalog mikro.

d. Katalog komputer terpasang sering disebut dengan Online Public Acces Cataloging (OPAC), yaitu sistem katalog terpasang yang dapat diakses secara umum, dan digunakan pengguna perpustakaan untuk menelusuri koleksi suatu perpustakaan.

Adapun tujuan pengatalogan dikemukakan oleh pustakawan C.A Cutter yang dikutip oleh dan Suhendar (2007, 2) adalah sebagai berikut:

a. Memberikan kemudahan kepada pengguna untuk menemukan bahan pustaka yang telah diketahui pengarangnya, judul, subjeknya secara cepat, tepat, dan akurat.

b. Menunjukkan bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan oleh pengarang tertentu berdasarkan subjek tertentu, atau subjek-subjek yang berhubungan dan jenis atau bentuk literatur tertentu. c. Membantu dalam pemilihan bahan pustaka berdasarkan isi dan

karakter.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa katalogisasi adalah proses

pembuatan katalog yang memuat keterangan tentang deskripsi fisik bahan pustaka baik dalam bentuk katalog buku, katalog kartu, katalog mikro, maupun dalam bentuk katalog komputer terpasang (OPAC). Katalog digunakan sebagai sarana

temubalik informasi. 3. Klasifikasi

(13)

“Klasifikasi didefinisikan sebagai penyusunan sistematis terhadap buku dan bahan

pustaka lain atau katalog atau entri indeks berdasarkan subjek, dalam cara yang paling berguna bagi mereka yang membaca atau mencari informasi.” Klasifikasi

berguna untuk memudahkan pengguna dalam mencari dan menemukan bahan

pustaka yang mereka butuhkan, serta memudahkan petugas perpustakaan dalam penataan dan penyimpanan bahan pustaka.

Suwarno (2010, 118 ) membedakan klasifikasi dalam dua jenis yaitu:

a. Klasifikasi artifisial, yaitu klasifikasi berdasarkan sifat-sifat yang secara kebetulan ada pada bahan pustaka tersebut. Misalnya, klasifikasi bahan pustaka berdasarkan warna buku dan tinggi buku. Klasifikasi artifial biasanya hanya digunakan untuk buku-buku tertentu seperti skripsi suatu jurusan yang ditentukan warna, sehingga pengelompokkan dominan berdasarkan warna.

b. Klasifikasi fundamental, yaitu klasifikasi berdasarkan isi atau subjek buku. Sehingga buku yang sama isi atau subjeknya akan terletak berdekatan dan memudahkan dalam melakukan penelusuran.

Sistem klasifikasi yang pada umumnya digunakan di perpustakaan sekolah adalah sistem Dewey Decimal Classification (DDC). Sistem DDC

mengelompokkan seluruh ilmu pengetahuan dalam 10 kelas utama berdasarkan subjek, yaitu:

000 – Karya Umum

100 – Filsafat dan Psikologi 200 – Agama

300 – Ilmu-Ilmu Sosial 400 – Bahasa

500 – Ilmu-Ilmu Murni

(14)

700 – Kesenian, Hiburan dan Olahraga 800 – Kesusastraan

900 – Geografi dan Sejarah

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa klasifikasi adalah proses

menentukan subjek bahan pustaka dan menentukan nomor klasifikasi berdasarkan sistem klasifikasi yang digunakan di perpustakaan. Bahan pustaka dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat yang secara kebetulan ada pada bahan

pustaka tersebut, dan berdasarkan isi atau subjek buku. 4. Penyelesaian fisik bahan pustaka

Penyelesaian fisik bahan pustaka adalah pembuatan dan pemasangan kelengkapan fisik bahan pustaka seperti kartu buku, kantong buku, slip tanggal kembali, dan label buku (nomor panggil).

5. Pengaturan koleksi

Penempatan koleksi perpustakaan sekolah diatur sedemikian rupa agar

pengguna mudah mencari dan menemukan informasi yang mereka butuhkan. Penempatan koleksi pada rak dilakukan berdasarkan sistem klasifikasi yang

digunakan di perpustakaan bersangkutan.

2.1.6 Perawatan Bahan Pustaka

Bahan pustaka merupakan salah satu unsur terpenting yang terdapat di

dalam suatu perpustakaan. Sehingga kegiatan perawatan terhadap bahan pustaka menjadi salah satu kegiatan yang harus dilakukan agar setiap bahan pustaka yang

(15)

Menurut Sutarno yang dikutip oleh Cita (2012, 201) bahwa:

Perawatan bahan pustaka adalah suatu usaha atau cara untuk menjaga atau memelihara bahan pustaka, agar koleksi atau bahan pustaka yang ada tidak cepat mengalami kerusakan atau usang dan dapat dipakai lagi.

Perawatan bahan pustaka dapat dilakukan dalam bentuk tindakan yang bersifat preventif (pencegahan) dan tindakan yang bersifat kuratif (perbaikan). Adapun tindakan bersifat preventif (pencegahan) yang dapat dilakukan menurut

Purwono (2010, 54) adalah sebagai berikut: 1. Pencegahan karena faktor lingkungan

a. Mencegah kerusakan karena pengaruh temperatur dan kelembapan udara.

b. Temperatur dan kelembapan udara yang ideal bagi bahan pustaka adalah 20-40° celcius dan 45-60% RH. Salah satu cara untuk mendapatkan kondisi seperti itu adalah dengan memasang AC selama 24 jam.

c. Mencegah pengaruh cahaya. Ada dua macam cahaya yang digunakan untuk menerangi perpustakaan, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Cahaya matahari yang masuk kedalam ruangan, baik langsung maupun tidak langsung harus dihalangi dengan gordin atau disaring dengan filter yang mengurangi radiasi ultra violet. Untuk mencegah kerusakan karena cahaya lampu, dengan memperkecil intensitas cahaya, mengurangi waktu pencahayaan dan menghilangkan radiasi ultra violet dari lampu dengan memasang filter pada lampu TL.

d. Mencegah kerusakan karena pencemaran udara. Bahan pencemar udara seperti gas-gas pencemar, partikel debu, logam yang merusak kertas dapat dikurangi dengan langkah sebagai berikut: 1) Ruangan menggunakan AC, karena dalam AC terdapat filter

untuk menyaring udara dan ruangan ber AC selalu tertutup sehingga mengurangi debu.

2) Di dalam ruangan dipasang alat pembersih udara. Di dalam alat ini terdapat karbon aktif yang dapat menyerap gas pencemar dan terdapat filter untuk membersihkan udara dari debu.

3) Menyimpan buku dalam kotak pelindung.

(16)

karena menghalangi sirkulasi udara. Untuk mencegah menelurnya jamur dan serangga dari luar, sebaiknya buku-buku yang baru diterima difumigasi terlebih dahulu sebelum disimpan bersama-sama dengan buku yang lainnya. Pada rak diletakkan bahan-bahan yang berbau untuk mengusir serangga seperti kanfer, naftalen, paradichloro benzena atau PBC.

f. Mencegah kerusakan karena rak dan lemari yang tidak memenuhi syarat. Rak atau lemari yang dipakai untuk menyimpan bahan pustaka terbuat dari bahan anti serangga dan tahan karat serta menyesuaikan ukurannya dengan bahan pustaka yang akan disimpan. Buku-buku yang besar dan tebal harus direbahkan di atas rak untuk menghindari kerusakan secara fisik. Peta-peta harus dihamparkan dalam laci-laci yang sesuai dengan ukurannya. g. Mencegah kerusakan karena bencana alam. Bahan pustaka yang kehujanan atau kebanjiran harus segera dikeringkan dalam ruangan hangat. Tindakan preventif untuk mencegah kebakaran adalah: kabel listrik harus diperiksa secara rutin, bahan yang mudah terbakar harus dijauhkan dari bahan pustaka, merokok dilarang keras dalam perpustakaan, alarm dan alat pemadam api berupa karbondioksida ditempatkan ditempat yang mudah dijangkau.

2. Pencegahan karena faktor manusia.

Adapun tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:

a. Membersihkan ruangan dan bahan pustaka secara teratur, menjaga agar suhu dan kelembaban tetap stabil dalam suatu perpustakaan, serta melakukan pemeriksaan secara berkala pada koleksi dan fasilitas penyimpanan dapat diketahui lebih awal kerusakan oleh serangga atau akibat kelembaban;

b. Penataan buku pada rak (shelving ) harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan;

c. Pencurian dan vandalisme dapat dicegah dengan melakukan pengawasan dalam ruang baca, pemeriksaan tas, pemasangan detektor pada pintu ruang baca dan lain-lain.

Sedangkan tindakan bersifat kuratif (perbaikan) dilakukan untuk

membenahi kondisi fisik dari bahan pustaka agar bahan pustaka yang rusak ringan tidak bertambah parah, sedangkan bahan pustaka yang sudah rusak dapat digunakan kembali oleh pengguna perpustakaan. Soraya (2010, 31) menyatakan

(17)

1. Menambal: bagian bahan pustaka yang rusak dapat ditambal atau ditutup dengan tissu jepang, kertas hand made, bubur kertas atau tissu berperekat.

2. Menyambung: merekatkan kembali bagian kertas yang robek dengan menggunakan japaneses tissue atau hand made paper.

3. Lining: memperkuat bahan pustaka dengan cara pelapisan bagian belakang bahan pustaka.

4. Laminasi: dilakukan untuk bahan pustaka yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi dengan menjilid, menyambung, dan menambal.

5. Enkapsulasi: bahan pustaka atau kertas yang sudah rapuh diperbaiki dengan cara dilapisi dan direkatkan menggunakan double side tape. 6. Perbaikan jilidan: memperkuat engsel buku yang longgar,

memperbaiki kembali punggung sampul buku dan perbaikan sampul buku.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa perawatan bahan pustaka merupakan tindakan yang dilakukan sebelum dan sesudah terjadi kerusakan pada bahan pustaka bertujuan untuk menjamin koleksi atau bahan

pustaka dapat selalu siap digunakan oleh pengguna. Tindakan pencegahan yang dilakukan yaitu, pencegahan kerusakan karena faktor lingkungan dan faktor

manusia. Perbaikan bahan pustaka yang mengalami kerusakan dapat dilakukan dengan menambal, menyambung, melakukan lining, enkapsulasi, dan memperbaiki jilidan.

2.1.7 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia pengelola perpustakaan sekolah merupakan unsur

utama dalam mencapai keberhasilan penyelenggaraan perpustakaan. Dalam buku pedoman penyelenggaraan perpustakaan sekolah (2000, 8): “Pengelola perpustakaan sekolah adalah guru atau pegawai yang diberi tugas melaksanakan

(18)

Menurut Hermawan dan Zen (2006, 40) untuk perpustakaan sekolah minimal terdapat 3 jenis pengelola perpustakaan sekolah, yaitu:

1. Pustakawan guru, yaitu tenaga kependidikan yang memiliki kualifikasi guru, tetapi melaksanakan tugas sebagai pengelola perpustakaan.

2. Pustakawan sekolah, yaitu seorang yang memiliki kualifikasi sebagai pustakawan dan mengelola perpustakaan sepenuhnya.

3. Petugas perpustakaan, yaitu pegawai administrsi yang diberi tugas untuk mengelola perpustakaan.

Permendiknas RI Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga

Perpustakaan Sekolah/Madrasah dinyatakan bahwa:

Setiap sekolah/madrasah untuk semua jenis dan jenjang yang mempunyai jumlah tenaga perpustakaan sekolah/madrasah lebih dari satu orang, mempunyai lebih dari enam rombongan belajar, serta memiliki koleksi minimal 1000 (seribu) judul materi perpustakaan dapat mengangkat kepala perpustakaan sekolah/madrasah.

Perpustakaan sekolah dipimpin oleh seorang kepala perpustakaan yang

bertanggung jawab kepada kepala sekolah. Dalam buku pedoman umum penyelenggaraan perpustakaan sekolah (2000, 9) tugas dan tanggung jawab kepala

perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:

1. Menyusun program kerja termasuk petunjuk pelaksanaan dan rencana anggaran keuangan.

2. Mengorganisir tugas-tugas di antara para tenaga perpustakaan, menyiapkan rencana tambahan petugas dan semua sarana kerja yang diperlukan.

3. Membimbing, menggerakkan dan memotivasi petugas perpustakaan agar menyelesaikan tugasnya tepat waktu.

4. Melakukan pemantauan dan mengevaluasi pelaksanaan tugas, serta penggunaan anggaran dan perlengkapan atau peralatan lainnya.

5. Melakukan evaluasi terhadap program kerja, proses pelaksanaan, penggunaan sarana dan prasarana untuk mengetahui kekurangan dan kelebihannya.

(19)

Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab kepala perpustakaan dibantu oleh staf atau tenaga perpustakaan. Adapun kualifikasi kepala dan tenaga perpustakaan

dalam Permendiknas RI Nomor 25 Tahun 2008 dinyatakan bahwa:

1. Kepala perpustakaan sekolah melalui jalur pendidik harus memenuhi syarat:

a. Berkualifikasi serendah-rendahnya diploma empat (D4) atau sarjana (S1);

b. Memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah; c. Masa kerja minimal 3 tahun.

2. Kepala perpustakaan sekolah melalui jalur tenaga kependidikan harus memenuhi salah satu syarat berikut:

a. Berkualifikasi diploma dua (D2) Ilmu Perpustakaan dan Informasi bagi pustakawan dengan masa kerja 4 tahun;

b. Berkualifikasi diploma dua (D2) non-Ilmu Perpustakaan dan Informasi dengan sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah dengan masa kerja 4 tahun.

3. Tenaga perpustakaan

Setiap pepustakaan sekolah atau madrasah memiliki sekurang-kurangnya satu tenaga perpustakaan yang berkualifikasi SMA atau sederajat dan bersertifikat sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sumber daya manusia pengelola perpustakaan sekolah adalah semua orang yang bekerja di perpustakaan, baik

sebagai pemimpin atau kepala perpustakaan maupun sebagai staf atau tenaga perpustakaan. Pengelola perpustakaan sekolah merupakan salah satu faktor yang

sangat penting dalam keberhasilan penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Oleh karena itu, kualifikasi seseorang yang diangkat sebagai pengelola perpustakaan harus sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

2.1.8 Layanan Perpustakaan Sekolah

Layanan merupakan salah satu kegiatan utama pada suatu perpustakaan.

(20)

perpustakaan. Oleh karena itu, layanan perpustakaan sekolah harus diselenggarakan dengan sebaik-baiknya sehingga memberikan kepuasan bagi pengguna. Menurut Istiana (2014, 1) “Layanan perpustakaan adalah penyediaan

bahan pustaka dan atau sumber informasi secara tepat serta penyediaan berbagai

layanan dan bantuan kepada pengguna sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan.” Layanan perpustakaan sekolah bertujuan untuk menyajikan informasi untuk mendukung proses belajar mengajar, rekreasi, dan menumbuhkan

minat baca bagi siswa.

2.1.8.1Sistem Layanan

Penerapan sistem layanan di perpustakaan dimaksudkan agar pengguna perpustakaan dapat memanfaatkan koleksi perpustakaan dengan baik, kegiatan layanan berlangsung dengan tertib dan teratur. Adapun sistem layanan yang pada

umumnya diterapkan di perpustakaan, yaitu sistem layanan terbuka (open access) dan sistem layanan tertutup (closed access). Himayah (2013, 2) mendefinisikan

sistem layanan terbuka dan sistem layanan tertutup sebagai berikut: 1. Sistem Layanan Terbuka (Open Access)

Dalam sistem layanan terbuka, perpustakaan memberi kebebasan kepada pengunjungnya untuk dapat masuk dan memilih sendiri koleksi yang diinginkannya dari rak. Oleh karena itu, penataan ruang koleksi perlu diperhatikan. Misalnya, rambu-rambu yang menunjukkan lokasi koleksi harus lengkap dan jelas. Jarak antara rak satu dengan rak yang lain sebaiknya lebih lebar.

2. Sistem Layanan Tertutup (Closed Access)

(21)

Masing-masing sistem layanan perpustakaan memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Darmono( 2001, 138) kelebihan dan kekurangan tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Keuntungan dan kekurangan sistem layanan terbuka: a. Keuntungan:

1) Pengguna dapat mengambil sendiri bahan pustaka yang dibutuhkan dari jajaran koleksi.

2) Pengguna dilatih untuk dapat dipercaya dan diberi tanggung jawab terhadap tereliharanya koleksi yang dimiliki perpustakaan.

3) Pengguna akan merasa lebih puas karena ada kemudahan dalam menemukan bahan pustaka dan alternatif lain jika yang dicari tidak ditemukan.

4) Tenaga perpustakaan yang bertugas mengambilkan bahan pustaka tidak diperlukan, sehingga bisa diberi tanggung jawab dibagian lain.

c. Kerugian:

1) Ada kemungkinan penempatan buku di rak menjadi kacau, karena ditempatkan pada tempat yang tidak tepat.

2) Ada kemungkinan buku yang hilang relatif besar.

3) Memerlukan koleksi yang lebih luas untuk jajaran koleksi. 4) Membutuhkan keamanan yang lebih baik agar tidak

menimbulkan peningkatakan kehilangan atau perobekan buku.

2. Keuntungan dan kekurangan sistem layanan tertutup: a. Keuntungan:

1) Jajaran koleksi akan terjaga kerapiannya.

2) Mengurangi kemungkinan terjadinya kehilangan dan perobekan bahan pustaka.

3) Ruangan yang dibutuhkan untuk jajaran koleksi tidak terlalu luas.

4) Untuk koleksi yang rentan terhadap kerusakan maka sistem ini sangat sesuai.

b. Kerugian:

1) Dalam menemukan bahan pustaka pengguna hanya dapat mengetahui ciri-ciri kepengarangan dan fisik bahan pustaka. 2) Judul buku tidak selalu menggambarkan makna pembahasan

buku, sehingga judul yang dipilih tidak sesuai dengan permintaan pengguna.

(22)

4) Jika pengguna cukup banyak, membutuhkan tenaga dan waktu yang cukup banyak untuk memenuhi permintaan dan menyiapkan bahan pustaka yang dibutuhkan pengguna.

Selanjutnya menurut Darmono (2001, 137) ada berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih sistem pelayanan yang akan diterapkan pada

suatu perpustakaan yaitu:

1. Pertimbangan tingkat keamanan koleksi perpustakaan.

2. Pertimbangan jenis koleksi dan sifat rentan dari koleksi. Untuk koleksi pandang dengar dan bentuk mikro pada umumnya layanan yang diberikan bersifat tertutup.

3. Perbandingan antara jumlah staf, jumlah pengguna, dan jumlah koleksi. Jika jumlah pengguna sangat besar maka perpustakaan memilih sistem layanan terbuka.

4. Luas gedung perpustakaan. Perpustakaan yang memiliki gedung yang luas dengan jumlah tenaga pengelola yang terbatas cenderung menerapkan sistem layanan terbuka.

5. Rasio antara jam layanan dengan jumlah staf perpustakaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa ada dua macam sistem

layanan yang diterapkan di perpustakaan, yaitu sistem layanan terbuka dan sistem layanan tertutup. Pengelola perpustakaan dapat secara bebas memilih sistem

layanan yang akan diterapkan pada perpustakaan masing-masing dengan mempertimbangkan kebutuhan pengguna perpustakaan, ketersediaan sarana dan

prasarana, serta kesiapan tenaga perpustakaan.

2.1.8.2Jenis Layanan

Layanan perpustakaan sangat bervariasi, tergantung pada jenis

perpustakaan, sarana yang dimiliki, ketersediaan tenaga perpustakaan, koleksi yang dimiliki, dan kebutuhan pengguna. Sehubungan dengan jenis layanan

(23)

1. Layanan sirkulasi; 2. Layanan referensi;

3. Pendidikan pengguna. 1. Layanan Sirkulasi

Layanan sirkulasi disebut juga sebagai layanan peminjaman dan pengembalian buku atau koleksi perpustakaan. Menurut Yusuf dan Suhendar (2007, 70) “Layanan sirkulasi adalah perputaran buku atau jenis koleksi lain milik

perpustakaan yang dipinjamkan kepada anggota untuk beberapa waktu lamanya.”

Waktu peminjaman dapat sehari, dua hari, tiga hari atau seminggu tergantung

kebijakan perpustakaan.

Adapun tujuan layanan sirkulasi yang dikemukakan oleh Lasa Hs (2013, 209) adalah:

a. Agar koleksi perpustakaan sekolah dapat dimanfaatkan secara optimal.

b. Untuk mengetahui anggota yang meminjam koleksi tertentu.

c. Terjaminnya pengembalian pinjaman karena data peminjaman telah terekam dalam sistem administrasi perpustakaan sekolah.

d. Diperoleh data kegiatan perpustakaan terutama berkaitan dengan pemanfaatan koleksi.

Menurut Rochjani (2011, 2) layanan sirkulasi meliputi kegiatan peminjaman, pengembalian, perpanjangan, penagihan, pemberian sanksi, dan menyusun statistik serta menetapkan tata tertip perpustakaan. Rincian uraiannya

sebagai berikut:

a. Peminjaman

(24)

1) Dalam sistem pelayanan terbuka para peminjam bisa mencari buku yang dibutuhkan melalui kartu katalog. Baru setelah menemukan buku yang dicarikan langsung menyerahkan kepada petugas untuk diproses.

2) Petugas mengeluarkan kartu buku dari kantongnya, kemudian menuliskan nama peminjam atau nomor anggota dan tanggal kembali.

3) Selanjutnya petugas menuliskan tanggal kembali pada lembar tanggal kembali yang diselipkan di bagian belakang setiap buku, dengan maksud agar pemimjam bisa mengetahui kapan harus mengembalikan buku yang dipinjamnya.

4) Pekerjaan petugas selanjutnya adalah mengisi kartu peminjaman sesuai dengan lajur-lajur atau kolomnya, kecuali kolom tanggal kembali yang baru diisi pada saat peminjam mengembalikan buku.

5) Kegiatan terakhir dari peminjaman adalah petugas menyusun kartu buku dan kartu peminjaman ke dalam lacinya masing-masing. Kartu buku disusun berdasarkan urutan tanggal kembali dan nomor klasifikasinya. Sedangkan kartu peminjaman disusun berdasarkan urutan nama peminjam atau nomor anggota.

b. Pengembalian

Pengembalian adalah kegiatan pencatatan bukti bahwa pengguna telah mengembalikan koleksi yang dipinjamnya. Prosedur pengembalian: 1) Petugas memeriksa buku yang dikembalikan oleh pengguna. Jika

terdapat kerusakan maka peminjam dikenakan denda sesuai tingkat kerusakan yang ada. Bahkan jika rusaknya parah sehingga mungkin tidak bisa digunakan lagi, peminjam disuruh mengganti dengan buku yang sama atau buku lain yang seharga dengan buku tersebut.

2) Jika tidak ada kerusakan, maka petugas menggambil kartu buku dan memasukannya kembali ke kantong buku yang bersangkutan. Kemudian petugas mencatat tanggal pengembalian yang terdapat pada kartu peminjaman.

3) Petugas menyimpan kartu peminjaman kembali pada lacinya dan buku tersebut segera disimpan pada raknya.

c. Perpanjangan

Kegiatan perpanjangan adalah kegiatan pencatatan kembali koleksi yang pernah dipinjam sesuai kurun waktu yang ditentukan.

d. Penagihan

Penagihan adalah pemberitahuan kepada pemimjam untuk meminta kembali koleksi yang dipinjam karena telah melampaui batas waktu peminjaman.

e. Pemberian sanksi

(25)

1) Keterlambatan pengembalian koleksi;

2) Membawa koleksi tanpa melalui prosedur yang benar; 3) Mengembalikan koleksi dalam keadaan rusak;

4) Menghilangkan koleksi yang dipinjam; 5) Melanggar peraturan perpustakaan. Jenis sanksi yang diberikan antara lain :

a) Sanksi denda, besarnya denda ditentukan oleh kebijakan perpustakaan;

b) Sanksi administrasi, misalnya tidak boleh meminjam koleksi keanggotaan perpustakaan.

f. Statistik

Statistik adalah kegiatan pengumpulan data kegiatan sirkulasi sebagai bahan untuk melihat keadaan dan perkembangan perpustakaan. Statistik yang dikerjakan meliputi data pengunjung, keanggotaan, jumlah peminjam, koleksi yang dipinjam dan koleksi yang dikembalikan.

g. Tata Tertib Perpustakaan

Menyusun tata tertip perpustakaan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Ketentuan tentang hari dan jam buka layanan perpustakaan. 2) Perbandingan jumlah koleksi dengan pengguna.

3) Membuat perbedaan yang jelas antara koleksi yang dapat dipinjam dibawa pulang dengan koleksi baca ditempat.

4) Persyaratan menjadi anggota perpustakaan.

5) Sanksi terhadap pelanggaran harus dinyatakan dengan jelas. 6) Ketentuan tata tertib untuk pengguna perpustakaan perlu

dinyatakan dengan jelas, misalnya larangan merokok, makan, minum dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa layanan sirkulasi adalah

salah satu jenis layanan perpustakaan yang terdiri dari kegiatan peminjaman, pengembalian, perpanjangan, penagihan, pemberian sanksi, dan menyusun

statistik serta menetapkan tata tertip perpustakaan. Layanan sirkulasi secara umum bertujuan agar pengguna perpustakaan dapat memanfaatkan koleksi secara optimal.

2. Layanan referensi

Layanan referensi membantu pengguna perpustakaan untuk mencari atau

(26)

diajukan pengguna. Menurut Suhendar (2014, 206) “Layanan referensi adalah

pelayanan yang berhubungan dengan pemberian informasi atau pelayanan yang

diberikan guna menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan informasi yang ada pada buku referensi.” Pustakawan pada layanan referensi harus memiliki

pengalaman dan pengetahuan tentang berbagai sumber referensi yang relevan dengan kebutuhan pengguna dan cara menggunakannya.

Adapun tujuan layanan referensi menurut Lasa Hs (2013, 211) adalah:

a. Memilih sumber rujukan yang lebih tepat untuk menjawab pertanyaan dalam bidang tertentu.

b. Memberikan pengarahan kepada pengguna untuk memperluas wawasan mereka mengenai subjek maupun topik tertentu.

c. Mendayagunakan sumber informasi maupun teknologi. d. Tercapainya efisiensi tenaga, biaya, dan waktu.

Menurut Darmono (2001, 160) jenis-jenis koleksi referensi adalah sebagai berikut:

a. Kamus

Kamus adalah kata atau istilah yang disusun menurut abjad yang disertai dengan makna, ejaan, ucapan, pemakaian, dan sejenisnya. Kamus terdiri dari kamus bahasa dan kamus khusus.

b. Ensiklopedi

Eksiklopedi merupakan sumber informasi yang menyajikan informasi mengenai setiap cabang ilmu pengetahuan atau salah satu cabang ilmu pengetahuan.

c. Sumber biografi

Sumber biografi merupakan sumber informasi yang memberikan keterangan orang khususnya mengenai tanggal lahir dan kematian, kualifikasi, pendidikan, jabatan, dan sumbangan pada bidangnya, masyarakatnya, serta alamat.

d. Buku tahunan

Buku tahunan merupakan terbitan tahunan yang berisi informasi mutakhir mengenai kegiatan yang telah berlangsung dalam periode tertentu dalam bentuk deskriptif dan atau data statistik.

e. Almanak

Almanak dapat diartikan sebagai:

(27)

2) Buku tahunan yang berisi statistika dan informasi lain pada bidang tertentu.

f. Sumber geografis

Sumber geografis terdiri dari:

1) Gazetir, yaitu kamus geografi mengenai tempat-tempat yang disusun menurut abjad;

2) Buku perjalanan adalah buku panduan yang memberikan informasi mengenai kota, negara atau kawasan, gedung, monumen bersajarah, museum, dan sebagainya;

3) Peta, atlas, globe merupakan sumber rujukan yang memuat informasi geografi, misalnya peta sejarah, curah hujan, dan ekonomi.

g. Direktori

Direktori adalah daftar tokoh atau organisasi atau lembaga yang disusun secara sistematik dan memberikan data mengenai nama, alamat, alifiasi, kegiatan, dan sebagainya.

h. Sumber rujukan mutakhir

Menyajikan informasi mengenai peristiwa mutakhir, baik tentang negara maupun perkembangan suatu bidang ilmu pengetahuan.

i. Sumber statistik

Buku statistik adalah buku rujukan yang berisi informasi statistik atau data berupa angka-angka mengenai suatu masalah.

j. Buku panduan dan pedoman

Buku panduan (handbook) merupakan kumpulan berbagai jenis informasi yang disusun secara padat dan siap pakai khusus dalam sebuah bidang. Sedangkan pedoman merupakan buku petunjuk bagaimana melakukan tugas atau mengoperasikan alat disertai penjelasan.

k. Bibliografi

Bibliografi merupakan daftar yang disusun menurut abjad pengarang, kronologis, atau topik, memuat sumber primer dan sumber lain mengenai subjek atau tokoh tertentu.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa layanan referensi adalah layanan

khusus diberikan kepada pengguna perpustakaan yang membutuhkan informasi pada buku referensi. Jenis-jenis buku referensi tersebut adalah kamus, ensiklopedi, sumber biografi, buku tahunan, almanak, sumber geografis, direktori,

(28)

3. Layanan bimbingan pengguna

Layanan bimbingan pengguna merupakan salah satu jenis layanan yang

bertujuan untuk membantu pengguna agar mampu memanfaatkan semua fasilitas perpustakaan secara mandiri. Menurut Yusuf dan Suhendar (2007, 81) bimbingan

pengguna perpustakaan sekolah dapat dilakukan dalam bentuk:

1) Menerangkan pada pengguna bagaimana cara menggunakan perpustakaan dengan baik, seperti:

a) Memperkenalkan tata tertib dan peraturan perpustakaan; b) Cara menggunakan katalog perpustakaan;

c) Cara membaca yang baik;

d) Cara menggunakan dan memperlakukan buku dengan baik; e) Cara mencari dan menelusur untuk menemukan buku pada rak; f) Cara meminjam dan mengembalikan buku tepat waktu.

2) Menerangkan kepada para siswa dan guru mengenai keberadaan dan kemanfaatan perpustakaan melalui kegiatan ramah-tamah, ekstra kurikuler, pertemuan BP3, dan kegiatan lain.

3) Mengadakan kegiatan pameran sederhana tentang masalah perpustakaan, perbukuan, pendidikan, dan sejenisnya dengan melibatkan siswa dan guru.

4) Mengadakan berbagai kegiatan perlomban, seperti lomba meresensi, dan lomba membaca cepat.

5) Petugas perpustakaan harus bersikap ramah dan selalu siap membantu pengguna dalam pencarian informasi.

Sedangkan Sutarno Ns (2006, 95) menyatakan bahwa pendidikan

pengguna dapat dilakukan melalui metode berikut:

1) Metode ceramah. Pengenalan perpustakaan menggunakan metode ceramah dilakukan untuk memberikan penjelasan secara garis besar tentang perpustakaan.

2) Penyebaran brosur/leaflet/buku pedoman.

3) Wisata atau kunjungan perpustakaan. Metode ini membantu pengguna untuk mengenal secara lebih dekat dan langsung, tentang keberadaan perpustakaan.

4) Penggunaan audio visual. 5) Pelatihan kelompok.

(29)

Selanjutnya menurut Sutarno NS (2006, 95) layanan bimbingan pengguna dilakukan agar:

1) Pengguna perpustakaan dapat mengenal dan memahami serta menggunakan sistem yang berlaku di perpustakaan.

2) Pengguna dapat menggunakan sarana temu informasi yang tersedia seperti kode atau nomor klasifikasi, kartu katalog, dan penunjuk lain. 3) Pengguna dengan cepat dan tepat menemukan apa yang mereka

butuhkan.

4) Memperluas jangkauan pemakaian koleksi oleh pengunjung dan anggota perpustakaan.

5) Mengembangkan citra perpustakaan sebagai bagian lembaga pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pada dasarnya tugas layanan bimbingan pengguna adalah memberikan petunjukan dan arahan, sehingga pengguna perpustakaan dapat memanfaatkan segala sumber informasi

dan berbagai jenis layanan yang tersedia di perpustakaan. Bimbingan pengguna dalam dilakukan melalui metode ceramah, penyebaran brosur, kunjungan

perpustakaan, penggunaan audio visual, pelatihan kelompok, dan bimbingan individu atau perorangan.

2.1.9 Gedung atau Ruang Perpustakaan Sekolah

Gedung perpustakaan merupakan unsur utama dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah, karena gedung atau ruang perpustakaan merupakan tempat

bagi siswa dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dan tempat petugas mengelola perpustakaan. Menurut Suhendar (2014, 10):

(30)

Luas ruangan perpustakaan sekolah tergantung pada jumlah siswa yang dilayani. Semakin banyak jumlah siswa dalam suatu lingkungan sekolah, maka

semakin luas ruangan perpustakaan yang dibutuhkan. Menurut Lasa Hs (2013, 231) “Luas ruangan perpustakaan sekolah dihitung 0,4 m² untuk setiap siswa,

selanjutnya dikalikan dengan total jumlah siswa.” Sehingga dapat dihitung dengan rumus berikut:

Menurut Yusuf dan Suhendar (2007, 96) luas ruangan perpustakaan sekolah setidaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Ruangan petugas perpustakaan

Petugas perpustakaan disediakan tempat secara khusus dalam ruangan perpustakaan, supaya dalam melaksanakan tugas kegiatannya tidak terganggu.

2. Ruangan untuk menyimpan koleksi

Koleksi perpustakaan perlu ditata dan disusun secara teratur sesuai dengan sistem tertentu dalam ruangan yang khusus untuk koleksi. Misalnya ruangan koleksi untuk dipinjamkan, ruangan referensi, ruangan majalah dan surat kabar, dan ruangan lain yang diperlukan. 3. Ruangan untuk kegiatan pelayanan

Ruangan layanan meliputi ruangan untuk keperluan kegiatan layanan membaca, kegiatan layanan referensi, dan kegiatan layanan sirkulasi.

Selain memiliki luas yang memadai, ada berbagai faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan gedung atau ruangan perpustakaan seperti

lokasi, tata ruang, dekorasi, penerangan, dan suhu ruangan. Dalam buku pedoman umum penyelenggaraan perpustakaan sekolah (2000, 34) syarat-syarat gedung perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:

1. Lokasi

Lokasi gedung perpustakaan yang baik memerlukan persyaratan sebagai berikut:

(31)

a. Berada di pusat gedung sekolah sehingga mudah dicapai oleh

Ruangan perpustakaan diatur sehingga:

a. Aktivitas pelayanan perpustakaan dapat berlangsung dengan lancar.

b. Para pengunjung tidak saling mengganggu waktu bergerak dan belajar.

c. Memungkinkan pertukaran udara dan masuknya sinar matahari dalam ruangan.

d. Pengawasan dan pengamanan bahan pustaka dapat dilaksanakan dengan baik.

3. Dekorasi

Dekorasi ruangan perpustakaan adalah:

a. Cat ruangan tidak menyilaukan dan tidak suram.

b. Dekorasi ruangan sederhana, tidak berlebihan dan menarik pengunjung untuk masuk ke dalam ruangan.

4. Penerangan

Penerangan perpustakaan dibedakan menjadi:

a. Jika mungkin menggunakan cahaya matahari sebagai penerangan ruangan dengan catatan jangan sampai langsung kena buku, pantulan sinar benda bergerak di luar jangan mengganggu.

b. Jika menggunakan sinar lampu listrik, gunakan jenis lampu yang tidak menghasilkan sinar yang menyilaukan.

5. Suhu udara dan kelembaban

a. Ruangan perpustakaan diusahakan agar sejuk sehingga para pengunjung senang belajar di perpustakaan.

b. Suhu udara yang baik adalah 22°celcius dan kelembabannya adalah 45% sampai dengan 50%.

c. Jika tidak dapat mempergunakan alat petunjuk udara, tanamilah sekitar ruangan dengan pepohonan dan rumput.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa gedung atau ruangan perpustakaan merupakan unsur yang sangat penting dalam penyelenggaraan

(32)

informasi. Oleh karena itu, lokasi, tata ruang, dekorasi, penerangan, suhu ruangan perpustakaan harus disesuaikan dengan standar atau ketentuan yang berlaku.

2.1.10 Perabot dan Peralatan Perpustakaan Sekolah

Perabot dan peralatan merupakan unsur utama dalam ruang perpustakaan.

Perabot dan peralatan yang disediakan di perpustakaan berguna untuk mendukung kegiatan rutin pustakawan dan pelayanan perpustakaan. Oleh karena itu jumlah, jenis perabot dan peralatan yang ada disesuaikan dengan kondisi ruangan,

kebutuhan staf dan pengguna perpustakaan. Dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah jenis perabotan dan

peralatan yang disediakan oleh perpustakaan sekolah adalah:

Tabel 2. 1Perabot dan Perlengkapan Perpustakaan Sekolah

No Jenis Rasio Deskripsi

1 Perabot

1.1 Rak buku 1 set/sekolah Dapat menampung seluruh koleksi dengan baik.

Memungkinkan peserta didik menjangkau koleksi buku dengan mudah.

1.2 Rak majalah 1 buah/sekolah Dapat menampung seluruh koleksi majalah.

Memungkinkan peserta didik menjangkau koleksi majalah dengan mudah.

1.3 Rak surat kabar 1 buah/sekolah Dapat menampung seluruh koleksi surat kabar.

Memungkinkan peserta didik menjangkau koleksi suratkabar dengan mudah.

1.4 Meja baca 15 buah/sekolah Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan oleh peserta didik.

(33)

dipindahkan oleh peserta 1.8 Lemari katalog 1 buah/sekolah Cukup untuk menyimpan

kartu-kartu katalog.

Lemari katalog dapat diganti dengan meja untuk

menempatkan katalog. 1.9 Lemari 1 buah/sekolah Ukuran memadai untuk

menampung seluruh

peralatan untuk pengelolaan perpustakaan.

Dapat dikunci.

1.10 Papan pengumuman 1 buah/sekolah Ukuran minimum 1 m² 1.11 Meja multimedia 1 set/sekolah Sekurang-kurangnya terdiri

dari 1 set komputer (CPU, monitor minimum 15 inci, dari 1 set komputer (CPU, monitor minimum 15 inci, printer), TV, radio, dan pemutar VCD/DVD.

3 Perlengkapan

3.1 Buku inventaris 1 buah/sekolah 3.2 Tempat sampah 1 buah/ruang 3.3 Soket listrik 1 buah/ruang 3.4 Jam dinding 1 buah/ruang

(34)

Sedangkan dalam buku pedoman umum penyelenggaraan perpustakaan sekolah (2000, 36) perabot dan peralatan yang perlu dimiliki perpustakaan sekolah

minimal terdiri dari: 1. Rak buku

Disarankan untuk menggunakan rak buku yang standar dan terbuat dari kayu atau baja. Rak-rak tersebut mempunyai ukuran tinggi dan lebar yang sama. Ukuran rak buku untuk perpustakaan sekolah adalah tinggi 185 cm, lebar 126 cm dengan kedalaman 32 cm.

2. Meja dan kursi baca

Ukuran meja baca untuk perpustakaan sekolah menengah atas (SMA) adalah panjang 140 cm, lebar 70 cm, dan tinggi 73 cm. Sedangkan untuk kursi baca dengan ukuran tinggi 89 cm, lebar 40 cm, dan panjang 40 cm.

3. Study carrel

Study carrel adalah perabot berupa meja dan kursi baca bagi pengguna perpustakaan yang ingin melakukan kegiatan membaca ataupun belajar secara perorangan. Ukuran disesuaikan dengan pengguna. 4. Meja petugas perpustakaan

Meja petugas perpustakaan dibuat dengan ukuran standar, biasanya diletakkan di ruang kerja atau tempat-tempat strategis dalam rangka melayani pengunjung.

5. Lemari kartu katalog

Banyaknya laci katalog tergantung dari banyak judul bahan pustaka yang dimuliki perpustakaan. Setiap judul buku biasanya memerlukan 5 s.d 6 kartu katalog berukuran standar. Setiap laci katalog dapat menyimpan 1.000 kartu katalog.

6. Meja sirkulasi

Meja sirkulasi biasanya diatur atau dirancang secara khusus dan berbeda dengan meja kerja.

7. Peralatan lain

a. Peralatan ruang layanan meliputi: rak katalog, rak atlas, rak kamus dan rak koran, laci untuk menyimpan peta, serta rak penitipan atau loker.

b. Peralatan penyimpanan bahan pustaka meliputi: rak majalah, rak pameran, rak surat kabar, filling cabinet, serta tanda-tanda penunjuk pada rak.

c. Peralatan ruang kerja meliputi: kotak-kotak karto penyimpanan, lemari kardex untuk mencatat nomor-nomor majalah yang diterima.

d. Papan pengumuman

(35)

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa perabot dan peralatan yang ada diperpustakaan sekolah harus dirancang sedemikian rupa dengan

mempertimbangkan faktor kenyamanan, keamanan, dan keselamatan petugas dan pengguna perpustakaan. Adapun perabot dan peralatan yang dimiliki perpustakaan

sekolah antara lain terdiri dari rak untuk buku, majalah, koran, meja dan kursi baca, meja dan kursi kerja, meja sirkulasi, loker penitipan tas, lemari, papan pengumuman, perabot dan peralatan lainnya sesuai dengan kebutuhan petugas dan

pengguna perpustakaan.

2.1.11 Anggaran

Anggaran merupakan unsur utama untuk menjalankan perpustakaan. Untuk menunaikan tugas dan fungsinya perpustakaan harus memiliki anggaran yang memadai dan mendayagunakannya secara efektif dan efisien. Dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan Pasa 83 (f) dinyatakan bahwa “Sekolah menjamin tersedianya anggaran perpustakaan setiap tahun

sekurang-kurangnya 5% dari total anggaran sekolah di luar belanja pegawai dan

belanja modal untuk pengembangan perpustakaan.”

Menurut Yusuf dan Suhendar (2007, 123) sumber anggaran perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:

1. Anggaran rutin dan anggaran pembangunan, bisa berupa dana dari APBN dan APBD.

2. Hasil dari swadaya sekolah melalui BP3 (persatuan orang tua siswa). Dengan adanya swadaya tersebut, diharapkan keberadaan perpustakaan sekolah akan lebih dinamis pengelolaannya.

(36)

4. Dari sumber lain seperti pungutan sukarela, iuran tetap anggota, atau pencarian dana dengan cara lain yang sah.

Setiap perpustakaan harus membuat rencana anggaran dan mengajukannya

kepada lembaga induknya atau lembaga lain yang berkewajiban memberi anggaran kepada perpustakaan. Dalam pedoman perpustakaan sekolah IFLA/UNESCO (2006, 9) dinyatakan bahwa komponen rencana anggaran

mencakup:

1. Biaya pengadaan bahan pustaka (misalnya, buku, terbitan berkala atau majalah), biaya promosi (misalnya, poster);

2. Biaya pengadaan alat tulis kantor (atk) dan keperluan administrasi; 3. Biaya berbagai aktivitas pameran dan promosi;

4. Biaya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, termasuk biaya perangkat lunak dan lisensi.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa penggunaan anggaran perpustakaan sekolah perlu direncanakan secara cermat untuk keperluan setahun,

sehingga semua dana dapat dimanfaatkatkan dan didayagunakan secara efektif dan efisien. Laporan tahunan perpustakaan sekolah diharapkan dapat memberikan

gambaran penggunaan anggaran dan memberikan kejelasan apakah jumlah anggaran yang digunakan perpustakaan telah mencukupi untuk tugas

perpustakaan serta mencapai sasaran kebijakan.

2.1.12 Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Perpustakaan sebagai lembaga yang berperan dalam pengumpulan,

pengolahan, dan penyebaran informasi dituntut untuk lebih aktif, dinamis, cepat, tepat, dan sistematis dalam segala hal, baik dalam pelayanan maupun penyediaan

(37)

informasi dan komunikasi adalah mencakup semua aspek manajemen dan pengolahan informasi berbantuan komputer termasuk perangkat keras dan perangkat lunak untuk mengakses informasi.”

Selanjutnya menurut Sulistyo-Basuki (2013) penerapan teknologi

informasi di perpustakaan dapat difungsikan dalam berbagai bentuk, antara lain: 1. Automasi perpustakaan adalah penerapan teknologi informasi sebagai

Sistem Informasi Manajemen Perpustakaan. Bidang pekerjaan yang dapat diintegrasikan dengan sistem informasi perpustakaan meliputi pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, pengadaan, penelusuran literatur, statistik, pengawasan serial, sirkulasi, pinjam antarperpustakaan dan penghantaran dokumen.

2. Perpustakaan digital, yaitu penerapan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan dan menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam format digital. Perpustakaan digital didefinisikan sebagai perpustakaan yang memiliki koleksi digital yang tersedia dalam bentuk terbacakan mesin (bukannya tercetak atau bentuk mikro), dapat diakes melalui komputer dari jarak jauh. Ada pun koleksi digitalnya dapat di akses secara lokal atau jarak jauh berbantuan jaringan komputer.

Adapun manfaat dari penerapan teknologi informasi di perpustakaan menurut Supriyanto dan Muhsin (2008, 23) adalah:

1. Mengefisienkan dan mempermudah pekerjaan dalam perpustakaan; 2. Memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna;

3. Meningkatkan citra perpustakaan dan kinerja suatu perpustakaan; 4. Pengembangan infrastruktur nasional, regional, dan global.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa penerapan teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan dapat difungsikan dalam 2 bentuk,

yaitu, automasi perpustakaan dan perpustakaan digital. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas

(38)

2.1.13 Kerjasama Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan tidak dapat berdiri sendiri karena tidak satupun perpustakaan

mampu memenuhi kebutuhan informasi penggunanya. Untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna, maka perpustakaan perlu melakukan kerjasama

dengan perpustakaan atau badan lainnya. Kerjasama dapat dilakukan karena adanya kesamaan dalam hal visi, misi, dan tujuan yang akan dicapai.

Menurut Purwono (2010, 1.4) “Kerjasama perpustakaan dapat diartikan

sebagai kegiatan beberapa perpustakaan secara bersama melaksanakan suatu usaha mencapai tujuan yang sama atau saling membantu dalam melaksanakan tugasnya”.

Sedangkan dalam buku pedoman umum penyelenggaraan perpustakaan sekolah (2000, 31) dinyatakan bahwa:

Kerjasama perpustakaan sekolah merupakan suatu usaha bersama yang dilakukan oleh perpustakaan sekolah, baik dengan perpustakaan sekolah lain, perpustakaan umum, maupun dengan perpustakaan atau badan lainnya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Kerjasama perpustakaan sekolah dapat dilakukan dalam lingkungan

sekolah dan dengan perpustakaan atau lembaga lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Dalam pedoman perpustakaan sekolah

IFLA/UNESCO (2006, 18) dinyatakan bahwa kerjasama perpustakaan sekolah dapat dilakukan dalam bentuk sebagai berikut:

(39)

bersama dan promosi literasi, serta pemasaran bersama jasa perpustakaan kepada anak-anak dan remaja.

2. Kerjasama di tingkat sekolah

Berbagai program dan kegiatan di sekolah harus didesain melalui kerjasama dengan:

a. Kepala sekolah/guru kepala

Kepala sekolah hendaknya bekerja erat dengan perpustakaan dalam rencana pengembangan, terutama dalam bidang program literasi informasi dan promosi membaca. Kepala sekolah hendaknya juga memastikan adanya kerjasama antara guru dan tenaga perpustakaan. Kepala sekolah harus memastikan bahwa pustakawan sekolah ikut serta dalam kegiatan pengajaran, perencanaan kurikulum, pengembangan tenaga berlanjut, evaluasi program dan asesmen pembelajaran murid.

b. Kepala unit kerja

Semua kepala unit kerja di sekolah hendaknya bekerja sama dengan perpustakaan agar semua sumber informasi dan jasa perpustakaan mencakup kebutuhan khusus bidang subjek dari unit kerja.

c. Guru

Guru dapat bekerja sama dengan perpustakaan dalam bentuk: (1) literasi informasi dengan mengembangkan semangat bertanya dari murid dan mendidik mereka menjadi pengguna informasi yang kreatif dan kritis, (2) kerja dan tugas proyek, (3) memotivasi membaca pada semua tingkat/kelas, baik perorangan maupun kelompok.

d. Murid

Murid dapat menggunakan perpustakaan untuk berbagai keperluan. Penggunaan perpustakaan harus dirasakan sebagai lingkungan pembelajaran yang tidak menakutkan, bebas, terbuka tempat murid dapat mengerjakan semua tugas, baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok.

e. Kerjasama dengan orang tua murid

Orang tua dapat berpartisipasi dalam program promosi membaca, dengan menjadi motivator di rumah dalam kegiatan membaca. Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa kerjasama

perpustakaan sekolah adalah usaha bersama yang dilakukan perpustakaan, baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah dalam rangka

(40)

kerjasama dengan kepala sekolah, kepala unit kerja di lingkungan sekolah, guru, murid, dan kerjasama dengan orang tua murid.

2.2 Standar Nasional Perpustakaan

Standar merupakan patokan atau ukuran yang dapat digunakan dalam pengelolaan perpustakaan untuk menjamin kualitas perpustakaan dan layanan

perpustakaan. Standar juga memungkinkan adanya keseragaman pengelolaan perpustakaan. Dalam International Organization for Standardization (ISO 2004) yang dikutip oleh Haryono (2012, 5) dinyatakan bahwa:

Standar adalah dokumen yang memuat aturan, pedoman, atau karakteristik kegiatan atau hasil, disusun berdasarkan konsensus dan ditetapkan oleh lembaga yang berwewenang, untuk penggunaan umum dan berulang, dengan tujuan mencapai tingkat keteraturan yang optimum dalam konteks tertentu.

Sedangkan menurut Sudarsono (2009, 246):

Standar perpustakaan adalah ketentuan baku untuk penyelenggaraan perpustakaan yang disusun berdasarkan konsensus para pemangku kepentingan dengan mempertimbangkan semua aspek penyusunan, dan disetujui oleh otoritas yang berwenang. Standar untuk perpustakaan dapat berupa pedoman atau model sebagai alat ukur suatu jasa, peraturan yang harus dilaksanakan secara konsisten, dan berupa spesifikasi atau standar teknis.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan dinyatakan bahwa:

Standar Nasional Perpustakaan (SNP) adalah kriteria minimal yang digunakan sebagai acuan penyelenggaraan, pengelolaan, dan pengembangan perpustakaan di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa standar nasional perpustakaan

(41)

meningkatkan kualitas perpustakaan dan pelayanan perpustakaan. Dengan adanya standar nasional perpustakaan sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas

perpustakaan dan pelayanan perpustakaan, perpustakaan sekolah dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan lebih baik, dan tercapainya tujuan

Gambar

Tabel 2. 1Perabot dan Perlengkapan Perpustakaan Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Berlimpahnya pelepasan gas-gas dari fumarola/solfatara dimana sebagian terlarut ke dalam air danau kawah tersebut merupakan indikasi peningkatan pembebasan gas- gas dari magma,

Penelitian ini bertujuan (i) mempelajari keanekaragaman serangga di area reklamasi dan (ii) menentukan komposisi dan struktur serta peranan fungsional serangga pada tipe

Sehubungan dengan hasil prakualifikasi untuk seleksi sederhana PENGADAAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI KELEMBAGAAN Tahun Anggaran 2012;

Hasil yang di dapat adalah sistem informasi ini mudah digunakan baik dari pihak Dinas Perhubungan maupun masyarakat dalam mendapatklan informasi mengenai Transportasi umum yang ada

Fuzzy K-Nearest Neighbor (FKNN) merupakan metode klasifikasi yang digunakan untuk memprediksi data uji menggunakan nilai derajat keanggotaan data uji pada setiap

Pengaruh modulasi pada sistem Teknik transmisi OFDM multiuser di VLC dengan menggunakan mapper 4 QAM dan 4 PSK menunjukan hasil 4 QAM untuk mendapatkan BER 10 -3 dalam

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perangkat Pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menunjang Keberhasilan Pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Bontokamase

Dari beberapa jenis-jenis kalimat dalam bahasa Arab, terdapat jenis- jenis kalimat yang dapat disepadankan langsung dengan jenis-jenis kalimat dalam bahasa Bugis