• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media Pertunjukan yang Digunakan

Dalam dokumen Musaka Bharata (Halaman 57-68)

Adegan I : Suara klakson mobil terdengar dan pembantu memanggil majikan wanita

4.6. Media Pertunjukan yang Digunakan

Dalam garapan ini media ungkap yang dipakai yaitu wayang kulit yang berukuran sekitar 40 sampai 60 cm ,dimana wayang kulit ini dengan sengaja di desain dan dirancang untuk ceritera Mahabharata dengan karakter atau tokoh tikus. Disamping wayang kulit juga menggunakan wayang boneka, wayang kaca serta wayang orang dan juga dengan tata tehnik penggunaan layar yaitu dengan menggunakan 2 layar diantaranya layar lepas, dan layar utama. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan bentuk penyajian garapan ini secara mendetail berikut ini.

Tabel 7

Konsep Dramatis Per Adegan

No Ide/Konsep Dramatis Per/adegan

Metode Teatrikal, Cara /Bentuk Penyajian Alasan/Rasional/ Target/Harapan

1.

Prolog

-Rsi Byasa meminta tolong pada Dewa Ganesha untuk menulis kisah

Mahabharata.Wahana Ganesha yaitu Tikus, mendengar kisah tersebut. -Kayonan -Gedung2 dipenuhi tikus Di Layar Kabuki drop,dengan wayang orang. Suasana hening, kemudian muncul musik kayonandan langsung berubah menjadi bangunan bangunan . Dan layar jatuh. Untuk memberikan gambaran bahwa para tikus mendengar kisah Mahabharata langsung dari Begawan Byasa dan menyebarkan ceritera ini pada anak cucunya. Setelah jaman berganti Manusia yang sibuk dengan sifat keduniawian nya, para tikus masih ingat akan ceritera agung tersebut.

2.

Tikus tikus kecil lari dan bertemu kakek tikus, terus si kakek tikus berceritera tentang Mahabarata. Bimatikus sedang marah ditemui oleh kakaknya

Yudistiratikus.

Bentuk teatrikal ini dgn format wayang boneka yang terbuat dari spon.

Adegan ini memberikan petuah moral kepada penonton bahwa Ceritera Mahabarata yang agung juga menarik perhatian para tikus.

Arjunatikus bermesraan di hutan dengan

Drupaditikus

3.

Kembali kakek tikus dan tikus tikus kecil berceritera tentang keadaan sang korawatikus. Korawatikus sedang berpesta pesta Duryudana mengutus adik adiknya menyerang pondok sang pendawatikus.

Adegan ini akan menyuguhkan ceritera Mahabarata yang tokohnya adalah para tikus dengan media pertunjukan wayang.

Peluang kritik sosial memberikan contoh pada manusia terutama yang berprilku seperti tikus tidak mengindahkan susila, budaya, lingkungan, dll. 4. Gandarwatikus datang dari sorga dan

bertamasya di hutan duweta.

Duryudanatikus melihat wanita cantik yaitu istri dari Citraratatikus lalu di perkosa. Perang antara Korawatikus dengan Gandarwatikus ,semua korawatikus ditawan oleh Citraratatikus.

Bentuk teatrikal ini masih dgn format wayang listrik Peluang menyelipkan komentar sosial berhubungan dengan praktek Korupsi, Kolusi, Nepotisme, tindak asusila para pejabat, dll

5.

Bimatikus sedang mengikuti kakaknya bertemu dengan antek antek korawatikus yang melarikan diri dari gandarwatikus untuk meminta pertolongan. Arjunatikus maju menghadang Citraratatikus. Para Korawatikus dilepas dan disuruh meminta maaf kepada pandawatikus.

Bentuk teatrikal ini masih dgn format wayang listrik

Memberikan bayangan pada manusia dari tokoh tikus karena manusia sekarang senang bercermin pad keangkaramurkaan.

6. Suara klakson mobil terdengar dan pembantu memanggil majikan

Dari media wayang, kembali lagi ke adegan teater

Memberikan sindiran bahwa prilaku manusia saat ini banyak yang

dan majikan wanita menhampiri suaminya. Kemudian suaminya keluar dari mobil, sang ibu kaget melihat suaminya berwajah seperti tikus.

yang mewah. Dan wajah suami pemilik rumah berubah seperti tikus.

menggrogoti tapi secara perlahan namun pasti.

4.6.1 Kelir

Kelir adalah tabir yang bahannya dari kain putih tempat mempertujukan

bayangan. Dalam garapan ini menggunakan dua kelir yaitu yang pertama yang biasa disebut dengan kabuki drop kelir warna putih yang berukuran sebagai berikut :

- Panjang kelir : 8 meter - Lebar kelir : 6 meter

Kelir ini dipasang dengan cara memasukan lobang-lobang kelir yang berupa mata ayam pada pipa yang sudah berisi cabang seperti duri-duri yang berjarak 30 cm, yang nantinya kalau pipa diputar 80 derajat kelir tersebut akan jatuh sehingga disebut dengan kabuki drop.

Kelir yang kedua yaitu kelir utama tempat pementasan wayang kulit dengan cerita mahabharata tapi dengan karakter tikus. Tujuan dari penggunaan kelir ini adalah untuk mereflesikan bahwa adegan yang ada di sini merupakan cerita dari kakek tikus kepada cucunya yang berupa wayang boneka. Kelir ini berukuran sebagai berikut :

- Panjang kelir 6 meter termasuk bingkai hitamnya. - Lebar kelir 3 meter

Cara pemasangan kelir ini yaitu digantung, agar bisa ditarik dan diturunkan tetapi bagian bawah kelir tetap diikat pada sebuah kesel,dan di isi kain hitam untuk menutup agar tangan pemegang wayang tidak kelihatan.

4.6.2. Wayang

Wayang atau Ringgit dibuat dari kulit sapi dan kadang bagi dalang tak mampu, Wayang dibuat dari tapis, dalam satu gedog terdapat kurang lebih 125 buah wayang.(Ibid P.10.) Semua wayang mempunyai nama-nama tertentu dan ada pula wayang yang berfungsi rangkap (ngangkep).

Dalam garapan pakeliran ini dipergunakan beberapa jenis wayang yaitu wayang kulit, wayang boneka dan wayang orang dengan memakai topeng wayang serta wayang kaca. Semua wayang yang dipakai dalam garapan ini merupakan wayang inovasi baru yang sengaja dibuat oleh penggarap sendiri dari mendesain sampai proses penyelesaian wayang baik itu wayang kulit, wayang boneka serta wayang kaca. Maka dari itu garapan ini merupakan garapan yang original, artinya garapan yang belum pernah dibuat sebelumnya baik itu dari jenis wayangnya ataupun dari model penggarapanya .Berikut ini rincian jenis wayang yang digunakan dalam garapan ini adalah:

1. Kayonan 1 buah ukuran 60 cm bahan kulit sapi 2. Yudistiratikus 1 buah ukuran 40 cm bahan kulit sapi

3. Bimatikus 1 buah ukuran 45 cm bahan kulit sapi 4. Arjunatikus 1 buah ukuran 40 cm bahan kulit sapi 5. Nakulatikus 1 buah ukuran 40 cm bahan kulit sapi 6. Sahadewatikus 1 buah ukuran 40 cm bahan kulit sapi 7. Duryodhanatikus 1 buah ukuran 40 cm bahan kulit sapi 8. Sakunitikus 1 buah ukuran 40 cm bahan kulit sapi 9. Dursasanatikus 1 buah ukuran 40 cm bahan kulit sapi 10. Karnatikus 1 buah ukuran 40 cm bahan kulit sapi 11. Citraratatikus 1 buah ukuran 40 cm bahan kulit sapi 12. Citrawatitikus 1 buah ukuran 40 cm bahan kulit sapi 13. Mokoh 1 buah ukuran 40 cm bahan kulit sapi

14. Akil 1 buah ukuran 40 cm bahan kulit sapi

15. Bondrestikus 1 buah ukuran 40 cm bahan kulit sapi 16. Bala tikus 6 buah ukuran 30 cm bahan kulit sapi 17. Dayangtikus 1 buah ukuran 35 cm bahan kulit sapi 18. Ayu tikus 1 buah ukuran 40 cm bahan kulit sapi 19. Kakek tikus 1 buah ukuran 40 cm bahan kulit sapi 20. Anak tikus 1 buah ukuran 40 cm bahan kulit sapi 21. Tikus-Tikus kecil 3 buah ukuran 20 cm bahan kulit sapi 22. Gedung MK 1 buah ukuran 40 cm bahan karton 23. Gedung DPR 1 buah ukuran 40 cm bahan karton 24. Kakek tikus Boneka1 buah ukuran 80 cm bahan spon 25. Anak tikus Boneka1 buah ukuran 80 cm bahan spon 26. Aksara OM 1 buah ukuran 30 cm bahan kaca

Sedangkan tokoh wayang orang atau wayang yang diperankan oleh manusia yang digunakan dalam garapan ini meliputi: 1. Rsi Wyasa

2. Ganesha

Dan tiga orang tokoh drama yaitu: 1. Sebagai majikan wanita 2. Sebagai pembantu

3. Sebagai majikan laki yang berkepala tikus.

4.6.3.Iringan

Gambelan sebagai iringan sangat diperlukan dalam pakeliran ini, karena dengan adanya iringan akan dapat memberikan nuansa dramatis aksentuasi (tekanan) pada adegan-adegan dalam pementasan. Dalam garapan ini penggarap menggunakan beberapa gambelan semar pagulingan saih pitu yang dipadukan dengan alat musik modern seperti drum,keybord dan bass.

Adapunperangkat instrumen tersebut yaitu : 1. 2 buah gangsa

2. 2 buah kantilan 3. 2 buah jublag

5. 1 buah ceng-ceng 6. 1 buah kajar 7. 1 buag genta 8. 1 buah gong 9. 1 buah kempur 10. 1 set drum 11. 1buah keybord 12. 1 buah bass 13. 2 buah seruling

Dipilihnya gambelan semar pagulingan saih pitu karena menurut penggarap cocok dipadukan dengan musik modern dan bisa memberi suasana yang baru dan mempunyai irama yang dinamis. Selain menggunakan alat iringan juga memakai vokal atau chorus untuk memberi suasana gegap gempita.

4.6.4. Perlengkapan

`Garapan ini menggunakan cukup banyak perlengkapan yang dapat mendukung demi suksesnya dan lancarnya pementasan. Adapun perlengkapan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Dua buah Katrol dengan tali berukuran 15 meter yang dipasang diatas kelir yang gunanya untuk menarik kelir.

2. Pipa besi yang berjeriji tempat memasang Kabuki drop, yang ditarik dengan tali dari bawah.

3. Dua buah tembok yang berukuran panjang 3 meter lebar 2 meter,terbuat dari steroform, gunanya sebagai hiasan tembok dan panggung untuk wayang boneka.

4. Sebuah Baliho berukuran 6x5 meter dengan lukisan rumah mewah untuk adegan drama.

5. 2 buah gabus berukuran 50x100 cm yang ditaruh di samping kanan serta kiri belakang,untuk menancapkan wayang.

6. Mesin smoke, untuk penguat adegan.

7. Mobil yang terbuat dari triplex dan steroform untuk adegan drama.

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Garapan seni pakeliran dengan judul ” Musaka Bharata ” ini merupakan sebuah garapan yang menggabungkan beberapa jenis wayang yang berbeda yaitu wayang kuli,wayang boneka, wayang kaca, dan Wayang orang dan teater modern yang diwujudkan dalam bentuk cerita berbingkai. Hal ini dilakukan guna mendapatkan suatu pertunjukan yang original dan inovasi sebagai wujud idealisme penggarap dalam menghasilkan karya seni serta memberikan gairah baru di kalangan masyarakat pecinta seni, dan membentuk kesadaran-kesadaran baru sebagai wujud pesan-pesan, baik itu pesan pendidikan , filsafat, moral dan etika.

Pesan yang ingin disampaikan dalam garapan seni pakeliran ini adalah Pada hakekatnya setiap mahluk hidup memiliki suatu kelebihan dan kelebihan inilah yang perlu kita pelajari karena Manusia diberikan kelebihan berupa idep atau perasaan yang dapat dipergunakan untuk memikirkan, menikmati dan membuat sesuatu yang ingin dilakukan menjadi lebih bermakna. Jangan sampai nanti dikalahkan oleh mahluk lain yang katanya tidak berbudi atau tidak bermoral makanya perlu untuk belajar dari siapapun yang dianggap memiliki kelebihan yang nantinya bisa dipakai sebagai pedoman hidup.

Pementasan karya neni pakeliran dengan judul ”Musaka Bharata” ini berdurasi 40 menit dengan musik iringan menggunakan musik kolaborasi gambelan semar pagulingan saih pitu dengan musik modern yang digarap oleh I

Ketut Lanus, S.Sn alumni mahasiswa ISI Denpasar angkatan Tahun 1992 yang didukung oleh anggota sanggar ”Cahya Art” sebagai penabuh gamelan, dan sanggar ”Paripurna Bona Blahbatuh, sebagai pemegang wayang dan stage crew.serta didukung pula oleh mahasiswa pedalangan ISI Denpasar semester VI

Terwujudnya garapan pakeliran Inovasi Musaka Bharata ini diharapkan nantinya agar bisa berkomunikasi , menambah bentuk penyajian dan khasanah pewayangan Bali serta Indonesia pada umumnya sebagai penyampaian pesan-pesan pendidikan , filsafat, moral dan etika.

5.2 Saran-saran

Melalui penulisan ini, penggarap juga ingin menyampaikan saran yang dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak lainnya, baik dalam penelitian maupun dalam proses penggarapan karya seni berikutnya. Untuk memperoleh suatu hasil yang maksimal, tentunya kita harus bekerja keras dan tidak mudah putus asa. Dalam upaya meningkatkan sikap kreatif, hendaknya para dalang muda terutama dari kalangan akademik harus banyak melakukan apresiasi terhadap karya-karya yang telah ada. Dengan demikian akan dapat memberikan suatu tambahan pengetahuan serta perbandingan guna melahirkan ide-ide yang lebih kreatif dan original.

Melalui kesempatan ini pula penggarap ingin menyampaikan kepada lembaga khususnya Fakultas Jurusan Pedalangan agar terus mempertahankan dan terlebih-lebih meningkatkan mutu pendidikan dibidang seni pakeliran kepada mahasiswa jurusan pedalangan agar lulusan mahasiswa Fakultas pedalangan menjadi seniman akademik yang mampu berkiprah di masyarakat guna

tetapi juga diimbangi dengan pengetahuan akademik yang tinggi. Untuk mencapai hal itu semua diharapkan kerja keras semua pihak baik mahasiswa, dosen, seluruh staf dan lembaga untuk bisa membuat jurusan pedalangan menjadi lebih baik dari yang sudah baik seperti sekarang.

Dalam dokumen Musaka Bharata (Halaman 57-68)

Dokumen terkait